UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kultur kerja bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dibiakkan. Hasil pewarnaan Gram ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
dibawah mikroskop perbesaran 100 x 10 Keterangan:
a Bakteri Staphylococcus aureus
b Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Gambar 4.1 a menunjukkan bahwa bakteri yang dibiakkan pada kultur kerja adalah bakteri S.aureus yang merupakan bakteri Gram positif
berbentuk kokus bulat. Sedangkan gambar 4.1 b menunjukkan bahwa bakteri yang dibiakkan pada kultur kerja lainnya adalah bakteri P.aeruginosa
yang merupakan bakteri Gram negatif berbentuk basil batang. Bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristal
violet sehingga ketika diamati dengan mikroskop akan menunjukkan warna ungu sedangkan bakteri Gram negatif tidak dapat mempertahankan warna
ungu dari kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada dinding sel sehingga pada saat dilihat menggunakan mikroskop akan memperlihatkan
warna merah Putra, 2012.
4.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak n
– heksana, Etil Asetat dan Metanol Daun
Cinnamomum sintoc Dengan Metode Difusi Cakram Disc Diffusion
Tahap uji antibakteri yang pertama adalah proses screening dengan metode difusi cakram yang bertujuan untuk menentukan ekstrak yang
a b
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi. Aktivitas antibakteri ditentukan melalui besarnya diameter zona hambat yang terbentuk disekitar kertas
cakram. Rata
– rata diameter zona hambat yang dihasilkan ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rata
– rata diameter zona hambat ekstrak n – heksana, etil asetat dan metanol daun C. sintoc konsentrasi 50 mgml terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Bakteri Rata
– Rata Diameter Zona Hambat mm Ekstrak
n - heksana
Ekstrak etil asetat
Ekstrak metanol
Kontrol positif
Kontrol negatif
Staphylococcus aureus
- 10,85
7,575 16,62
- Pseudomonas
aeruginosa -
11,62 10,05
14,9 -
Keterangan : Pengukuran diameter zona hambat termasuk diameter kertas cakram
6mm Tanda - menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol M, etil asetat Ea,
n – heksana H daun C. sintoc konsentrasi 50 mgml terhadap bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853.
Keterangan: a
Hasil pengujian ke 1 ekstrak daun C. sintoc dengan kontrol positif tetrasiklin 1000 µgml K+, kontrol negatif DMSO 15 K- terhadap S.aureus.
b Hasil pengujian ke 2 ekstrak daun C. sintoc dengan kontrol positif tetrasiklin
µgml 1000 K+, kontrol negatif DMSO 15 K- terhadap S.aureus. c
Hasil pengujian ke 1 ekstrak daun C. sintoc dengan kontrol positif tetrasiklin 1000 µgml K+, kontrol negatif DMSO 15 K- terhadap P. aeruginosa.
d Hasil pengujian ke 2 ekstrak daun C. sintoc dengan kontrol positif tetrasiklin
1000 µgml K+, kontrol negatif DMSO 15 K- terhadap P. aeruginosa. Konsentrasi larutan ekstrak yang digunakan untuk uji adalah 50 mg
ml, konsentrasi tersebut mengacu pada penelitian Sabariah Ismail 2011. Ekstrak n
– heksana, etil asetat, dan metanol dilarutkan dengan DMSO a
b
c d
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dimetil sulfoksida 15 15 DMSO dan 65 aquadest, untuk mempercepat proses kelarutannya digunakan alat ultrasonic homogenizer.
DMSO digunakan karena merupakan bahan alami dari serat kayu dan tidak berbahaya. DMSO berfungsi sebagai pelarut yang cepat meresap kedalam
epitel ekstrak tanpa merusak sel – sel tersebut dan DMSO juga sering
digunakan dalam bidang kedokteran dan kesehatan Cut R. Alfath dkk, 2013. DMSO digunakan sebagai kontrol negatif dan dari hasil penelitian ini Tabel
4.2 diketahui bahwa kontrol negatif tidak menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri, hal tersebut membuktikan bahwa pelarut
tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, sehingga aktivitas hanya berasal dari larutan uji bukan pelarut yang digunakan. Untuk kontrol positif
digunakan antibiotik tetrasiklin 1000 µgml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun C. sintoc
50 mgml mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dibandingkan ekstrak metanol dan n - heksana dengan rata
– rata diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah 10,85 mm sedangkan terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa adalah 11,625 mm. Ekstrak etil asetat memberikan
zona hambat parsial terhadap bakteri Staphylococcus aureus, hal ini disebabkan karena konsentrasi antibakteri yang berdifusi sampai kedaerah itu
semakin berkurang, sehingga tidak cukup untuk menghambat semua pertumbuhan bakteri Lorian V, 1980. Zona hambat yang terbentuk pada uji
antibakteri terbagi dua, yaitu zona hambat yang bersifat total dan zona hambat yang bersifat parsial. Zona hambat total apabila daerah disekeliling cakram
jernih, artinya bakteri tersebut benar – benar sensitif terhadap konsentrasi
ekstrak uji yang diberikan. Zona hambat parsial apabila ada zona hambat yang terbentuk disekitar cakram masih terdapat beberapa koloni bakteri. Hasil uji
aktivitas pada ekstrak etil asetat dapat dikatakan sebagai antibakteri kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa karena
menurut Davis Stout 1971 ketentuan kekuatan suatu zat uji terhadap bakteri bila ukuran zona hambat 20 mm atau lebih disebut sebagai sangat kuat, bila
10 mm – 20 mm kuat dan 5 – 10 mm dikatakan sebagai zat uji bersifat sedang
dan dibawah 5 mm bersifat lemah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ekstrak metanol daun C. sintoc 50 mgml juga mempunyai aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Pseudomonas
aeruginosa meskipun diameter zona hambat yang dihasilkan tidak lebih besar
dari zona hambat ekstrak etil asetat, diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus
adalah 7,575 mm sedangkan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
adalah 10,05 mm. Dengan penggolongan kekuatan zat uji berdasarkan diameter zona hambat menurut Davis Stout 1971, maka
ekstrak metanol dapat dikatakan sebagai antibakteri sedang terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan antibakteri kuat terhadap Pseudomonas aeruginosa
. Berdasarkan hasil KLT, terdapat senyawa dengan nilai Rf yang sama pada ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat, oleh karena itu ekstrak
metanol kemungkinan juga mempunyai senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri
ekstrak metanol daun C.sintoc.
Ekstrak n – heksana daun C. sintoc 50 mgml tidak menunjukkan
adanya penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Pseudomonas aeruginosa. Hal ini dapat disebabkan karena
ekstrak n – heksana mengandung lebih banyak minyak dan lemak daripada
ekstrak etil asetat dan metanol. Minyak dan lemak yang mempunyai ukuran molekul besar, menganggu proses difusi, menjadi penghalang masuknya
senyawa fenolik maupun senyawa antibakteri lainnya ke dalam sel dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri, sehingga ekstrak n
– heksana tidak cukup untuk berdifusi dan tidak mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Agustina dkk, 2011.
4.6 Kadar Air Ekstrak Etil Asetat daun Cinnamomum sintoc