Penentuan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum KHM Fraksi 1 dari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilakukan pengujian selanjutnya. Dikarenakan fraksi 8 yang sedikit jumlahnya dan tidak mencukupi untuk pengujian, fraksi 8 tidak dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.

4.10 Penentuan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum KHM Fraksi 1 dari

Ekstrak Etil Asetat Berdasarkan uji bioautografi, fraksi 1 hanya mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, maka fraksi 1 ditentukan nilai konsentrasi hambat minimumnya terhadap bakteri tersebut. Penentuan nilai KHM Konsentrasi Hambat Minimum menggunakan metode mikrodilusi cair. Metode mikrodilusi cair paling banyak digunakan karena sederhana dan sesuai untuk sebagian besar mikroba Jorgensen, 1993. Keuntungan metode ini yaitu dapat memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk menghambat viabilitas bakteri Jawetz et al, 2005. Data hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Data hasil uji KHM fraksi 1 dari ekstrak etil asetat terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa. No Larutan uji Nilai KHM 1 Fraksi 1 12500 µgml 2 Tetrasiklin 16 µgml Pada uji KHM, suspensi bakteri yang digunakan berisi koloni bakteri sebanyak 10 6 CFUml, bakteri uji yang digunakan sebanyak 100 µ l dipipet kedalam masing – masing sumur yang berisi seri pengenceran larutan uji dan media Nutrient broth NB. Inkubasi dilakukan selama 20 jam pada suhu 37 o C. untuk mempermudah pengamatan, maka digunakan reagen p – iodonitrotetrazolium INT yang akan tereduksi oleh enzim dehidrogenase pada bakteri menjadi formazan sehingga akan terjadi perubahan warna menjadi berwarna ungu kemerahan. Dari hasil uji, diketahui terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi fraksi 1 12500 µgml 12,5 mgml terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Nilai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KHM antibiotik tetrasiklin sebagai kontrol positif yaitu 16 µgml terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Tingginya nilai KHM yang dihasilkan fraksi 1 pada uji mikrodilusi ini, dapat disebabkan karena fraksi 1 masih terdiri dari beberapa campuran senyawa yang memiliki potensi yang beragam. Kemungkinan besar ada senyawa yang bersifat tidak sinergis atau antagonis, sehingga hal tersebut dapat saling melemahkan atau menghilangkan efek dari senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa murni yang mempunyai aktivitas antibakteri dari fraksi 1 ekstrak etil asetat daun Cinnamomum sintoc untuk mengetahui aktivitas antibakteri senyawa tersebut dalam bentuk tunggal. Pada uji KHM digunakan juga kontrol lain yaitu SC Sterility Control yaitu kontrol sterilitas yang berisi medium saja untuk menjamin bahwa media dan microtiter plate yang digunakan steril dan tidak ditumbuhi bakteri, ditunjukkan dengan tidak berwarna ungu setelah penambahan reagen INT. GC Growth Control yaitu kontrol pertumbuhan yang menunjukkan bahwa bakteri uji dapat tumbuh pada kondisi atau perlakuan uji ditandai dengan terjadi perubahan warna ungu setelah penambahan reagen INT. SoC Solvent Control yaitu kontrol pelarut yang menunjukkan bahwa pelarut tidak memberikan aktivitas antibakteri ditandai dengan terjadi perubahan warna ungu setelah penambahan reagen INT. Kontrol pelarut yang digunakan dalam uji ini yaitu DMSO 15.

4.11 Analisa Komponen Senyawa pada Fraksi 1 dari Ekstrak Etil Asetat

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Herba Ranti (Solanum nigrum Linn) dan Isolasi Senyawa Dari Fraksi Aktif

9 64 97

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Sintok (Cinnamomum sintoc. Blume) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Analisa Komponen Senyawa Fraksi Aktif dengan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa

0 7 97

Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Aktif Kulit Batang Sintok (Cinnamomum sintoc Blume)

15 109 73

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOLIK DAUN ARBENAN (Duchesnea indica (Andr.) Focke) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK SERTA PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA.

0 0 19

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN AN

0 0 17

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI A EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK.

0 3 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aerugi

0 0 8

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK METANOL DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK.

0 0 15

UJI ANTIBAKTERI FRAKSI AKTIF EKSTRAK ASETON KULIT BATANG Shorea acuminatissima terhadap Uji Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Aseton Kulit Batang Shorea accuminatissima terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik.

0 1 19

PENDAHULUAN Uji Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Aseton Kulit Batang Shorea accuminatissima terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik.

0 8 21