Unsur-unsur mukjizat I’jaz al-Qur’an

19 Qur’an untuk membuktikan kenabian Muhammad saw dan melemahkan penantangnya dalam membuat hal serupa. Sedangkan mukjizat al-Qur’an adalah suatu hal luar biasa yang dimiliki al-Qur’an untuk membuktikan kenabian Muhammad saw dan tidak dapat ditandingi dengan hal serupa.

2. Unsur-unsur mukjizat

Jika kita memperhatikan defenisi-defenisi di atas, terlihat banyak unsur- unsur penting yang harus menyertai sesuatu itu sehingga ia dapat dinamai mukjizat. Unsur-unsur tersebut adalah: 9 a. Hal atau peristiwa luar biasa Peristiwa-peristiwa alam, misalnya, yang terlibat sehari-sehari, walaupun menakjubkan tidak dinamai mukjizat, karena ia telah merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya. Dengan demikian hipnotis atau sihir walaupun sekilas terlihat ajaib atau luar biasa, namun karena ia dapat dipelajari maka ia tidak termasuk dalam pengertian ”luar biasa” dalam defenisi di atas. b. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, maka ia tidak dinamai mukjizat. Boleh jadi sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seorang yang kelak bakal menjadi nabi, ini pun tidak dinamai mukjizat tetapi irhash. 9 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2003, cet-4, h. 24-25. 20 Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi mukjizat sepeninggalan Nabi Muhammad saw, walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini. c. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya. Di sisi lain, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang nabi. Kalau misalnya ia berkata, ”batu ini dapat berbicara,” tetapi ketika batu tersebut berbicara, dikatakannya bahwa ”sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat tetapi ihanah atau istidraj. d. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani Bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasaya aspek kemukjizatan masing- masing nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya. Misalnya mukjizat Nabi Musa as yakni tongkat yang berubah menjadi ular yang dihadapkan kepada masyarakat yang amat mengandalkan sihir. Mukjizat yang begitu jelas ini benar-benar membungkam para ahli sihir yang ditantang oleh Nabi Musa as sehingga mereka tak kuasa kecuali mengakui kekalahan mereka. 21

3. Sisi-Sisi Mukjizat al-Qur’an