37
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata adad diartikan dengan kata bilangan dan jumlah.
37
Jika ditambahkan dengan ya’ al-nisbah maka menjadi; berkaitan dengan angka atau bilangan. Oleh karena itu jika i’jaz ’adadi
diindonesiakan maka artinya mukjizat yang berkaitan dengan angka atau bilangan tertentu. Dengan demikian secara istilah didefenisikan i’jaz ‘adadi adalah
kemampuan mukjizat yang dimiliki al-Qur’an dalam segi angka atau bilangan tertentu.
3. Sejarah awal I’jaz Adadi
Sejarah awal i’jaz ’adadi berawal dari penghitungan huruf, ayat dan surat dalam al-Qur’an. Berawal dari kira-kira pada abad ketiga Hijriyah, tepatnya pada
pada masa kekuasaan Abd Al-Malik Marwan 685-705 M seorang gubernur Baghdad. Pada masa ini penghitungan huruf, ayat, surat dalam al-Qur’an dengan
menggunakan biji gandum, dari penghitungan tersebut diperoleh jumlah huruf, ayat, surat dalam al-Qur’an. Berikut ini adalah riwayat penghitungan tersebut.
38
Diriwayatkan oleh sebagian mereka bahwasanya ia ditanya: ”bagaimana kalian menghitung huruf-huruf al-Qur’an?” dia menjawab: ”dengan
gandum”. Diriwayatkan juga mereka menghitungnya selama empat bulan. Menurut penduduk Madinah pertengahan al-Qur’an itu pada surat al-
Kahfi, ketika Allah SWT berfirman: ma lam tastathi’ ’alayh shabran apa yang telah membuat engkau tidak sabar QS. Al-kahf: 78. Al-Hajjaj
bertanya kepada mereka: ”beritahu aku huruf al-Qur’an mana yang
37
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 7.
38
Abu Zahra al-Najdi, Al-Qur’an dan Rahasia Angka-Angka, terj. Agus Effendi, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001, cet-8, h. 28.
38
tengah-tengah al-Qur’an?” lantas mereka menghitung dan sepakat bahwa huruf tengah-tengahnya pada surat al-Kahf, yaitu pada firman Allah SWT:
walyatalaththaf. Huruf ta’ pada setengah pertama al-Qur’an dan huruf lam pada setengan terakhir al-Qur’an. WAllahu a’lam bi al-shawab...inilah
hitungan surat, kata dan huruf al-Qur’an. Penghitungan huruf, ayat dan surat dalam al-Qur’an ini walaupun dengan
menggunkan metode yang sangat sederhana, tetapi sangat kecil akan terjadi kesalahan dalam penghitungannya. Dikarnakan generasi pada masa itu hanya
mengacu pada satu mushaf yaitu mushaf Utsmani serta seragam dalam rasm dan qira’ah-nya dan juga adanya kesamaan metode penghitungan dan usaha seperti ini
membuktikan perhatian mereka sangat besar terhadap al-Qur’an, yang tidak mememahi al-Qur’an sebagai hafalan saja melainkan juga al-Qur’an sebagai
sebuah teks tertulis yag harus dijaga. Dalam penghitungan seperti di atas juga terdapat dalam kitab-kitab tafsir.
Di antaranya adalah kitab Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil karya Aliyuddin Ali ibn Muhammad al-Baghdadi al-Khazin dan Tafsir al-Munir aw Marah Labid
karya Muhammad Nawawi al-Jawi. Dalam kitab tersebut, pada awal setiap surat selalu disebutkan jumlah ayat, kata dan huruf dalam surat tersebut.
Setelah adanya penghitungan terhadap huruf, ayat dan surat dalam al- Qur’an tersebut, kemudian metode seperti ini berkembang dalam penjumlahan
dan penghitungan huruf, ayat dan surat dalam al-Qur’an yang penghitungan dan penjumlahannya dalam konteks mukjizat al-Qur’an, khususnya yang berkaitan
dengan bilangan angka i’jaz ’adadi. Fenomena i’jaz ’adadi sudah melewati sejarah yang panjang dalam kajian ’ulum al-Qur’an, khususnya dalam pemakaian
39
huruf dan kata dengan jumlah tertentu yang diyakini memiliki rahasia di balik itu semua.
39
Misalnya, kaum salaf generasi klasik telah memperhatikan huruf-huruf muqaththa’ah pada permulaan sebagain surat dalam al-Qur’an yang dianggap
memiliki makna atau hubungan tertantu dengan surat yang didahuluinya.
40
Sementara itu, dalam kajian mukjizat al-Qur’an yang diutarakan oleh al- Baqillani, seperti dalam uraian di atas telah memperlihatkan keunikan jumlah
huruf-huruf tersebut dan dugaan hubungan huruf-huruf tersebut dalam komposisi al-Qur’an.
41
Namun tahapan ini baru mengisyaratkan adanya i’jaz ’adadi tapi belum sampai pembuktian lebih lanjut.
Mukjizat dari segi angka yang berkaitan dengan pembuktian i’jaz ’adadi dilakukan oleh beberapa tokoh yang mencurahkan perhatiannya untuk
mengungkap makna atau rahasia angka-angka yang terkandung dalam al-Qur’an. Ada beberapa peneliti i’jaz ’adadi dalam al-Qur’an seperti Rashad Khalifa, ‘Abd
Ad-Da’im Al Kahil, ’Abd Razzaq Naufal, dan Abu Zahra al-Najdi. Di indonesia juga terdapat nama Lukman Adul Qohar Sumabrata, Rosman Lubis dan Fahmi
Basya sebagai peneliti kajian ini. Dari kajian yang mereka temukan ada beberapa model rumusan angka tertentu yang merujuk kepada kemukjizatan al-Qur’an dari
segi angka, seperti yang akan dibahas selanjutnya.
4. Aspek-aspek I’jaz Adadi