STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 13 -
191 kasus dan terendah di tahun 2010 Kabupaten Boalemo dan Gorontalo utara tidak ada kasus.
D. PERTANI AN
Tanaman bahan makanan terdiri dari padi dan palawija. Tanaman padi dan palawija yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo meliputi padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Luas panen padi sawah tahun 2009 adalah 47.733 hektar dengan produksi mencapai 256.217 ton. Dengan demikian, rata-rata
produksinya 53,68 kuintal per hektar. Luas panen jagung di Provinsi Gorontalo adalah seluas 124.798 hektar dengan produksi mencapai 569.110 ton, atau rata-rata produksinya sebesar
45,60 kuintal per hektar. Untuk produksi jagung terbesar beraada di Kabupaten Pohuwato dengan 42,01 Persen dari total produksi jagung provinsi. Sedangkan tanaman lainnya hanya
berproduksi kurang dari 10.000 ton per tahun.
E. I NDUSTRI
I ndustri pengolahan besar dan sedang di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 tercatat sebanyak 33 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 9.286 orang. Total
nilai output mencapai 106.673 milyar Rupiah, sedangkan biaya input 51.633 milyar Rupiah. Sehingga nilai tambah yang diperoleh dari industri besar sedang adalah 55.045 milyar
Rupiah. Sedangkan untuk industri kecil dan menengah, pada tahun 2009 tercatat sebanyak 8.569 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 27.003 orang. I ndustri yang
terbanyak adalah industri pangan yang jumlah perusahaannya mencapai 40,56 persen. Dari jumlah usaha atau kegiatan tersebut yang memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
AMDAL, UKL-UPL baru berkisar 35 . Oleh karena itu, sekitar 65 persen kegiatan usaha belum melakukan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan sehingga
diindikasikan akan memberikan pencemaran terhadap lingkungan baik terhadap perubahan kualitas air maupun terhadap perubahan kualitas udara.
F. PERTAMBANGAN
Perut bumi Provinsi Gorontalo mengandung sejumlah bahan tambang dan mineral yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti emas, perak, tembaga, batu gamping,
toseki, batu granit, sirtu, zeolit, kaolin, pasir kuarsa dan lempung yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup berarti untuk meningkatkan kemakmuran rakyat Gorontalo. Potensi
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 14 -
bahan tambang tersebar di kabupaten Gorontalo dan Boalemo. Lokasi penambangan tersebut berada di Desa Bumela Kecamatan Boliyahuto Kabupaten Gorontalo yang
pernah dieksplorasi oleh PT. New Crest Kanada. Lokasi penambangan terletak di daerah perbukitan dengan jarak tempuh sekitar 10 km dari jalan raya jalan kaki sekitar
3 jam perjalanan dan apabila menggunakan kendaraan beroda dua ojek dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam, dengan biaya Rp. 75.000 PP ojek dan harus
melintasi sungai Totopo sebanyak 29 kali. Lokasi tambang terdapat di 2 dua tempat, yaitu Batu Tiga lokasi I dan Tangga 2000 lokasi I I . Di areal penambangan utama
lokasi I I terdapat sekitar 20 kelompok penambang. Tiap kelompok terdiri dari 10 - 15 orang. Secara keseluruhan Mereka membuat terowongan-terowongan untuk menggali
batuan yang mengandung emas. Tiap kelompok penambang mempunyai 1 satu unit tromol yang berfungsi untuk
menghancurkan menggiling batuan. Dalam proses penggilingan di tromol tersebut, para penambang menggunakan air raksa merkuri Hg. Menurut Muktar Kiat penambang dan
ex karyawan New Crest; jumlah merkuri yang digunakan untuk penggilingan tersebut sekitar 1 kg untuk 5 kali proses dalam 1 unit tromol 10 tabung. Hasil dari penggilingan
tersebut dalam bentuk bubur dimasukkan ke dalam Tong untuk proses mendapatkan emas. Pemisahan emas dengan lumpur batuan dilakukan di dalam tong berbentuk
silinder Tinggi + 6 m dan Diameter + 2,5 m menggunakan Sianida CN dan karbon Aktif. Merkuri Hg dan Cyanida CN yang telah selesai digunakan langsung dibuang ke
Sungai Tatopo tanpa melalui proses pengolahan treatment, sehingga mencemari sungai dan biota ikan, udang, kepiting, dll yang hidup di dalamnya. Kondisi lapangan
menunjukkan bahwa bukit-bukit yang telah rusak akibat penggalian dan sungai yang tercemar berwarna keruh akibat pembuangan limbah penambangan emas. Sungai
tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan MCK, sehingga sangat berbahaya bagi masyarakat. Logam berat dalam jumlah yang melebihi ambang batas sangat
berbahaya bagi manusia. Keberadaan logam berat yang berlebih dalam tubuh dapat merusak sistem syaraf, ginjal, paru-paru, dan otak. Logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh manusia lewat makanan konsumsi ikan dan kerang yang terkontaminasi; air minum, melalui udara, atau absorbsi langsung melalui kulit. Logam berat menjadi
berbahaya karena adanya bioakumulasi. Bioakumulasi merupakan proses peningkatan konsentrasi logam berat tersebut dalam tubuh makhluk hidup sesuai tingkatan piramida
makanan. Semakin tinggi piramida makanan, semakin besar kadar logam berat yang dikandungnya.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 15 -
Di Kabupaten Gorontalo Utara daerah pertambangan emas berada di Desa Buladu terdiri dari 4 empat dusun. Daerah ini dibatasi oleh di bagian utara dengan Laut
Sulawesi, di bagian timur oleh Desa Deme.I I , di bagian selatan oleh Kabupaten Boalemo dan pada bagian barat dibatasi oleh Desa Wobudu. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
emas di daerah Buladu oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dimulai sejak Zaman Hindia Belanda abad ke-18. Bukti sejarah yang terdapat di daerah ini antara lain 3
buah kuburan Belanda di Pantai Buladu yang meninggal tahun 1899, lubang-lubang tambang dengan rel dan lori, alat pengolahan bijih emas berupa belanga berukuran
besar, dan tailing padat yang terdapat di sekitar lokasi tambang. Sekitar tahun 1970an, Kegiatan eksploitasi tersebut dilanjutkan dengan model pertambangan rakyat. Lokasi
pertambangan dibuka kembali oleh masyarakat setempat, pada saat itu aktivitas pencarian emas dilakukan secara tradisional dengan cara mendulang endapan-endapan
pasir dan batuan di sepanjang Sungai Buladu. Sekitar Tahun 1990an, daerah ini merupakan wilayah pertambangan Emas Tanpa I zin PETI . Sistem Penambangan mulai
dilakukan dengan menggunakan mekanisasi sederhana. Pembuatan lubang-lubang tambang baru dan meneruskan lubang-lubang tambang bekas Pemerintah Belanda
dilakukan oleh penduduk setempat dengan menggunakan alat-alat belincong, pahat dan palu. Pengolahan bijih emas hingga saat ini dilakukan dengan cara amalgamasi Pada
saat ini penambangan berkembang cukup pesat dengan jumlah penambang sebanyak 500 orang dan merupakan salah satu Pertambangan Emas Tanpa I zin PETI yang ramai
di daerah Gorontalo. Kegiatan penambangan dilakukan pada urat-urat yang mengandung mineralisasi emas dan mineral ikutan dengan cara membuat terowongan atau sumuran.
Tambang terowongan adit sebanyak 4 buah, Lobang tambang vertikal sebanyak 40 sumur dengan pemakaian air raksa sebanyak 1000 kg bulan serta produksi rata-rata 8
kg emas per bulan Jenis bahan galian yang terdapat di Desa Buladu adalah bijih emas dan mineral ikutan lainnya seperti perak dan logam dasar yang terdapat pada batuan
beku berkomposisi asam dan intermediet yang terbentuk karena proses hidrotermal dan metasomatik. Kegiatan penambangan emas yang diakukan oleh masyarakat setempat
terbagi ke dalam 4 lapangan yang sedang aktif dikerjakan dengan luas area 125 Ha. Berdasarkan hasil wawancara dan data di lapangan yang dicatat oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Gorontalo, perolehan rata-rata dalam pengolahan 1 gram emas setiap 15 kg batuan yang diperoleh dari core vein 200 gr ton, sehingga
jumlah produksi emas bullion rata-rata sebanyak 8 kg bulan atau 96 kg tahun. Untuk produksi tersebut diperlukan bahan baku batuan vein rep 120 kg bulan atau 1.440
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 16 -
ton tahun. Penggunaan air raksa Hg rata-rata untuk amalgamasi sebanyak 1 Kg air raksa untuk 120 kg batuan. Banyaknya air raksa yang terbuang setiap bulannya adalah
30 kg bulan atau 360 kg tahun. Harga emas rata-rata di daerah pengolahan Buladu adalah Rp. 80.000 gr. Apabila produksi emas rata-rata 8 kg bulan, maka pendapatan
tambang sebesar Rp. 640.000.000 bulan atau Rp. 7.680.000.000 tahun. Dengan jumlah pekerja tambang 500 orang, maka pendapatan per kapita pekerja tambang tersebut
rata-rata Rp. 1.280.000 bulan atau Rp. 15.360.000 tahun. Kegiatan pertambangan tersebut juga menghasilkan limbah padat yang dikenal sebagai tailing. Pada saat ini
penanganan tailing hanya dilakukan dengan membuat kolam-kolam penampungan dengan ukuran yang bervariasi dan kedalaman sekitar 2 meter. Selanjutnya tailing
tersebut dimasukkan ke dalam karung dengan ukuran berat rata-rata 15 kg karung. Sebagian kecil tailing diolah kembali untuk mendapatkan bulion emasnya dengan cara
amalgamasi pada gelundung yang digerakkan oleh kincir air, kemudian tailing dari pengolahan tahap kedua tersebut didulang kembali di Sungai Buladu untuk didapatkan
air raksanya. Sebagian besar tailing hasil pengolahan emas tahap pertama, diusahakan oleh beberapa pengusaha tailing untuk diperjualbelikan. Harga satu karung tailing
dengan berat sekitar 15 kg adalah Rp.6.000. Umumnya tailing tersebut dijual kepada para pengusaha tertentu untuk diproses dengan cara sianidasi.
Di Kabupaten Pohuwato lokasi Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin PETI berada di daerah Gunung Pani. Secara administratif lokasi kegiatan tersebut berada
sebagian besar di wilayah Desa Hulawa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Secara geografis lokasi pertambangan terletak di antara : 121° 59 36 122°
0008 BT, 0° 33 17 0° 33 50LU. Untuk mencapai lokasi kegia tan dapat ditempuh dari Kota Gorontalo menuju ke Kota Marisa dengan menggunakan kendaraan darat yang
berjarak sekitar 200 km. Selanjutnya dari Kota Marisa menuju lokasi G. Pani dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan khusus lapangan atau sepeda motor atau
ojek dengan jarak ± 15 km dan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan
burung maleo panua. Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung
Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman. Di daerah perbukitan Gunung Pani banyak dijumpai lokasi
kegiatan penambangan emas. Penambangan dengan dua sistim, yaitu tambang dalam dan tambang permukaan. Tambang dalam dengan mangambil urat-urat kuarsa
mengandung emas, tambang permukaan dengan sistem semprot dan penambangan
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 17 -
pada aliran sungai dengan cara mengalirkan aliran air melewati sluice box untuk
menangkap emas yang hanyut. Pengolahan emas dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan tromol dan dengan pendulangan. Penggunaan tromol untuk mengolah
endapan emas primer maupun sekunder, sedangkan pendulangan untuk mengolah endapan emas aluvial. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan proses
amalgamasi, yaitu memakai merkuri sebagai media untuk menangkap emas. Wilayah pertambangan Gunung Pani merupakan daerah perbukitan dengan struktur geologi
berupa kubah. Aliran sungai umumnya berhulu di sekitar puncak Gunung Pani, I lota, Baginite dan Kolokoa. Pola aliran berbentuk radier, dengan arah aliran seluruhnya
bermuara dan mengumpul di Sungai Marisa yang mengalir melewati tengah Kota Marisa, I bukota Kabupaten Pohuwato. Daerah kegiatan, secara umum disusun oleh empat
formasi batuan yaitu Formasi Tinombo, granodiorit Bumbulan, Batuan Gunung Api Pani dan Batuan Breksi Wobudu. Bahan galian berupa endapan emas yang ada di wilayah
pertambangan Gunung Pani terdiri dari dua tipe, yaitu endapan emas primer dan endapan emas sekunder. Endapan emas primer antara lain menempati daerah puncak
Gunung Pani, I lota, Baginite, Dam, Kolokoa, berupa endapan emas epitermal tersebar, dan sebagian berupa urat-urat kuarsa halus. Endapan emas sekunder berupa tanah
lapukan residual soil dari endapan emas primer, endapan emas koluvial pada lereng-
lereng puncak bukit dan pada kaki tebing, serta endapan aluvial yang berada pada sepanjang lembah sungai yang berhulu di sekitar Puncak Gunung Pani menerus ke arah
hilir sampai Sungai Taluduyunu, Batudulanga dan Sungai Marisa. Kegiatan penambangan emas di daerah Gunung Pani Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato berlangsung
intensif sejak awal tahun sembilan puluhan dengan kedatangan para penambang tradisionil dari Daerah Minahasa. Puncak kegiatan penambangan berlangsung pada
kurun waktu menjelang akhir tahun sembilan puluhan, dimana ribuan penambang beroperasi di sekitar puncak perbukitan Gunung Pani. Keterdapatan sebaran endapan
emas, mulai dari daerah puncak-puncak bukit sebagai endapan primer, menerus ke arah lereng-lereng tebing perbukitan dan lembah aliran sungai sebagai endapan emas
sekunder aluvial, menyebabkan kegiatan penambangan relatif meluas, mengikuti sebaran endapan emas tersebut. Dua tipe endapan emas, yaitu tipe urat dan tersebar
diseminated, maka sistim penambangan yang dilakukan juga dua macam, yaitu tambang dalam dan permukaan. Begitu juga pengolahan yang dilakukan dengan
menggunakan tromol dan pendulangan. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan proses amalgamasi, yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk menangkap emas.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 18 -
Pembakaran amalgam untuk menghasilkan bulion emas dilakukan di dekat instalasi tromol, sedangkan pengolahan menggunakan sistim pendulangan tidak terdapat tempat
pembakaran khusus, umumnya amalgam yang dihasilkan dibawa ke kampung untuk dibakar.
Di Kabupaten Bone Bolango lokasi kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin PETI berada di daerah Tapadaa. Didaerah Tapadaa terdapat beberapa lokasi prospek bahan
galian, yakni Mopuya, Mamungaa, Moota, Cabang Kiri dan Motomboto. Tipe mineralisasi di Mopuya dan Mamungaa adalah
epithermal low sulphidation. Terdapat 5 zonasi urat kuarsa di prospek Mopuya, yakni urat Kiri, urat Umum, urat Tenggorak, urat Beringin
dan urat Mundur. Estimasi jumlah sumber daya tereka di prospek Mopuya adalah 321.445 ton bijih dengan kadar rata-rata 29.5 ppm Au dan 6.84 ppm Ag. Di prospek
Mamungaa terdapat 3 zonasi urat kuarsa, yakni urat Mamungaa Kiki 1, urat Mamungaa Kiki 2 dan urat Mamungaa Daa. Estimasi jumlah sumber daya tereka di prospek
Mamungaa adalah sebesar 190.005 ton bijih dengan kadar rata-rata 10,65 ppm Au dan 19.8 ppm Ag.Adanya kegiatan PETI di daerah prospek Mopuya dan Mamungaa sejak
tahun 1990, mengakibatkan berkurangnya jumlah sumber daya. Pengamatan lapangan mengasumsikan bahwa PETI di prospek Mopuya telah mengambil sekitar 50 dan di
prospek Mamungaa sekitar 10 . Sehingga estimasi jumlah sumber daya tereka yang tersisa di prospek Mopuya adalah sebesar 160.722,5 ton bijih dengan kadar rata-rata
29.5 ppm Au dan 6.84 ppm Ag, sedangkan jumlah sumber daya tereka yang tersisa di prospek Mamungaa adalah sebesar 171.004,5 ton bijih dengan kadar rata-rata 10,65
ppm Au dan 19.8 ppm Ag. Dengan bentuk cebakan yang berupa urat dan memperhatikan aspek lingkungan maka sistem penambangan yang layak di kedua
prospek tersebut adalah sistem tambang dalam. Di daerah Mamungaa Kiki terdapat batuan termineralisasi membentuk morfologi bukit berketinggian 200 m dengan luas
sekitar 2 ha. Diintepretasikan tipe mineralisasi di Mamungaa Kiki adalah adalah epitherm
al low sulphidation dengan estimasi jumlah sumber daya tereka sebesar 10.600.000 ton bijih 2,536 ppm Au dan 2,3 ppm Ag. Dengan memperhatikan bentuk
cebakan dan kualitas endapan, maka sistem penambangan yang layak untuk prospek Mamungaa Kiki adalah sistem tambang terbuka.Tipe mineralisasi di Moota adalah
epitherm al low sulphidation. Sebaran batuan termineralisasi di prospek ini yang cukup
luas tetapi hanya berkadar 0.118 ppm Au dan 1 ppm Ag, sehingga saat ini prospek Moota belum layak untuk diusahakan.Tipe mineralisasi di prospek Cabang Kiri adalah tipe
porfiri sedangkan di prospek Motomboto adalah epithermal high sulphidation. Di kedua
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 19 -
prospek tersebut meskipun sebaran batuan termineralisasinya cukup luas tetapi berkadar rendah, sehingga sistem pertambangan yang layak di kedua prospek tersebut adalah
sistem tambang terbuka. Morfologi lokasi pertambangan berupa perbukitan curam dengan kemiringan lereng 40
o
hingga 70
o
dan sebagian besar merupakan wilayah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Daerah kegiatan beriklim tropis, musim penghujan
umumnya pada bulan Februari - Juli, dan musim kemarau pada bulan Agustus - Januari. Curah hujan rata-rata 129 mm bulan dengan suhu rata-rata 26,5
o
C. Batuan penyusun daerah Tapadaa Kabupaten Bone Bolango terdiri dari satuan batuan gunung api
Bilungala yang berumur Miosen Akhir–Pliosen Awal, satuan batuan gunung api Motomboto berumur Pliosen Akhir dan satuan batuan gunung api Pinogu yang berumur
Pleistosen. Di bagian atas satuan batuan tersebut terendapkan batugamping Hulapa. Batuan gunung api Bilungala didominasi batuan gunung api berkomposisi asam dan basa
dengan sisipan tipis batuan sedimen, terdapat tiga anggota batuan gunung api Bilungala yakni Anggota Bawah, Anggota Tengah dan Anggota Atas. Anggota Bawah tersingkap di
bagian utara daerah kegiatan, terdiri dari lapisan tebal dan masif batuan basalt toleitik bawah laut, basalt spilitik, andesit basaltik, aliran andesit, aliran breksi vulkanik dengan
perselingan lapisan batuan gunung api klastik. Anggota Tengah tersingkap di bagian tengah daerah kegiatan, dengan karakteristik perulangan aliran breksi andesit dan tuf
dengan lapisan dasitik, riodasitik dan riolitik. Di beberapa tempat batuan gunung api felsik berselingan dengan greywacke, konglomerat, rijang tufaan dan batu gamping.
Anggota Atas tersingkap di bagian selatan daerah kegiatan, terdiri dari batuan gunung api andesitik fragmental dengan sisipan tipis batuan gunungapi klastik dan aliran lava.
Satuan ini umumnya berkomposisi tuf lapilli, breksi piroklastik dengan fragmen batuan piroklastik. Batuan Gunung api Motomboto menutupi secara tidak selaras batuan gunung
api Bilungala. Batuan ini umumnya berkomposisi asam hingga menengah, tersingkap di bagian utara dan tengah daerah kegiatan, termasuk diantaranya aliran lava dan batuan
piroklastik dengan sisipan lapisan batuan gunung api klastik. Batuan gunung api Motomboto juga meliputi perlapisan tebal dan masif batuan dasitik, dengan komposisi
dari andesitik hingga riolitik. Batuan Gunung api Pinogu menutupi secara tidak selaras batuan gunung api Motomboto Batuan ini merupakan batuan gunung api –sedimenter,
tersingkap di bagian utara dan selatan daerah kegiatan. Batuan gunung api Pinogu berkomposisi andesit basaltik – riolit dan aliran breksi gunung api serta breksi piroklastik
yang massif dan tebal serta endapan breksi laharik umum dijumpai pada satuan batuan ini. Pada bagian utara daerah kegiatan, umum dijumpai perlapisan tebal endapan
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
I I I - 20 -
sedimen fasies alluvial, fluvial dan lakustrin yang berukuran butir pasir hingga kerikilan. Batuan terobosan di daerah kegiatan, yaitu batuan terobosan porfiri berkomposisi
andesitik-dasitik dan batuan terobosan berkomposisi granodioritik–dioritik yang berbutir kasar. Batuan terobosan umumnya berupa stock dan dike yang dikontrol struktur
regional yang berarah utara yang berumur Pliosen Akhir. Di daerah kegiatan terdapat 3 tipe mineralisasi, yakni tipe
porphyry Cu-Au yang terdapat di Sungai Mak, punggungan Kayubulan, Cabang Kanan dan Cabang Kiri; mineralisasi
epitermal high sulphidation Cu – Au – Ag yang terdapat di Motomboto dan mineralisasi
epithermal low sulphidation Au – Ag yang terdapat di Mopuya, Moota. Daerah Mopuya tersusun oleh batuan gunung api
berkomposisi andesitik–dioritik yang masif dan tebal yang dapat dikorelasikan sebagai satuan batuan gunung api Bilungala, diatasnya terendapkan satuan batuan gunung api
yang berkomposisi andesit basaltik–riolit yang masif dan tebal yang dapat dikorelasikan sebagai satuan batuan gunung api Pinogu, dan endapan alluvial pantai yang terletak di
pesisir pantai selatan. Mineralisasi terdapat pada urat kuarsa yang memotong batuan gunung api, berarah timur laut dan barat laut dengan kemiringan urat berkisar 70
o
hingga 90
o
, mengisi rekahan yang terbentuk akibat struktur sesar yang berarah relatif utara – selatan. Ukuran zona urat antara 0,3 m hingga 0,5 m dengan ukuran individu
urat berkisar 5 cm hingga 20 cm. Hasil korelasi menunjukkan adanya 5 zonasi urat kuarsa, yakni urat Kiri dengan lebar 0,4 m dan panjang 420 m; urat Umum dengan lebar
0,5 m dan panjang 680 m; urat Tengkorak dengan lebar urat 0,5 m dan panjang 380 m; urat Beringin dengan lebar 0,4 m dan panjang 875 m; urat Mundur dengan lebar 0,3 m
dan panjang 550 m Tekstur urat kuarsa yang berkembang banded, coloform, crustiform, sugary, open vug dengan pertumbuhan kristal kuarsa halus–sedang, silika berbentuk
kristal dan di beberapa tempat berbentuk amorf, kalsedon jarang hadir, pirit berukuran halus 5 – 10 terbentuk pada sisi-sisi urat dan di beberapa tempat hadir oksida
mangan. Ubahan yang terbentuk hanya disekitar urat, umumnya argillik dan silifikasi, dengan lebar ubahan berkisar 1 - 2 m.
G. ENERGI