UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.4 Pengujian Golongan Flavonoid Mojab F dkk, 2003
Satu gram sampel diekstraksi dengan 5 ml etanol kemudian tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan 1,5 gram logam magnesium.
Adanya flavonoid, diindikasikan dari terbentuknya warna pink atau merah
magenta dalam waktu 3 menit. 3.3.6.5
Pengujian Golongan Fenolik Robinson, 1991; Marliana, 2005
Tambahkan ke dalam larutan sampel beberapa tetes larutan besi III klorida 10. Adanya senyawa kelompok fenol ditandai dengan
munculnya warna biru tua atau hitam kehijauan. 3.3.6.6
Pengujian Golongan Tannin Farnsworth, 1996
Ekstrak 0,5 gram dalam cawan ditambahkan 2 ml etanol 70 kemudian diaduk, ditambahkan FeCl
3
sebanyak 3 tetes, positif jika menghasilkan biru karakteristik, biru
– hitam, hijau atau biru – hijau.
3.3.7 Penetapan Kadar Air Ekstrak yang Memiliki Aktivitas Antibakteri
Tertinggi Depkes RI, 2000
Penetapan kadar air menggunakan metode gravimetri. Krusibel porselin kosong dikonstankan terlebih dahulu dengan pemanasan pada
suhu 100-105
o
C selama 2 jam, didinginkan dalam desikator, dan kemudian ditimbang. Sebanyak 1 g sampel ditimbang dalam krusibel yang telah
diketahui beratnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110
o
C selama 5 jam, didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang kembali.
Perlakuan ini diulang sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung dalam
persen terhadap berat sampel awal. 3.3.8
Kromatografi Lapis Tipis KLT
Ekstrak yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dianalisa menggunakan
kromatografi lapis
tipis untuk
mengamati pola
pemisahannya. Sebagai fase gerak digunakan pelarut pengembang yang sesuai, dilakukan uji coba untuk mendapatkan perbandingan pelarut yang
memberikan pemisahan terbaik. Fasa gerak yang telah dibuat, dimasukkan ke dalam bejana KLT dan dijenuhkan dengan kertas saring ke dalamnya,
hingga kertas saring terbasahi semua. Selanjutnya, ekstrak dilarutkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan pelarut yang sesuai dan ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler.
Plat KLT dielusi di dalam masing – masing bejana KLT yang berisi
fase gerak, hingga fase gerak mencapai garis tepi bagian atas, kemudian diangkat. Plat KLT dibiarkan kering dan dilihat pola pemisahannya secara
langsung. Dari hasil KLT, dilihat kombinasi sistem fase gerak yang memberikan pola pemisahan terbaik.
3.3.9 Fraksinasi ekstrak yang Memiliki Aktivitas Antibakteri Tertinggi
dengan Kromatografi Kolom 3.3.9.1
Penyiapan Sampel
Berdasarkan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram, ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri tertinggi. Sebanyak 10
gram ekstrak etil asetat daun Cinnamomum sintoc, dilarutkan dalam 7,5 ml etil asetat kemudian diadsorpsikan dengan silika sebagai fasa diam
sebanyak 12 gram sedikit demi sedikit. Kemudian campuran silika dan larutan ekstrak diaduk dan dikering anginkan sampai pelarutnya menguap
sehingga diperoleh sampel yang dapat mengalir seperti serbuk.
3.3.9.2 Penyiapan Kolom Kromatografi
Penyiapan kolom kromatografi, pertama - tama pada ujung kolom kromatografi diberikan kapas untuk menahan agar silika gel tidak keluar.
100 gram Silika gel dimasukkan ke dalam beacker glass, pelarut n- heksana ditambahkan hingga menghasilkan silika yang menyerupai
bubur kemudian aduk hingga terbentuk suspensi. Suspensi silika gel yang telah terbentuk, dimasukkan kedalam kolom kromatografi sedikit
demi sedikit sambil diketuk ketuk. Pelarut yang mengalir ke ujung kolom ditampung, kemudian dimasukkan kembali ke dalam kolom. Hal ini
dilakukan secara berulang-ulang hingga silika gel menjadi padat. Kemudian 10 gram ekstrak etil asetat yang telah diadsorpsikan dengan
12 gram silika dimasukkan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom dengan cara menaburkannya sedikit demi sedikit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.9.3 Proses fraksinasi
Ekstrak etil asetat, selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Sistem pelarut yang digunakan yaitu sistem gradien.
Dengan komposisi pelarut yang digunakan yaitu n-heksana dan etil asetat, dimana setiap gradien kepolarannya ditingkatkan 5. Fraksinasi pertama
dimulai dari menggunakan pelarut n-heksan 100 sebanyak 250 ml. Eluat ditampung setiap 50 ml. Penggantian gradien fasa gerak dilakukan ketika
gradien sebelumnya telah habis digunakan untuk mengaliri kolom. Fraksinasi dilakukan hingga fasa gerak yang digunakan telah
mencapai gradien akhir yaitu etil asetat 100. Semua eluat yang diperoleh, dikeringkan terlebih dulu dengan cara diangin
– anginkan kemudian diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT untuk melihat
pola noda masing – masing eluat. Eluat yang memberikan pola noda
dengan nilai Rf yang sama, digabungkan menjadi satu dan selanjutnya diuji aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi.
3.3.10 Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi dari Ekstrak yang Memiliki Aktivitas