Kasus Pertukaran pada perjanjian mudharabah

85 koperasi. Qardhul hasan juga memiliki fungsi untuk menambah kuantitas jumlah anggota koperasi, karena dengan adanya qardhul hasan akan menarik simpati kepada orang-orang yang belum bergabung kepada koperasi. Selain itu qardhul hasan juga mengandung unsur pertukaran lain yaitu redistribusi, dimana sesuai pengertiannya redsitribusi adalah penyaluran barang atau jasa kepada individu atau kelompok tanpa bermaksud meminta balasan apapun. Dan memang qardhul hasan tidak mengharapkan balasan apapun dari orang yang diberi bantuan. “Qardhul hasan ini juga berfungsi untuk menarik orang-orang yang belum mendaftarkan dirinya di koperasi. Habis itu secara nggak langsung qardhul hasan juga menjadikan para anggota selalu komitmen untuk tetap berjuang bersama koperasi..” Hadi Syahputra

IV.4. Contoh penerapan sistem pertukaran di koperasi syari’ah

Pada tulisan kali ini kita akan melihat proses pertukaran yang berlangsung di koperasi syari’ah melalui contoh kasus pembiayaan dengan mekanisme pasar dan non-pasar.

IV.4.1. Kasus Pertukaran pada perjanjian mudharabah

Kasus ini merupakan salah satu kasus pembiayaan yang menggunakan akad mudharabah yang ada di Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri yang akan dihubungkan dengan teori pertukaran. Kasus ini bermula pada tanggal 25 januari tahun 2007 atau sekitar dua tahun silam. Saat itu pengurus koperasi baru saja membuat sebuah kebijakan baru, yaitu memberikan kesempatan kepada para anggota untuk melakukan pinjaman, baik dalam bentuk mudharabah, Universitas Sumatera Utara 86 murbahah, ataupun dalam bentuk musyarakah. Kebetulan saat itu salah seorang pemilik warung di “Pajak USU” tertarik dengan penawaran koperasi. Iapun mendaftar menjadi anggota koperasi, karena saat itu memang koperasi sedang gencar-gencarnya melakukan perekrutan anggota baru. Setelah mendaftar sebagai anggota maka pemilik warung tersebut diterima sebagai anggota koperasi, dan langsung meminjam dana menggunakan perjanjian mudharabah sebanyak Rp.1.400.000. dan lama waktu pinjaman yang disepakati adalah sepuluh bulan. Uang tersebut akan digunakan untuk menambah modal usaha warung nasinya. Tiga bulan pertama bagi hasil dengan koperasi berjalan dengan lancar, namun setelah itu ada sedikit permasalahan karena si mitra sudah dua bulan tidak menyetorkan bagi hasil kepada koperasi. Setelah itu koperasi melalui ketua umumnya langsung mendatangi warung si mitra tersebut dan dia berjanji akan segera mentaati aturan yang telah disepakati di awal. Menurut Suyadi kepercayaan yang begitu besar kepada mitra yang satu ini karena adanya sang penjamin, dimana penjamin tersebut merupakan teman dekat salah seorang dari anggota koperasi dan dia berjanji kalau terjadi sesuatu yang merugikan dialah yang akan menaggung resikonya. “Kami percaya aja ama ibu itu walaupun dia baru masuk ke koperasi, karena ada teman dekat kami yang anggota koperasi mau menjamin ibu itu.....dia bilang kalau ada apa-apa dia yang akan tanggung resikonya, maka itu saya percaya aja...padahal itukan baru pertama kali koperasi buka kesempatan kepada anggota untuk meminjam dana ke kami koperasi....“Suyadi. Universitas Sumatera Utara 87 Setelah pertemuan itu ternyata si mitra tidak mematuhi perjanjiannya dan terus menunggak kewajibannya. Ketua koperasipun kembali menemui si mitra, hasilnya bulan depan dia berjanji untuk melaksanakan kewajibannya. Koperasipun mempercayainya, dan memberikan kesempatan kepada si mitra untuk menepati janjinya bulan berikutnya. Setelah bulan yang kelima berlangsung ternyata si mitra tersebut tidak menepati lagi janjinya bahkan dia tidak pernah kelihatan di warungnya yang ada di “Pajak USU”. Setelah itu koperasi mengadukan permasalahan ini kepada anggota koperasi yang menjadi penjamin si mitra tadi, dan dia berjanji untuk mempertemukan koperasi dengan ibu tersebut. “Waktu kami adukan permasalahan ini ke temannya yang jadi penjamin itu dia janji akan segera menjumpai ibu itu...dan akan mempertemukan ibu itu sama kami secepatnya.” Sofyana Bulan berikutnya koperasi masih menunggu kedatangan ibu itu namun setelah ditunggu selama beberapa hari ibu itupun tidak pernah menemui para pengurus koperasi. Yang menjadi masalah pada saat itu bagi siapa yang mengikuti pembiayaan di koperasi cukup meninggalkan jaminan KTP saja. Karena itulah si mitra dengan mudahnya melupakan kewajibannya kepada koperasi. Universitas Sumatera Utara 88 “Memang waktu itu kami belum berpikir untuk menjadikan surat- surat berharga sebagai barang jaminan, waktu itu ya Cuma KTP aja yang jadi jaminan...itulah yang buat ibu itu berani nggak bayar kewajibannya ke koperasi....“Hadi Syahputra Waktupun memasuki bulan ke enam dari pembiayaan, karena belum juga ada kabar dari si mitra maka pihak koperasi kembali menghubungi salah seorang anggota koperasi yang menjadi penjamin dari ibu itu. Setelah dimintai keterangan, ternyata si mitra yang meminjam dana koperasi itupun sedang mengalami kesulitan keuangan dan dia terpaksa menutup usahanya yang ada di “Pajak USU“. Dari keterangan si penjamin maka koperasipun memberikan tenggang waktu sampai batas akhir pinjaman yaitu bulan November, jika sampai batas waktu kewajiban itu belum dilaksanakan maka akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan terlebih dahulu. Jika cara ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan maka koperasi akan melanjutkannya ke jalur hukum. “Di dalam surat perjanjian itu memang tercantum pernyataan kalau perjanjian ini dilanggar oleh salah satu pihak maka akan diselesaikan dulu pakai cara kekeluargaan….kalau nggak bisa juga ya kita tempuh jalur hukum.” Hadi Syahputra Waktu akhir untuk pelunasan pinjaman tiba, tepatnya pada bulan November 2007, permasalahan timbul lagi ternyata si mitra tidak juga menjumpai para pengurus koperasi untuk melunasi tagihannya. Memang menurut pengurus koperasi sesuai kesepakatan di akad Universitas Sumatera Utara 89 mudharabah bahwa jika si mitra rugi dalam menjalankan usahanya maka koperasi tidak berhak mendapatkan bagi hasil dan modal koperasipun tidak perlu dikembalikan. Namun permasalah kali ini berbeda, karena kerugian itu sifatnya bukanlah hal yang tidak disengaja melainkan disengaja oleh si mitra, si mitra sengaja tidak membuka warungnya lagi dan sengaja tidak menjumpai kami para pengurus kopersi, karena itulah koperasi merasa dicurangi. “Kalau ibu itu rugi karena tidak sengaja maka kami rela uang itu nggak balik ke kami karena itu resiko mudharabah, tapi menurut kami ini disengaja sama ibu itu, dia sengaja nggak jualan-jualan dan ngindarin kami, jadi kami nggak mau diam gitu aja.Suyadi Karena belum menemukan titik terang maka koperasi kembali menemui si penjamin tadi. Dari dialog yang berlangsung dengan si penjamin dia berjanji akan membantu membayarkan tagihan si mitra tadi dengan cara dicicil, karena dia sebagai penjamin merasa bertanggung jawab terhadap uang yang di pinjam oleh si mitra. Sekarang kasus ini sudah hampir selesai, karena si penjamin tadi memang menepati janjinya untuk mengembalikan modal koperasi yang berjumlah Rp.1.400.000 tersebut. Dari kasus ini kita dapat melihat adanya unsur pertukaran yang muaranya kepada resiprositas umum, dimana nilai moral sebagai pengikat seorang individu dalam hal melaksanakan kewajibannya di koperasi. Kemudian dapat juga kita jumpai unsur resiprositas sebanding dimana pada resiprositas ini Universitas Sumatera Utara 90 menghendaki barang atau jasa yang dipertukarkan mempunyai nilai yang sebanding, artinya uang yang dikeluarkan koperasi harus dikembalikan sebanyak jumlah yang dipinjam si mitra, kemudian disertai pula dengan perjanjian kapan pertukaran itu berlangsung, kapan memberikan, menerima, dan mengembalikan. Ciri resiprositas sebanding yaitu adanya norma-norma, aturan-aturan, atau sanksi- sanksi sosial untuk mengontrol individu-individu dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu ketika terjadi kecurangan ataupun kerugian yang disebabkan oleh si mitra maka ia akan mendapatkan sanksi sosial berupa hilangnya reputasi nama baik di kalangan anggota dan pengurus koperasi. Hilangnya nama baik ini juga yang akhirnya diterima oleh si mitra sebagai konsekuensi dari ketidak disiplinannya melaksanakan kewajiban, dampak dari hal itu semua bermuara kepada hilangnya kepercayaan para pengurus koperasi dan anggota koperasi yang lain. Dari contoh kasus di atas kita dapat juga melihat bahwasannya menyelesaikan suatu kasus secara kekeluargaan akan lebih baik jika dibandingkan menyelesaikannya lewat jalur hukum, karena koperasi memang berazaskan kekeluargaan dalam melaksanakan usahanya.

IV.4.2. Kasus Pertukaran pada perjanjian musyarakah