UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5 Tinjauan Tentang Antibakteri
2.5.1 Aktivitas Antibakteri
Antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan jenis
mikroorganisme yang dimatikan atau dihambat pertumbuhannya, antimikroba terbagi menjadi antibakteri, antifungi, antivirus dan
antiprotozoa. Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan
pertumbuhan dan reproduksi mereka. Sampai saat ini, antibakteri masih merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan Volk dkk, 1990.
Obat untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut
haruslah bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes Ganiswarna dkk, 1995.
Aktivitas suatu zat yang bersifat antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor penting seperti konsentrasi bahan, pH, komposisi medium,
suhu, jenis bakteri penguji dan kemampuan antibakteri untuk mengurangi dalam medium. Berdasarkan jenis daya tahan kerjanya terhadap bakteri,
zat antibakteri dibagi dalam 2 kelompok yaitu bakteriostatik dan bakterisidal. Zat bakterisidal adalah zat-zat yang dapat membunuh bakteri
karena daya kerjanya yang cepat dan mematikan. Sedangkan zat yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik Irianto,
2006. 2.5.2
Mekanisme Kerja Antibakteri
Secara umum mekanisme kerja antibakteri dapat dibagi atas
Hastowo dkk, 1992 :
1. Penghambatan Pertumbuhan oleh Analog
Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya bakteri memerlukan para-aminobenzoat PABA untuk sintesis asam
folat, yang diperlukan dalam sintesis purin. Sulfonamida memiliki struktur
seperti PABA,
sehingga penggunaan
sulfonamida menghasilkan asam folat yang tidak berfungsi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Penghambatan Sintesis Dinding Sel
Perbedaan struktur
sel antara
bakteri dan
eukariot menguntungkan bagi penggunaan bahan antimikroba. Penicillin dan
Cephalosporin merupakan contoh klasik. Kedua antibiotik ini
menyebabkan penghambatan pada pembentukan ikatan sebrang silang. Pada konsentrasi rendah, penicillin menghambat pembentukan ikatan
glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu dapat dilihat dari bakteri dengan bentuk sel yang panjang tanpa
dinding sekat. Pada konsentrasi tinggi, ikatan sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti. Kepekaan bakteri terhadap
penicillin tergantung pada kemampuan mikroorganisme menghasilkan
enzim beta-laktamase enzim ini dapat merusak daya kerja penicillin. 3.
Penghambatan fungsi membran sel Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberapa
bahan tertentu tanpa merusak sel inang. Polymixin berdaya kerja terhadap bakteri Gram-negatif, sedangkan antibiotik polyene terhadap
fungi. Polymixin
dihasilkan oleh Bacillus polymyxa. Daya kerja polymixin merusak membran sel, sehingga isi sel akan keluar.
Antibakteri ini berdaya kerja terhadap sel baik yang sedang tumbuh maupun yang tidak tumbuh.
4. Penghambatan sintesis protein
Beberapa antibiotik menghambat sintesis protein pada bakteri. Sebagai contoh chloramphenicol, tetracycline, dan erythomycine.
Puromycin merupakan penghambat sintesis protein pada manusia.
Bakteri memiliki ribosom dengan 70S, sedangkan manusia 80S. Unit ribosom pada bakteri adalah 50S dan 30S. Chloramphenicol mengikat
ribosom 50S, sehingga tidak dapat berfungsi. Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, pertumbuhan bakteri dimulai kembali bila tidak ada
antibakteri ini.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.3 Antibakteri yang Digunakan Sebagai Kontrol Positif