STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 17 -
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi
meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga tegakan hutan menjadi pulih
kembali.
C. AI R
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Berbicara air kita akan berbicara Wilayah
Sungai WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah CAT. Dimana, Air menjadi I su dan I ndikator Utama Primer I ndicators Ekosistem DAS: Kualitas Too Much Pollution dan Kuantitas Too Much Water or
Too Little Water. Air unt uk berbagai keperluan di Provinsi Gorontalo bersumber dari air permukaan seperti
sungai, danau, air hujan dan air tanah. Di Provinsi Gorontalo terdapat 3 tiga Daerah Aliran Sungai DAS utama, masing-masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bone-Paguyaman.
Dari ketiga DAS ini ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya sebanyak 21 sungai dan 2 danau yang berhubungan antara Kabupaten Kota.
1 . Su m be r da y a Ai r Pe r m u k a a n
Di Provinsi Gorontalo terdapat tiga Daerah Aliran Sungai DAS utama, masing-masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Bone-Bolango. Air dari ketiga DAS utama ini bermuara di Teluk
Tomini. Di luar dari ketiga DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-
DAS kecil ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi untuk DAS di bagian Utara Provinsi.
Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S. Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. I langata, S. Kwandang dan S. Bubode.
Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo, S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe dan Sungai Tilamut a. Dua sungai kecil
lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dut ula Dua bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini. Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan
Tilong Kabila, Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi dari 520 m G. Pobolu sampai 2.065 m G. Boliohuto. Karena kepentingannya yang sangat vital,
berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 18 -
1 . 1 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Ra n da n ga n
DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115 km. Mayoritas
sekitar 80 dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng 40 , sehingga seyogyanya harus diperuntukkan sebagai kawasan
lindung. Karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan dengan cepat
mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir. Dan, kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau pertanian, akan menghasilkan tingkat
sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Karena it u, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan
dilaksanakan dengan konsekwen. Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan.
Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumberdaya alam yang potensial, khususnya unt uk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan berguna bagi
masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya, termasuk resiko banjir dan
sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air utama untuk mendukung berbagai kegiatan
pengembangan di Kabupat en Boalemo.
1 . 2 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Pa gu y a m a n
DAS ini melintasi wilayah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman dan Tibawa, dan bermuara di Teluk Paguyaman. DAS dengan luas sekitar 250.000 ha ini merupakan DAS yang terbesar di Provinsi
Gorontalo. Sungai utama DAS ini yang panjangnya sekitar 70 km, seolah membagi dua provinsi ini, di bagian Baratnya adalah wilayah Kabupaten Boalemo. Sedikitnya 70 dari wilayah DAS mempunyai
topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng 40 . Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman berbentuk
lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN 1985 dan DPU 1987 Provinsi Sulut,
Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan arusnya 23,4 sampai sampai 63,4 m det ik dengan kedalaman sungai mencapai 76 cm Tabel 4.2. Dengan potensi seperti itu, Sungai
Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebut uhan lainnya. Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 19 -
debit tahunannya terus menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus berlangsung.
Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama, karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi wilayah hulu DAS
yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas berada di Kabupaten Boalemo. Dengan
demikian, model pengelolaan DAS yang singkron dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.
1 . 3 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Bol a n go- Bon e
DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada DAS Bolango.
Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-
Bone juga didominasi 80 oleh wilayah dengan kemiringan lereng 40 . Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola
secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. I ni terlihat jelas pada frekwensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone terut ama DAS Bolango memberi kontribusi besar
terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbent uk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan.
Yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih. Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat rekaman Oktober
2000, diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai terbuka. Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo. Danau
Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir terutama dari Sungai Bolango, menstabilkan suplai air t anah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek wisata air,
memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsi-fungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali. Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah
tangkapan di pinggiran danau di kota Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau. Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka
sungai-sungai dibagian selatan dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung dengan danau diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan sungai-sungai
bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong t umbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 20 -
Yang menarik adalah, meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, flukt uasi kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-
rata tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradik dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung dan dengan tampak kasak mata dan
tampak juga pada citra landsat. Kemungkinan, pada lokasi tertentu dari danau pada lokasi pengukuran kedalaman perubahan kedalaman danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun
demikian, tetap tampak adanya kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum.
Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran rendah mencapai 8,2 ton hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi 5300 ton hari.
Debit inlet dalam periode aliran terendah 8 bulan adalah 2,8 m3 detik dan inlet dalam periode aliran tinggi 4 bulan sedikit nya 5,3 m3 detik. Dengan gambaran seperti itu, dan mengingat topografi
lingkungan Danau Limbot o yang datar, maka dapat dipastikan bahwa laju sedimentasi dan pendangkalan atau penciutan luas danau akan berlangsung dengan cepat.
Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan irigasi yang terdistribusi di ketiga daerah tingkat I I . Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringan-jaringan irigasi
Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua, Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua,
Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri, Paguyaman Kiri, Marisa I V, Molosipat dan Popayato.
Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Karena unt uk mendapatkan air yang
baik sesuai dengan standart tertentu tidaklah mudah karena tergantung pada banyak factor penentu. Walaupun penetapan standart air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang
bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami
pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat Gorontalo bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI Penambangan Emas Tanpa I zin ataupun I ndustri-industri yang menimbulkan
pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum
ada pemantauan dari Dinas yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai
Paguyaman, Sungai Bone, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 21 -
Gambar: Sungai Paguyaman
a. Su n g ai Pag u y am an Sungai Paguyaman merupakan sungai terbesar diwilayah propinsi Gorontalo yang menjadi
batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan kabupet en Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo. Wilayah aliran Sungai Paguyaman
mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa, Tilamuta, Dulupi dan Mananggu
dengan total Panjang Sungai 37,082 Km2. Kondisi sempadan dan bantaran banyak
digunakan masyarakat unt uk areal pemukiman dan perkebunan. Bagian hulu sungai ini
terdapat di daerah kawasan hutan Nant u sebuah kawasan hutan suaka alam serta
bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah barat, juga menerima
debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kawasan aliran sungai paguyaman merupakan suatu kawasan DAS Paguyaman. Kondisi fisik
sungai Paguyaman Berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m.
Kecepatan arus 1,38 m3 detik bagian hulu dan 0,79 m3 detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9 m3 detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3 detik.
St at u s M u t u Ai r Status Mutu Air Sungai Paguyaman hasil pemantauan pada tahun 2010 pada bagian Hulu,
Tengah dan Hilir, sebagai berikut:
Table 2.4 Status Mutu Air Sungai Paguyaman
No Lokasi
Sampling Status Mutu
Kelas 1 Kelas 2
1 Bagian Hulu Cemar
Sedang Cemar
Ringan 2
Bagian Tengah
Cemar Ringan
Cemar Ringan
3 Bagian Hilir
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Sumber: Balihristi 2010
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 22 -
Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman
di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkat an volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat
Pabrik Gula dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin PETI Buladu yang Limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjut nya akan
bermuara ke Teluk Tomini. Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah Balitbangpedalda Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri Hg yang diakibatkan oleh kegiatan PETI . Kandungan
Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg l. Angka ini melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan oleh kegiatan PETI . Kandungan Merkuri pada sampel air
mencapai 0,002 mg l. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup PSLH I nstitut Teknologi Bandung I TB Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 dua sungai lainnya di Propinsi
Gorontalo, yaitu: Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pante juga telah tercemar logam Merkuri air raksa Hg.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendangkalan sungai diantaranya konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan ekosistem sungai untuk mengurangii
sedimentasi yang ditimbulkan. Kegiatan lainnya;
Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kawasan hulu sungai paguyaman baik flora maupun fauna.
Penghijauan di daerah kawasan bantaran sungai.
Pengendalian pencemaran dengan melarang masyarakat penambangn illegal.
Membangun pos penjagaan di desa Pangea untuk menjaga aktifitas kayu dan rotan secara illegal.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sungai terutama bagian hulu.
Memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat dan Pengawasan ketat dengan melibatkan aparat keamanan dan masyarakat.
b . Su n g ai Bon e Sungai Bone mempunyai Panjang 119,13 Km2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone
Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Bolango. Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu
sempadan sungai dalam kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air secara lateral. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 23 -
Gambar: Sungai Bone
tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering
terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir.
Kondisi Biofisik Sungai Bone. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedalaman pada bagian
hulu mencapai 50 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 9,90 m dan bagian hilir 18,10 m.
Kecepatan arus 1,44 m detik bagian hulu dan 0,95 m detik bagian hilir.
St at u s M u t u Ai r Su n g ai Bon e Status mut u air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun
2010, adalah sebagai berikut:
Table 2.5 Status Mutu Air Sungai Bone
No Lokasi
Sampling Status Mutu
Kelas 1 Kelas 2
1 Bagian Hulu Cemar
Sedang Cemar
Ringan 2
Bagian Tengah
Cemar Sedang
Cemar Sedang
3 Bagian Hilir
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Sumber: Balihristi, 2010
Berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Bone dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran.
Sungai Bone yang bermuara ke Teluk Tomini merupakan sumber air minum bagi masyarakat Kota Gorontalo. Pengamat an sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami sedimentasi
akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai
melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekitar Sempadan Sungai Bone terdapat Pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin PETI Mohutango dan
Mopuya yang Limbahnya masuk ke Sungai Bone dan Sungai Mopuya dan selanjutnya akan bermuara ke Teluk Tomini.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 24 -
Sungai Bone dihadapkan berbagai permasalahan pendangkalan sungai akibat sedimentasi yang terjadi di bagian hulu hingga hilir. Pada bagian hulu terjadi penebangan kayu illegal dan
pertambangan liar, akibatnya sering terjadinya banjir dikawasan rendah Kota Gorontalo. Di bagian hilir terbentuknya delta meluas hingga menganggu aktifitas pelabuhan di kota Gorontalo. Bantaran
Sungai Bone telah mengalami degradasi berat terut ama pada bagian hulu. Praktek penambangan emas tanpa ijin dan pemukiman penduduk menjadi bagian yang memperburuk kondisi ini. Kondisi fisik
air Sungai Bone bagian tengah sampai ke hilir telah tercemar oleh logam merkuri Hg meskipun demikian air ini masih digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat yang
tinggal dibantaran Sungai Bone juga pada umumnya membuang limbahnya ke Sungai Bone. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar BOD dan
Colifom. Kriteria lingkungan berkait an dengan lingkungan sekitar daerah prospek keterdapatan bahan
galian. Prospek Cabang Kiri dan Motomboto terletak di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, sedangkan prospek Mopuya Mamungaa dan Moota terletak di kawasan hutan yang
berfungsi sebagai hutan penyangga Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Dalam rangka penyelesaian masalah Sungai Bone maka upaya konservasi menjadi penting
adanya. Hal ini dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pencemaran dan sedimentasi yang ditimbulkan.
Beberapa program yang telah dilaksanakan dan dalam perencanaan berupa:
Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kawasan hulu Sungai Bone,
Penghijauan di daerah kawasan bantaran sungai,
Pengendalian pencemaran melalui normalisasi Sungai Bone,
Pengembangan kawasan sungai menjadi objek wisata alam terutama dibagian hulu objek wisata Lombongo dan
Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sungai terutama bagian hulu.
c. Su n g ai Bu l ad u Sungai Buladu berada di Desa Buladu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara
dengan Panjang Sungai 13,7 Km
2
. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk V. Kondisi sempadan sering
terjadi erosi.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 25 -
Gambar: Sungai Buladu
Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai
ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-
anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan
bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64
m3 detik bagian hulu dan 0,29 m3 detik bagian hilir.
Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran dasar sungai relatif stabil.
Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak sehat , tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang
cukup luas sehingga berpot ensi terjadinya banjir. St at u s M u t u Ai r
Status mut u air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2009, Berdasarkan hasil perhitungan Status mut u air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode
I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran, sebagai berikut:
Tabel 2.6 Status Mutu Air Sungai Buladu
No Lokasi
Sampling Status Mutu
Kelas 1 Kelas 2
1 Bagian Hulu
Cemar Sedang
Cemar Ringan
2 Bagian
Tengah Cemar
Sedang Cemar
Ringan 3
Bagian Hilir Cemar
Sedang Cemar
Ringan
Sumber: Balihristi, 2010
Sungai Buladu merupakan sungai yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara ke Laut Sulawesi. Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami
sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik
ke sungai melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekit ar Sempadan Sungai Buladu terdapat Pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin PETI Buladu
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 26 -
Gambar: Sungai Taluduyunu
yang Limbahnya masuk ke Sungai Buladu dan selanjutnya akan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal dibantaran Sungai Buladu pada umumnya adalah masyarakat penambang
dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Masyarakat disekitar Sungai Buladu langsung membuang
limbah rumah tangga dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, COD,
E.Coli dan Colifom. Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair
pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah. Tumpukan sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang sedangkan pada Bagian hilir
sampah bersumber dari Limbah Domestik kertas, plastik, botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya. Kondisi bantaran di sepanjang sungai Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air
sungai Buladu bagian tengah sampai ke hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri Hg, erosi dan limbah domistik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang
dapat dilakukan :
Penanaman pohon di daerah bantaran sungai,
Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai,
Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta
Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal
d . Su n g ai Tal u d u y u n u Sungai Taluduyunu berada di Desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.
Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk U lebar sampai U dengan pola aliran Orientasi di Peta. Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat
kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian
hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3 detik bagian hulu dan 1,17 m3 detik bagian hilir, Debit air
cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3 detik bagian hilir 23,4 m3 detik.
Kondisi sempadan sungai pada bagian hulu sangat lebar, endapan pasir dan batu di tengah
sungai serta potongan pohon yang tumbang
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 27 -
banyak ditemui dibagian hulu sungai. Kondisi aliran dasar sungai relatif tidak stabil, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari pengikisan dan erosi. Pada bagian tengah kondisi sempadan sungai
mempunyai batas yang jelas. Sempadan dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan dan erosi . Tebing relative kuat karena dit unjang oleh vegetasi
yang cukup lebat, sempadan sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak memadai
terjadinya infiltrasi sehingga berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relative rapuh fungsi sempadan tidak dapat berjalan dengan baik.
St at u s M u t u Ai r Su n g ai Tal u d u y u n u Status mutu air Sungai Taluduyunu bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada Pemant auan tahun
2009, Berdasarkan hasil perhitungan Status mut u air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran, sebagai berikut:
Tabel 2.7 Status Mutu Air Sungai Taluduyunu
No Lokasi
Sampling Status Mutu
Kelas 1 Kelas 2
1 Bagian Hulu Cemar
Sedang Cemar
Sedang 2
Bagian Tengah
Cemar Sedang
Cemar Sedang
3 Bagian Hilir
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Sumber: Analisis Balihristi, 2010
Sedimentasi pasir dan batu pada badan sungai disebabkan adanya Penambangan Emas Tanpa I zin dibagian hulu dan penambangan bahan galian golongan C di bagian t engah sungai.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemulihan kualitas lingkungan di aliran Sungai Taluduyunu berupa :
Melakukan koordinasi dengan PEMDA dalam hal pengaturan penggunaan bahan galian C,
Melakukan rehabilitasi lahan di daerah bantaran sungai,
Menata sistem kelembagaan pengelolaan sungai,
Penyuluhan kepada masyarakat
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 28 -
Gambar 2.7 Sungai Bionga e. Su n g ai Bi on g a
Sungai Bionga berada di Desa Biyonga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dengan Panjang Sungai 32,16 Km
2
. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk V. Sungai Bionga mempunyai kedalaman mencapai 30 cm pada
bagian hulu dan bagian hilir 40 cm, lebar sungai bagian hulu 26,6 m dan bagian hilir 42 m. Kecepatan
arus 0,50 m3 detik bagian hulu dan 0,71 m3 detik bagian hilir. Kondisi sempadan sungai pada bagian
hulu dan tengah relatif baik. Kondisi tebing sungai relatif datar dengan sempadan sungai, batas sungai
tidak jelas dengan sempadan sungai. Sempadan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan
perumahan Lebar sempadan tidak memadai
memungkinkan terjadinya infiltrasi, menimbulkan banjir, tebing di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan dan erosi Tebing relative tidak kuat karena tidak ditunjang oleh veget asi.
Pada bagian Hilir kondisi sempadan tidak berfungsi dengan baik akibat Pentaludan dan pemanfaatan bantaran unt uk permukiman serta industri rumah tangga. Sungai Bionga memiliki nilai
penting bagi kehidupan masyarakat Kab Gorontalo. Sungai Bionga berfungsi sebagai area konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan Daerah Aliran Sungai agar tidak
terdegradasi, wilayah ini menyimpan air debit, dan curah hujan dengan tut upan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat kabupaten Gorontalo Sungai Bionga bermanfaat bagi kepentingan sosial
dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta pariwisata. Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Bionga bagian
Hulu tidak memenuhi syarat karena satu parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar Timbal = 0,1579 mg l dengan baku mutu 0,03 mg l, sedangkan parameter Merkuri
Hg, BOD, COD, TSS, Total Coliform dan Coli Tinja masih berada dibahwah baku mutu yang dipersyaratkan.
St at u s M u t u Ai r Su n g ai Bi on g a Status Mutu Air Sungai Bionga bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun 2009,
Berdasarkan hasil perhit ungan Status mutu air Sungai Bionga dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran, sebagai berikut:
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 29 -
Tabel 2.8 Status Mutu Air Sungai Bionga
No Lokasi
Sampling Status Mutu
Kelas 1 Kelas 2
1 Bagian Hulu Cemar
Ringan Cemar
Ringan 2
Bagian Tengah
Cemar Sedang
Cemar Sedang
3 Bagian Hilir
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Sumber: Balihristi, 2010
Daerah aliran Sungai Bionga merupakan sungai yang paling banyak meyumbang sedimentasi kearah Danau Limboto. Pembuatan talud dan pemanfaatan bantaran unt uk pemukiman serta industri
rumah tangga membuat sempadan tidak dapat berfungsi dengan baik dan Sempadan tidak mampu lagi berfungsi sebagai daerah infiltrasi, pemeliharaan aliran dasar sungai, serta ruang bagi sungai
untuk bergerak secara lat eral tidak memadai akibat pentaludan tebing sungai dan pembangunan konstruksi permanen di daerah bantaran.
Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo melalui Dinas Kehutanan Kabupaten dan Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai BP-DAS Bone Bolango telah melakukan upaya konsevasi berupa
program GERHAN 2007. Selain itu dalam rangka pencegahan sedimentasi dan erosi tersebut dilakukan beberapa upaya :
Pemasangan tanda larangan untuk memasuki kawasan hutan,
Melakukan sosialisasi di masyarakat,
Memberdayakan masyarakat dalam program GERHAN dan pengawasan.
f . Dan au Li m b ot o Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional bagi
kawasan dan penduduk disekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau Limboto bagi provinsi gorontalo karena
menjadi bagian yang tak t erpisahkan dari detak kehidupan sekelilingnya. Danau ini dikelilingi oleh 5 Lima Kecamatan yaitu: Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Biru, Batu da’a dan Kota Barat yang
merupakan wilayah Kota Gorontalo. Selain Sungai Bone Bolango, danau ini merupakan muara dari 4 sungai besar yait u: Sungai Alo, Sungai Daena, Sungai Bionga dan Sungai Molalahu.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 30 -
Gambar 2.8 Danau Limboto
Danau Limboto ini terletak di DAS Sungai Bone Bolango yang terhampar di
ketinggian 4,5 m diatas permukaan laut dpl dengan luas ± 3000 ha berdasarkan penelitian
terakhir yakni tahun 2002 akan tetapi dari beberapa penelitian terdahulu yaitu tahun
1962 luas Danau Limboto sebesar 4250 ha. I ni merupakan sebuah degradasi ekosistem yang
sangat memprihatinkan. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini juga diperparah lagi
dengan kegiatan penduduk yang memperlihatkan fenomena yang justru kontra produktif dengan upaya pelestarian danau it u sendiri.
Perubahan kondisi Danau Limboto saat ini terlihat karena setiap tahun terjadi penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan sedimentasi akibat
penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pert umbuhan penduduk di sekitar danau juga ikut mempercepat seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing. Perkembangan terakhir
menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat. Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga mengancam dan memperburuk
kelestarian fungsi danau hal ini ditunjukan dari hasil monitoring kualitas air danau menunjukan beban pencemaran organik yang tinggi seperti terlihat pada kandungan oksigen terlarut pada air danau
berkisar 1,7 mg l s d 5,9 mg l. Dari hasil pengukuran kualitas air Danau Limboto oleh BALI HRI STI bekerjasama dengan PUSARPEDAL-KNLH menunjukkan bahwa diperoleh tiga parameter kimia yang
kadarn ya berada diatas baku mutu kelas I I PP No. 82 tahun 2001 di seluruh lokasi yang di pant au yaitu: sulfida, fenol,dan oksigen terlarut. Pada tahun 2009 kadar pospor menurun di bawah KMA.
Hal ini memberi gambaran bahwa kualitas air Danau Limboto dari tahun ke tahun semakin menurun. Pencemaran kimiawi dan biologis eceng gondok, okupasi wilayah danau oleh masyarakat,
serta penangkapan dan budidaya ikan yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya fungsi-fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial dari danau tidak optimal. Meskipun terjadi penurunan kegiatan rumah tangga
seperti mandi dan cuci yang menggunakan pospat yang dibuang langsung ke danau berkurang sedikit mengurangi pencemaran yang ada. Upaya alternatif untuk menanggulangi tumbuhan air enceng
gondok mulai tampak akan tetapi cukupkah upaya tersebut untuk menanggulangi proses pendangkalan yang seperti berpacu dengan waktu??
Dan apabila masalah-masalah yang ada tidak segera ditangani maka akan diperkirakan kurang dari 25 tahun kedepan Danau Limboto akan punah dan tidak akan ada lagi sumberdaya
perikanan air tawar bagi penduduk sekitarnya dan juga penyangga kehidupan dan tata air bagi masyarakat di bantaran sungai-sungainya. Meskipun danau ini memiliki multi fungsi baik bagi
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 31 -
penduduk sekitarnya maupun kawasan Kabupaten Gorontalo umumnya karena merupakan pengendali banjir bagi sebagian besar kawasan kabupaten.
Gambar 2.12 Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto
2 . Su m be r da y a Ai r Ta n a h
Mengacu pada Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Sulawesi Utara 1999, potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua kawasan, yaitu kawasan DAS Bolango-
Bone dan kawasan Paguyaman-Randangan.
2 . 1 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Bol a n go- Bon e
Kawasan ini tertutup oleh endapan aluvium, memiliki permukaan air tanah dangkal dan akifernya tergolong produktif sedang debit sumur 10 L detik. Air tanah di kawasan ini tidak
terpengaruh oleh pergantian musim tahunan. Namun, rusaknya kawasan resapan air hujan diprediksi akan mereduksi derajat infiltrasi air, karena terjadi penyumbatan pori-pori lapisan tanah bagian atas.
2 . 2 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Pa gu y a m a n - Ra n da n ga n
Kawasan ini terdiri dari formasi batuan gunung api lava, lahar, tufa, breksi dan batuan sedimen lepas atau setengah padu kerikil, pasir, dan lempung. Akifernya memiliki produktivitas yang
Keterangan gambar •
Luas sebaran eceng gondok mencapai sekitar 30 dari luasan danau •
Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat, utara dan tenggara •
Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah •
Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim •
Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
Ecen gondo
k gaja
h Plambung
Terat i
Ecen gondo
k Rump
t gaja
h Plambung
Seroj
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I - 32 -
tergolong rendah, bahkan di beberapa tempat tidak terdapat air tanah terutama di daerah hilir dan hulu, sedangkan di daerah muara menghasilkan air payau.
D. UDARA