LAUT, PESI SI R DAN PANTAI

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 35 - bahwa disekitar lokasi tersebut tidak ada aktivitas yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara ambient. Kab u p at en Gor o n t al o Ut ar a Tabel 2.15 Kualitas Udara di Kabupaten Gorontalo Utara Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2010 Berdasarkan hasil pemant auan kualitas udara ambient pada 3 tiga titik di Kabupaten Gorontalo Utara menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat karena 4 empat parameter yang dilakukan pemantauan berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa disekitar lokasi tersebut tidak ada aktivitas yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara ambient.

E. LAUT, PESI SI R DAN PANTAI

Dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan, Provinsi Gorontalo merupakan salah satu Provinsi termuda di I ndonesia dalam pembangunannya sehingga perlu dilindungi sumberdaya yang menjadi andalannya. Secara umum, Provinsi Gorontalo mempunyai dua wilayah pesisir dan laut, yaitu wilayah Selatan yang berhadapan langsung dengan perairan Teluk Tomini panjang garis pantai 320 km dan luas territorial 7,4 km 2 , dan wilayah Utara Gorontalo yang berhadapan dengan perairan Laut Sulawesi panjang garis pantai 270 km dan luas territorial 3,10 km 2 Anonym, 2006. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 36 - Gambar 2.14 Peta 23 DAS di Kawasan Teluk Tomini Perairan Teluk Tomini mempunyai luas sekitar 59.500 Km2, secara geografis terletak pada 120º - 123º BT dan 0º 30’ LS. Kawasan ekosistem teluk tomini yang tergolong sebagai perairan semi tertutup semi enclosed mencakup kawasan pesisir laut dan kawasan daerah aliran sungai DAS. Kawasan pesisir laut Provinsi Gorontalo mencakup ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove serta pantai wisata dan pelabuhan laut. Sedangkan DAS yang mempengaruhi dan bermuara ke perairan teluk tomini berjumlah 23 daerah aliran sungai. Kawasan Teluk Tomini memiliki potensi sumberdaya yang sangat kaya dan unik. Aset sumber daya tersebut hadir dalam bentuk infrastuktur alami berupa ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove dan infrakstuktur buatan seperti kawasan pantai wisata bahari dan pelabuhan laut. Teluk tomini merupakan salah satu teluk terbesar di I ndonesia dengan luas mencapai kurang lebih enam juta hektar dan berada dalam lintasan katulistiwa. terdapat tiga provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo dan 14 Kabupaten Kota bersinggungan langsung dengan teluk tomini. Ter u m b u Kar an g d i Tel u k To m i n i Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan mencapai 40 . Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya maka kerusakan akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di Teluk Tomini terdiri dari 2 dua jenis, yaitu terumbu karang tepian fringing reef dan t erumbu karang cincin atol. Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian fringing reef, baik yang berada di tepian daratan Pulau Sulawesi maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai selatan daratan Pulau Sulawesi. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 37 - Terumbu karang tepian terdapat akup hampir di semua pulau-pulau lito yaitu: Batade, Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Mont uli, Bitila, Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik. Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu karang tepian fringing reef, terdapat di tepian daratan Pulau Sulawesi dan di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan Yiliyala. Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau lito yait u: Limboku Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, I mama, Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo, Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas dan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini juga relatif masih baik. Tabel 2.16. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo No. Lokasi Terumbu Karang Kondisi Tutupan Karang 1. Payunga 30 – 40 2. Saronde 30 – 50 3. Pulau Dulupi 50 – 70 4. Pulau Asiangi 50 – 80 5. Pulau Lamua Daa 50 – 80 6. Pulau Raja 50 – 80 7. Pulau Popaya 50 – 80 8. Teluk Kwandang 10 -20 9. TPI Tilamuta 10 10. Torsiaje 10 11. Pantai Massa 15 -30 12. Taman Laut Olele 58 Sumber: Balihristi, 2010 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 38 - Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di sekitar pulau-pulau masih relatif baik dibandingkan dengan di daerah pesisir yang berdekatan dengan massar daratan utama. Kondisi karang di Pulau Payunga dan Pulau Saronde misalnya, menunjukkan kondisi karang yang termasuk sedang dengan t ingkat penutupan karang hidup berkisar 30-60 . Kondisi karang di teluk Kwandang tingkat sedimentasinya relatif cukup tinggi. Hal ini menunjukkan nilai penutupan karang hidup yang relatif rendah sekitar 10-20 . Dari analisis dan tabulasi dapat dilihat pada Gambar 2.15 bahwa aset sumber daya pesisir dan laut teluk tomini mulai menyusut atau tergerus. Dimana penyusutan terjadi karena dibeberapa lokasi infrastruktur alami berupa ekosistem terumbu karang sudah banyak mengalami kehancuran akibat perbuatan’tangan-tangan manusia’. Ter u m b u Kar an g d i Lau t Su l aw esi Terumbu karang di Bagian Utara Provinsi Gorontalo yaitu yang berada di Laut Sulawesi terdiri dari 2 dua jenis, yait u terumbu karang tepian fringing reef dan terumbu karang cincin atol. Terumbu karang di bagian timur mencakup wilayah sekitar Pelabuhan Kwandang. Jenis terumbu karang yaitu terumbu karang tepian fringing reef. Terumbu karang tersebar di pantai pulau-pulau yang ada di sebelah utara Pelabuhan Kwandang maupun di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang antara lain terdapat di pulau-pulau lito: Botubotuo, Limboso-1, Limboso 2, Kamposo, Manggala, Bohu, Otilade, Saaronde, Bogisa, Mohinggito, Huliahu Daa, Huliahu Bunggu, dan Huha. Selain terumbu karang terdapat pula material pasir dalam sebaran sedang dan lamun seagrass dalam sebaran relatif sedikit. Berdasarkan sebaran pasir yang merupakan pecahan karang yang hanya sedang, maka diperkirakan kondisi terumbu karang di wilayah ini relat if sedang hingga baik. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 39 - Gambar 2.15 Kondisi Terumbu karang di Provinsi Gorontalo Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian fringing reef dan terumbu karang cincin atol. Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin atol dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2 buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun seagrass dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik. Hu t an M an g r ov e I nfrastuktur alami lainnya yang berupa ekosistem mangrove juga bernasib sama dengan terumbu karang. Berdasarkan hasil pengukuran penutupan tajuk dan kerapatan pohon mangrove dibeberapa lokasi pemantauaan di Gorontalo kondisi hutan mangrove dalam keadaan rusak. Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo di diarahkan untuk kawasan hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini ditambah dengan areal-areal yang dinilai layak dan sebaiknya ditumbuhi mangrove. Tahun 2010, berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas 13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 40 - Berdasarakan hasil kajian kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind ha. Jenis- jenis mangrove lainnya yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculat a, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove ini selain dikaitkan dengan kebutuhan konservasi dan sejalan dengan rencana pengembangan tambak. Kawasan hutan mangrove terutama menyebar di wilayah pantai selatan Kabupaten Boalemo seluas 2.412 ha, di Kabupaten Pohuwato 7.786 ha dan sebagian di pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 3.447 ha. Luas total area hutan mangrove di seluruh Gorontalo sekitar 13.645 ha. Kawasan mangrove ini sangat penting untuk mendukung Pengembangan perikanan tambak yang akan menjadi salah satu andalan perekonomian Provinsi Gorontalo. Kawasan mangrove ini juga diperlukan unt uk menjaga kelestarian potensi wilayah pantai dan meredam proses abrasi pantai. Kondisi mangrove di daerah kwandang masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayubakar. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada. Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis yang paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang secara nyata melindungi kawasan pantai dari hempasan gelombang yang kemungkinan menyebabkan abrasi. Kondisi mangrove di Torsiaje juga masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan unt uk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu bakar. Kondisi mangrove di Pantai Utara juga sebagian masih relatif baik, namun pembukaan tambak nampaknya semakin meluas dan perlu segera diat ur dengan kebijakan yang ketat agar tidak menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jenis manggrove yang dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada. Pad an g Lam u n Lamun sea grass adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk di bawah permukaan air laut. Tumbuhan ini hidup diperairan dangkal agak berpasir, dan sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh sinar matahari STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 41 - dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bent uknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-t unas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Berdasarkan hasil pengamatan secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik, terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata. Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi padang lamunnya sudah termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan, tetapi juga secara langsung menutupi permukaan daun vegetasi lamun sehingga menyebabkan lamun tersebut mengalami kematian atau tidak bisa berkembang dengan baik.Di wilayah perairan I ndonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 species lamun, antara lain marga Hydrocharitaceae dengan spesiesnya Enhalus Acoroides. Penyebaran ekosistem padang lamun di I ndonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan I rian Jaya. Di dunia, secara geografis lamun ini tampaknya memang terpusat di dua wilayah yaitu I ndo Pasifik Barat Karibia. St a t u s M u t u A i r L a u t T e l u k T o m i n i Kualitas lingkungan pesisir laut teluk tomini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas lingkungan DAS yang ada di sekitarnya. Berikut Status Mutu Air Laut berdasrkan hasil pemantauan kualitas air laut Teluk Tomini tahun 2011. Tabel 2.17. Status Mutu Air Laut Teluk Tomini Lokasi Titik Pantau Status Mutu Air Nilai Indeks Pencemaran Keterangan Kota Gorontalo 1 1,64 Cemar Ringan 2 1,32 Cemar Ringan Kab. Bone Bolango 1 8,03 Cemar Sedang 2 6,32 Cemar Sedang STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 42 - Gambar 2.16 Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut di Kawasan Pesisir Laut Teluk Tomini yang terdapat di Provinsi Gorontalo Kab. Gorontalo 1 6,96 Cemar Sedang 2 6,35 Cemar Sedang Kab. Boalemo 1 6,55 Cemar Sedang 2 6,32 Cemar Sedang Kab. Pohuwato 1 6,05 Cemar Sedang 2 6,77 Cemar Sedang Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003 Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut di wilayah Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo tahun 2010 menunjukkan bahwa Jumlah Coliform total unt uk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN 100 mL, nilai tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan yaitu 1000 MPN 100 mL, konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg L, 4,5 mg L dan 4,5 mg L, tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut unt uk kualitas air laut unt uk wisata bahari yaitu 5 mg L, sedangkan konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg L, 12,5 mg L dan 10,5 mg L, dimana nilai-nilai STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I I - 43 - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Temp maks oC 31.7 31.5 32.3 32.5 32.6 31.8 31.1 31.7 33.0 33.4 32.9 32.3 Temp rata oC 26.8 26.6 26.8 26.9 27.2 26.6 26.4 26.8 27.2 27.9 27.1 27.0 Temp min oC 23.8 23.6 23.6 23.8 23.1 23.5 22.9 22.9 22.5 23.3 23.6 23.7 20.0 22.0 24.0 26.0 28.0 30.0 32.0 34.0 36.0 T em pe ra tu r U d ar a o C Bulan Gambar 2.17. Temperatur Udara Rata-rata di Provinsi Gorontalo 2005 – 2009 Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin, Gorontalo, 2010 tersebut diatas baku mut u Kep Men LH No. 51 t ahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu 10 mg L. Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mut u yang dipersyaratkan pH= 6,5 – 8,5, warna = 30 mg L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg L. Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi 19,5 mg L ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Konsentrasi DO dan BOD di semua lokasi di daerah wisata bahari terdeteksi. Kadar DO terendah dan BOD 5 tertinggi adalah di lokasi titik 3, 4 dan 5 dengan kadar DO berkisar antara 4.5 mg L sampai 4.8 mg L dan kadar BOD 5 berkisar antara 10.5 mg L sampai 12.5 mg L. Konsentrasi DO untuk lokasi tersebut tidak memenuhi persyaratan baku mut u yaitu 5 mg L dan konsentrasi BOD untuk ke 3 lokasi tersebut diatas baku mutu yang dipersyaratkan yait u 10 mg L.

F. I KLI M