Permasalahan Pada Yayasan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta

a. Para pemohon yang telah lama menyelenggarakan pendidikan formal, tidak secara tegas diakui dan dijamin haknya sebagai penyelenggara satuan pendidikan formal; b. Bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan tidak dimungkinkannya lagi yayasan sebagai pelaksana pendidikan; c. Pemaksaan terhadap yayasan, perkumpulan dan badan hukum lain sejenis diharuskan untuk menyesuaikan tata kelola sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan paling lambat 6 enam tahun setelah diundangkan, mengakibatkan kerugian besar bagi para Pemohon, karena para Pemohon yang kegiatannya khusus untuk menyelenggarakan pendidikan diharuskan menyesuaikan diri dengan mengubah akta pendiriannya sehingga dibatasi haknya untuk ikut menyelenggarakan pendidikan pada hal selama ini para Pemohon sampai sekarang masih menyelenggarakan satuan pendidikan dan merupakan kegiatan utama; d. Para Pemohon kehilangan hak penyelenggaraan pendidikan formal secara langsung yang telah digelutinya berpuluh-puluh tahun sebagai tujuan keberadaannya dan merupakan hak asasinya; e. Para Pemohon kehilangan kemampuan, pengalaman, sistem penyelenggaraan, tata kelola, tata kerja dan sejenisnya yang telah diperoleh, dipupuk dan dikembangkan selama puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, yang membutuhkan perjuangan lama, kehilangan modal, asset dan lain sebagainya; f. Para Pemohon akan kehilangan waktu, pikiran, tenaga dan dana yang harus dikeluarkan untuk menghadapi tata kerja badan hukum pendidikan; g. Potensi kerugian dari penyelenggara pendidikan dimana harus merubah akta pendirian untuk dapat ikut serta sebagai penyelenggara pendidikan; h. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan selain menimbulkan masalah internal yayasan, perkumpulan dan badan hukum lainnya, juga menimbulkan masalah ekternal yaitu harus mengajukan perubahan dan harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan mendapat persetujuan dari Menteri Pendidikan Nasional. 9

C. Pokok Putusan Mahkamah Konstitusi RI

Peradilan Konstitusional dimaksudkan untuk memastikan bahwa UUD 1945 sungguh-sungguh dijalankan atau ditegakkan dalam kegiatan penyelenggaraan Negara sehari-hari. 10 Juga diperlukan mekanisme pengujian 9 Wawancara pribadi dengan Moh. Yasin Ardhy. Jakarta, 16 Maret 2014. 10 Sophia Hadyanto, ed. Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi” Dalam Rangka Ulang Tahun ke-80 Prof.Solly Lubis, Jakarta : PT. Sofmedia, 2010, h.310. judisial agar undang-undang selalu konsisten dengan UUD 1945. 11 Berkaitan dengan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan yang isinya bertentangan dengan UUD 1945, maka disini Mahkamah Konstitusi RI dengan kewenangannya dapat melakukan pengujian undang-undang dan Peraturan Perundang-undangan. Pemeriksaan pengujian undang-undang dapat dilakukan secara material materiile toetsing atau secara formil formele toetsing, Jika pengujian tersebut dilakukan atas materi undang-undang, maka pengujian tersebut disebut pengujian formal. Misalnya pengujian atas proses prosedural terbentuknya undang-undang itu ataupun atas proses administratif pengundangan dan pemberlakuannya untuk umum yang ternyata bertentangan dengan UUD 1945 ataupun prosedur menurut undang-undang yang didasarkan atas UUD 1945, dapat disebut pengujian yang bersifat formil, 12 sehingga bentuk pengujian atas Undang-Undang tergantung dari apa yang diajukan ke depan muka sidang Mahkamah Konstitusi RI. Berikut adalah pokok putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Konstitusi RI berkenaan dengan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan : 1. Menerima dan mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; 11 Moh. Mahfud M.D, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Cet. I, Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, 2009, h. 260. 12 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. I, Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer, 2007, h .589.