mengetahui  peraturan  apa  yang  menjadi  payung  hukum  yayasan penyelenggara perguruan tinggi swasta  di Indonesia saat ini.
Sejauh  penelusuran  penulis,  belum  ada  yang  melakukan  penelitian mengenai  kedudukan  yayasan  pendidikan  setelah  batalnya  Undang-Undang
Badan  Hukum  Pendidikan  dan  setelah  melakukan  inventarisasi  judul  skripsi di  Perpustakaan  Umum  UIN  Syarif  Hidayatullah  Jakarta,  skripsi  berjudul
“Implikasi Yuridis Batalnya Undang-Undang Nomor 9 tahun 2009 terhadap Yayasan  Perguruan  Tinggi  Swasta  di  Indonesia
”  belum  pernah  diangkat sebelumnya  sebagai  judul  skripsi.  Jadi,  penelitian  yang  penulis  tulis  sejauh
yang diketahui penulis belum pernah dibahas sebelumnya.
F. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka
konseptual, merupakan
kerangka yang
menggambarkan  hubungan  antara  konsep-konsep  khusus  yang  mencakup definisi-definisi  operasional.
4
Adapun  kerangka  konseptual  dalam  penelitian ini meliputi :
1.  Penyelenggara Pendidikan Yang dimaksud penyelenggara pendidikan adalah para pihak yang
berkontribusi  untuk  memberikan  fasilitas  atau  kebutuhan  secara  umum dalam pelaksanaan pendidikan.
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Cet. IX, Jakarta:Rajawali Press, 2006, h. 132-133.
Secara  umum  penyelenggara  pendidikan  di  Indonesia  adalah Pemerintah yang secara jelas mendirikan sekolah Negeri dan pihak swasta
yang dalam hal  ini organisasi  formal  yaitu organisasi  yang secara formal menetapkan  tujuan  yang  akan  dicapainya  itu  dengan  tertulis  berdasarkan
peraturan  atau  hukum  yang  berlaku,  menetapkan  pola  kegiatan,  dan menekan pada koordinasi dan hierarki kewenangan.
5
Termasuk dalam hal ini Yayasan sebagai penyelenggara pendidikan.
2.  Badan Hukum Pendidikan Sesuai  dengan  Undang-Undang  Nomor  9  Tahun  2009  tentang
Badan  Hukum  Pendidikan,  yang  dimaksud  Badan  Hukum  Pendidikan adalah Badan Hukum yang menyelenggarakan pendidikan formal. Namun
setelah  batalnya  Undang-Undang  tentang  Badan  Hukum  Pendidikan tersebut,  terdapat  pengertian khusus  mengenai  Badan Hukum Pendidikan
yang disampaikan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21- 126-136PUU-VII2009,  bahwa  Badan  Hukum  Pendidikan  dimaknai
sebagai  sebutan  fungsi  penyelenggara  pendidikan  dan  bukan  sebagai bentuk badan hukum tertentu.
3.  Yayasan Perguruan Tinggi Swasta Menurut  Peraturan  Pemerintah  Nomor  4  Tahun  2014  Tentang
Penyelenggaraan  Pendidikan  Tinggi  dan  Pengelolaan  Perguruan  Tinggi pasal  1  angka  6  menyebutkan  bahwa  Perguruan  Tinggi  Swasta  yang
5
H.M. Daryanto, Administrasi Pendidikan,Cet. VII, Jakarta : Rineka Cipta, 2011, h. 3.
selanjutnya  disingkat  PTS  adalah  Perguruan  Tinggi  yang  didirikan  dan atau diselenggarakan oleh masyarakat.
Kemudian  dalam  Undang-Undang  yang  sama  pasal  8  ayat  2 menyatakan  bahwa  Perguruan  Tinggi  Swasta  PTS  didirikan  oleh
masyarakat  dengan  membentuk  Badan  Penyelenggara  berbdan  hukum yang  berprinsip  nirlaba  dan  wajib  memperoleh  izin  dari  Menteri.  Atas
ketentuan  tersebut  maka  yayasan  sebagai  badan  hukum  yang  berprinsip nirlaba  juga  dapat  dikatakan  sebagai  penyelenggara  pendidikan  termasuk
penyeenggara perguruan tinggi swasta.
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Pada  penelitian  ini  penulis  menggunakan  tipe  penelitian  bersifat normatif empiris yeng terdiri dari penelitian terhadap identifikasi masalah
hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.
6
Identifikasi  masalah  dilakukan  dengan  cara  melihat  sebab  serta akibat  yang  timbul  dari  batalnya  Undang-Undang  Badan  Hukum
Pendidikan tertutama dampak yang dirasakan oleh yayasan penyelenggara perguruan  tinggi  swasta  di  Indonesia.  Sedangkan  penelitian  terhadap
efektivitas  hukum  dimaksudkan  untuk  melihat  efektiv  tidaknya  suatu
6
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. III, Jakarta : Rajagrafindo, 2001, h. 42.