Pengertian I’jaz al-Qur’an

15

BAB II I’JAZ AL-QUR’AN DAN I’JAZ ’ADADI

A. I’jaz al-Qur’an

1. Pengertian I’jaz al-Qur’an

I’jaz al-Qur’an terdiri dari dua kata i’jaz dan al-Qur’an yang kemudian dijadikan satu. Dan untuk mendapatkan pengertian dari i’jaz al-Qur’an, maka perlu diuraikan terlebih dahulu defenisi masing-masing kata. Kata i’jaz زﺎﺠﻋإ merupakan bentuk mashdar dari bentuk fi’il yaitu kata a’jaza-yu’jizu ﺰﺠﻋأ - ﺰﺠﻌﯾ . A’jaza sendiri berasal dari kata ‘ajaza ﺰﺠﻋ yang berati lemah dha’f 1 . Secara bahasa a’jaza atau i’jaz berarti melemahkan atau menjadikan sesuatu menjadi lemahtidak mampu. 2 Sesuatu yang memiliki kemampuan i’jaz berarti memastikan adanya kemampuan mu’jiz pelaku yang melemahkan. Jika kemampuan melemahkan yang dimiliki oleh mu’jiz tersebut sangat menonjol kuat, maka ia disebut dengan mu’jizah ةﺰﺠﻌﻣ. Kata mu’jizah merupakan bentuk ism al-fa’il kata benda pelaku yang ditambah ta’ ta’nits huruf ta’ untuk bentuk mu’annatsperempuan, tambahan huruf ini diujung kata mu’ijz mengandung makna mubalaghah superlatif. 3 1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 h. 898. 2 Muhammad ibn Makram ibn Manzhur, Lisan al-Arab, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, j.5, h. 369 dan Luwis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah, Beirut: Dar al-Masyriq, 2002, cet-39, h. 488 3 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2003, cet-8, h. 23 16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mukjizat berarti kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. 4 Secara istilah Al-Qaththan mendefinisikan i’jaz adalah: َﻟﺎَﺳِّﺮﻟا ىَﻮْﻋَﺪىِﻓ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰَﻠَﺻ ِﻲِﺒﱠﻨﻟا ِقْﺪِﺻ ُرﺎَﮭْﻇِإ َﻲِھَو ِةَﺪِﻟﺎَﺨﻟْا ِﮫِﺗَﺰِﺠَﻌُﻣ ْﻦَﻋ ِبَﺮَﻌْﻟا ِﺰْﺠَﻋ ِرﺎَﮭﻇﺎِﺑ ِﺔ ﻢُھَﺪْﻌَﺑ ِلﺎَﯿْﺟَﻷْا ِﺰْﺠَﻋَو ُناْﺮُﻘﻟْا 5 Artinya: “Menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.” Dari defenisi di atas, terlihat jelas bahwa i’jaz merupakan upaya membuktikan kebenaran Nabi Muhammad saw dengan al-Qur’an dengan sekaligus membuktikan ketidakmampuan untuk menandingi dengan sesuatu yang serupa bagi orang arab dan generasi sesudahnya baik itu orang arab maupun non arab. Dengan demikian dapat dipahami, meskipun kata i’jaz dan kata mukjizat merupakan dua kata yang berakar pada satu kata, sesungguhnya keduanya mempunyai makna yang berbeda. Kata i’jaz menunjuk arti kemampuan atau proses melemahkan, sedangkan mukjizat menunjuk arti pelaku, hal atau peristiwa ajaib yang memiliki kemampuan tersebut. Dengan kata lain, sesuatu hal yang ajaib atau keajaiban adalah mukjizat. Kata “ajaib” atau keajaiban sendiri mempunyai arti: jarang ada, tidak biasa, ganjil, aneh, mengherankan, sesuatu yang aneh, dan tidak dapat diterangkan dengan akal. 6 Namun dalam kajian agama Islam 4 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 936. 5 Manna Khalil al-Qathathan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, terj. Mudzakit as Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009, cet-12, h. 371. 6 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 22. 17 yang berkaitan dengan kejadian yang ajaib tersebut dikenal dengan istilah irhash, karamah, ma’unah, ihanahistidraj, dan sihr. 7 Umumnya menyebut hal-hal di atas sebagai aneh, ajaib, hebat, dahsyat, tidak biasa, supranatural, mistik, atau luar biasa. Namun, dalam terminologi agama, hal-hal tersebut disebut dengan mukjizat jika dilakukan Nabi dan keramat jika dilakukan orang saleh selain nabi. Dengan keterangan itu, mukjizat dapat dimaknai sebagai kekuatan luar biasa dan tidak dapat ditandingi yang berasal dari para Nabi dengan izin dan kehendak Allah SWT. serta selaras dengan hukum sebab-akibat sebagai dalil akan kebenaran pengakuan kenabiannya. Makna ini mencakup beberapa unsur yang menjadi cirri khas mukjizat kenabian : 1. Adanya fenomena yang keluar dari kebiasaan manusia yang tidak bisa didapati dengan sebab-sebab yang wajar. Jadi, mukjizat merupakan kejadian yang berawal dari sejumlah faktor yang tidak wajar. 2. Bahwa perkara yang keluar dari adat kebiasaan itu timbulnya dari para nabi dengan kehendak ilahiah dan izin dari-Nya secara khusus. Dengan demikian, secara terminologi dalam diskursus agama Islam bahwa mukjizat sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada orang- orang yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka 7 Istilah irhash, karamah, ma’unah, ihanahistidraj, dan sihr biasanya digunakan untuk menunjuk kejadian luar biasa, namun masing-masing dimiliki oleh golongan manusia yang berbeda. Irhash dimiliki seseorang sebelum diangkat menjadi nabi, karamah dimiliki oleh para wali atau orang suci, ma’unah dimilki oleh manusia pada umumnya, istidraj dimilki oleh orang fasik atau kafir untuk menambah kehinaannya, sedangkan sihr dimilki oleh manusia dengan bantuan setan. Lihat M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2003, cet-8, h. 24-25. 18 tidak mampu melayani tantangan itu. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat di definisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan Rasulnya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya. Dengan melihat defenisi-defenisi di atas, kata i’jaz atau mukjizat belum merujuk kepada al-Qur’an karena itu juga dapat berlaku untuk jenis-jenis mukjizat yang lain. Oleh karena itu untuk medapatkan defenisi yang sesuai maka perlu ada defenisi al-Qur’an itu sendiri. Pengertian al-Qur’an secara etimologi dan terminologi sudah banyak dijelaskan dalam berbagai buku ulum al-Qur’an, seperti defenisi al-Qur’an menurut Muhammad Ali al-Shabuni: بﻮﺘﻜﻤﻟا مﻼﺴﻟا ﮫﯿﻠﻋ ﻞﯾﺮﺒﺟ ﻦﯿﻣﻷا ﺔﻄﺳاﻮﺑ ﻦﯿﻠﺳﺮﻤﻟاو ءﺎﯿﺒﻧﻷا ﻢﺗﺎﺧ ﻲﻠﻋ لﺰﻨﻤﻟا ﺰﺠﻌﻤﻟا ﷲا مﻼﻛ ﺘﺨﻤﻟا ﮫﺤﺗﺎﻔﻟا ةرﻮﺴﺑ ءوﺪﺒﻤﻟا ﮫﺗوﻼﺘﺑ ﺪﺒﻌﺘﻤﻟا ﺮﺗاﻮﺘﻟﺎﺑ ﺎﻨﺒﻟإ لﻮﻘﻨﻤﻟا ﻒﺣﺎﺼﻤﻟا ﻲﻓ .سﺎﻨﻟا ةرﻮﺴﺑ ﻢ 8 Artinya: “kalam perkataan Allah yang diturunkan kepada penutup nabi dan rasul Muhammad saw dengan perantara al-Amin Jibril as yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas” Dari defenisi di atas, maka al-Qur’an memiliki beberapa batasan, yaitu: 1 kalam Allah SWT, 2 melalui malaikat Jibril as, 3 diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, 4 membacanya bernilai ibadah, 5 diriwayatkan secara mutawattir 6 ditulis dalam mushaf 7 dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. Setelah menjelaskan pengertian i’jaz, mukjizat dan al-Qur’an maka dapat diambil kesimpulan bahwa i’jaz al-Qur’an berarti kemapuan yang dimilki al- 8 Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Damaskus: Maktabah al- Ghazali, t.th, h. 6 19 Qur’an untuk membuktikan kenabian Muhammad saw dan melemahkan penantangnya dalam membuat hal serupa. Sedangkan mukjizat al-Qur’an adalah suatu hal luar biasa yang dimiliki al-Qur’an untuk membuktikan kenabian Muhammad saw dan tidak dapat ditandingi dengan hal serupa.

2. Unsur-unsur mukjizat