UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.1.2 Pelarut Pengelusi fase gerak
Pemilihan pelarut pengelusi perlu dilakukan untuk mengetahui pelarut atau campuran pelarut mana yang dapat menghasilkan pemisahan
yang diinginkan. Hal itu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu penelusuran pustaka, penerapan data KLT pada pemisahan dengan kolom
dan pemakaian elusi landaian umum mulai dari pelarut yang tidak menggerakkan linarut sampai pelarut yang lebih polar yang menggerakkan
linarut Gritter, Bobbit Schwarting, 1991. 2.7.1.3
Pembuatan Kolom Pembuatan kolom ada 2 cara, yaitu:
a. Cara kering
Selapisan pasir diletakkan didalam kolom kemudian penyerap dimasukkan ke dalam tabung sedikit demi sedikit, permukaan
diratakan dan dimampatkan sedikit. Setelah itu kertas saring diletakkan diatasnya dan ditambah lagi selapis pasir sehingga jika ditambahkan
pelarut, permukaan penyerap tidak terganggu. Selanjutnya pelarut pengelusi dibiarkan mengalir ke bawah melalui penyerap dengan keran
terbuka sampai permukaan pelarut tepat sedikit di atas bagian atas kolom Gritter, Bobbit Schwarting, 1991.
b. Cara basah
Selapisan pasir silika dimasukkan kedalam kolom dan sepertiga tabung diisi dengan pelarut. Kemudian suspensi fase diam dimasukkan ke
dalam pelarut di dalam tabung sedikit demi sedikit atau sekaligus sambil diketuk
– ketuk pada semua sisi secara perlahan – lahan agar diperoleh lapisan yang seragam. Keran dapat dibuka atau ditutup
selama penambahan asal permukaan pelarut tetap di atas permukaan penyerap Gritter, Bobbit Schwarting, 1991.
2.7.2 Kromatografi Lapis Tipis KLT
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan atas penyerapan, partisi pembagian atau
gabungannya. Lempeng pemisah tipis yang terdiri dari butir penyerap dilapiskan pada lempeng kaca, logam dan lain
– lain. Untuk mendapatkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kondisi jenuh bejana kromatografi, dinding bejana dilapisi dengan lembaran kertas saring, fase gerak dituang ke dalam bejana sehingga kertas
saring basah dan dalam bejana terdapat fasa gerak setinggi 5 – 10 mm,
bejana ditutup dan dibiarkan selama satu jam pada 20 – 25
o
C Harmita, 2006.
KLT sangat bermanfaat untuk analisis obat dan bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan peralatan sederhana, waktu cukup
singkat dan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil. Di samping itu tidak diperlukan ruang besar dan teknik pengerjaannya sederhana Harmita,
2006.
2.7.3 Kromatografi Gas
– Spektrometri Massa
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen –
komponen yang dapat menguap dan hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram. Spektroskopi massa adalah metode analisa dimana sampel
yang dianalisa akan diubah menjadi ion – ion gasnya dan massa dari ion –
ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa Sudjadi, 2007.
Pemisahan senyawa dalam GC Gas Chromatography terjadi di dalam kolom dengan melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam merupakan zat yang berada di dalam kolom sedangkan fase gerak adalah gas pembawa helium atau hidrogen. GC Gas
Chromatography dengan teknik pemisahan dimana solut
– solut yang mudah menguap dan stabil terhadap pemanasan akan bermigrasi melalui
kolom yang merupakan fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan
pada peningkatan titik didihnya kecuali jika terjadi interaksi khusus antara solute dengan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan
pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas
akan mengelusi solut dari ujung kolom yang akan dihantarkan ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat bertujuan untuk menjamin bahwa solut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akan menguap dan akan cepat terelusi, suhu yang biasa digunakan berkisar 50
– 350
o
C Sudjadi, 2007.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi dan Pengendalian Hama, Pusat
Penelitian Puslit Biomaterial LIPI Cibinong, Bogor, Jawa barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain Erlenmeyer Iwaki, gelas ukur Pyrex, hammer mill, ayakan no. mesh 40, cawan
petri, jarum ose, ose kapas steril, tabung reaksi, rak tabung reaksi, hot plate
, vortex, autoklaf, lampu spiritus, timbangan analitik, mikroskop Olympus CX21, LAF Laminar Air Flow, oven, microtiter plate,
Lemari pendingin, kapas steril, spatula, mikropipet, shaker incubator, kertas saring Whatman no. 1, vakum rotavapor IKA RV 10, kromatografi
kolom, plat kromatrografi lapis tipis, GCMS Gas Cromatography – Mass
Spectrometry , kertas cakram paper disc, botol maserasi, jangka sorong.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun Cinnamomum sintoc
yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor, pelarut metanol, etil asetat, n
– heksana, DMSO Merck, kultur bakteri Pseudomonas aeruginosa
ATCC 27853 dan kultur bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923 yang diperoleh dari lab mikrobiologi fakultas kedokteran Universitas Indonesia, antibiotik tetrasiklin, pewarnaan Gram,
aquadest steril, larutan NaCl fisiologis, medium NA Nutrient Agar Merck, medium NB Nutrient Broth Merck, p-iodonitrotetrazolium
violet INT Sigma aldrich, medium Brain Heart Infussion BHI, kloroform, asam asetat anhidrida, HCl 2 N, perekasi Dragendorf, Pb asetat,
NaOH 0,1 N, H
2
SO
4
pekat, FeCl
3
.
27