sehingga secara otomatis timbulah suatu aturan atau hukum baru yang bersifat mengikat dalam masyarakat.
Kemudian dalam pembuatan aturan yang baru atas penggantian aturan yang lama dengan tetap mempertimbangkan hierarki perundangan yang ada,
dimana UUD 1945 menjadi norma dasar dalam setiap pembuatan peraturan hukum, sehingga perubahan atas aturan tersebut tidak memiliki atau
mengandung hal-hal yang dianggap salah ataupun bertentangan seperti apa yang terkandung pada peraturan sebelumnya.
46
BAB IV PERUBAHAN STATUS BADAN HUKUM YAYASAN PERGURUAN TINGGI
SWASTA PASCA BATALNYA UNDANG-UNDANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN
A. Status Badan Hukum Yayasan Perguruan Tinggi Swasta Ditinjau Dari
Sebelum Berlakunya Undang-Undang Yayasan.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, belum ada suatu
keseragaman dalam mendirikan yayasan. Pendirian yayasan hanya berdasarkan adanya suatu kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
1
Pengakuan yayasan sebagai badan hukum karena secara fungsional doelmatigheid mengingat keberadaannya sebagai organ yang hidup di dalam
masyarakat.
2
Walaupun sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, peraturan perundang-undangan di Indonesia juga di Belanda belum mengatur
secara khusus pada waktu itu, tetapi hukum kebiasaan dan yurisprudensi telah memperkukuh eksistensi yayasan dalam pergaulan hukum sebagai suatu
badan hukum. Mengenai yayasan sebagai badan hukum telah dijelaskan dalam bab sebelumnya.
1
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi,Tujuan dan Tanggung Jawab Yayasan, h. 22.
2
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,Cet. II Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2010, h. 298.
Dalam praktek selalu ada kekayaan yang dipisahkan sebagaimana dicantumkan di dalam akta pendirian. Besarnya kekayaan yang dipisahkan
tidak ada batas minimum atau maksimum, tetapi semuanya tergantung kepada pengurus. Apabila hendak mendirikan perguruan tinggi, maka selain telah
ditentukan syarat minimal kekayaan yang harus dimiliki oleh yayasan, juga ada persyaratan lainnya yang harus dipenuhi meliputi :
1. Rencana induk pengembangan 2. Kurikulum
3. Tenaga kependidikan 4. Calon mahasiswa
5. Statuta 6. Kode etik sivitas akademika
7. Sumber pembiayaan 8. Sarana dan prasarana
9. Penyelenggara perguruan tinggi
3
Dari sudut doktrin, para ahli sepakat bahwa yayasan adalah badan hukum, sebab telah memenuhi syarat-syarat untuk dikatakan sebagai suatu
badan hukum, walaupun tidak semua pendapat ahli menyebutkan di dalam definisinya bahwa yayasan adalah suatu badan hukum.
Dalam prakteknya sebelum adanya Undang-Undang tentang Yayasan, sebuah yayasan didirikan dengan akta notaris dengan memisahkan suatu harta
kekayaan oleh pendiri, yang kemudian tidak boleh dikuasai lagi oleh pendirinya. Akta notaris memuat anggaran dasar yayasan, sehingga ketentuan
yang terdapat di dalam anggaran dasar itu merupakan ketentuan yang
3
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Putusan No. 234U2000 tentng Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2010
mengikat yayasan serta pengurusnya, dan bila ada juga memuat ketentuan tentang orang-orang yang mendapat manfaat dari harta yayasan.
Dalam beberapa
ketentuan perundang-undangan
telah mengelompokkan yayasan sebagai badan hukum, demikian pula putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 27 Juni 1973 Nomor 124 KSip1973, telah berpendapat bahwa yayasan adalah badan hukum, hanya
saja tidak diketahui dengan pasti saat yayasan memperoleh status sebagai badan hukum.
B. Pengaturan Yayasan Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengharuskan adanya otonomi bagi perguruan tinggi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah
maupun yang diselenggarakan oleh swasta. Otonomi ini diberkaitkan dengan kerelaan dari penyelenggara pemerintah atau yayasan, perkumpulan untuk
melimpahkan kekuasaan yang dimilikinya, serta pencarian dan pengelolaan dana, kesejahteraan pendidik dan pemenuhan sarana dan prasarana.
Jika penyelenggara rela memberikan hal tersebut kepada perguruan tinggi, maka perguruan tinggi tidak hanya memperoleh otonomi keilmuan,
tetapi juga memiliki otonomi pengelolaan pendidikan akademik dan otonomi pengelolaan lembaga, seperti pengangkatan pejabat dan personalia
serta pencairan dan penggunaan dana dengan prinsip nirlaba dan adil, transparan dan akuntabel.
4
Pengaturan penyelenggaraan perguruan tinggi swasta di Indonesia selain diatur melalui Undang-Undang Yayasan juga diatur dalam produk
hukum lain yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan peraturan terbaru ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Pengaturan Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 meliputi :
1. Tanggung jawab, tugas, dan wewenang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbut dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
2. Pendirian Perguruan Tinggi, Program Studi, dan program Pendidikan Tinggi
3. Gelar, Ijazah, dan sertifikat profesi. Adapun pengaturan pengelolaan Perguruan Tinggi berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 meliputi otonomi perguruan tinggi, pola pengelolaan Perguruan Tinggi, tata kelola Perguruan Tinggi dan
akuntabilitas publik.
4
Anwar Arifin, Format Baru Pengelolaan Pendidikan, Cet. II, Jakarta : Pustaka Indonesia, 2006, h. 59.