Susunan kepengurusan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri 2008-2010 Pengurus Bidang Usaha Yang Dijalankan Koperasi

47 yang bertentangan dengan aturan agama Islam atau tidak. Sedangkan pengawas biasa mengawasi kebijakan pada permasalahan yang umum. 4. Pengelola Koperasi Pengelola koperasi merupakan bagian penting di koperasi, karena pengelola koperasi membantu para pengurus dalam hal menjalankan usaha yang ada di koperasi. Pengelola koperasi diangkat dan diberhentkan oleh pengurus koperasi oleh karenanya pertanggungjawabannya juga kepada pengurus koperasi bukan kepada rapat anggota. Pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri pengelola dibagi kepada lima bidang, diantaranya bidang simpan pinjam, perdagangan, private les, cattering service.

II.7. Susunan kepengurusan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri 2008-2010 Pengurus

Ketua : Suyadi Sekretaris : Desel Vianti, S.E. Bendahara : Liza Rickiyani, A.Md. Administrasi dan Keuangan Dina Fitri Junightifa, S.Km. Dewan Pengawas Ketua : Achmad Syahputra, S.T. Sekretaris : Triana Lily Rahayu Tanjung, S.S. Anggota : Rajab Polpoke, S.Sos Pengawas Syari’ah Junaidi Parapat, S.E. Universitas Sumatera Utara 48 Pengelola Marketing : - Aqmalia Santika - Yelmis Fetri Levi - Zahrina, A.Md - Dwi Karina Ariadni - Ivana Widya Sari Perdagangan : - Dina Fitri Junightifa, S.Km. Privat Les : - Diki Altrika - Mukhtata, A.Md Catering : - Anggi Anggriani, S.E. Rental Mobil : - Ismail, A.Md

II.8. Bidang Usaha Yang Dijalankan Koperasi

Sampai saat ini Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri sudah melakukan berbagai macam kegiatan usaha. Namun secara umum dibagi menjadi dua kategori, kategori yang pertama adalah bidang jasa keuangan syari’ah dan yang kedua adalah bidang perdagangan. untuk bidang jasa keuangan syari’ah kegiatan usahanya adalah sebagai berikut: A. Produk penghimpunan dana: • Investasi mudharabah umum tabungan • Investasi SPP mahasiswa dan pelajar • Investasi berjangka mudharabah • Investasi nikah Universitas Sumatera Utara 49 B. Produk penyaluran danausaha • Mudharabah • Musyarakah • Murabahah jual beli • Ijarah sewa • Qardh pinjaman • Usaha perdagangan Penjualan Pulsa, Buku, Majalah, dan parfum • Privat less, catering service Universitas Sumatera Utara 50 BAB III EKONOMI SYARI’AH III.1. Sejarah Perkembangan Masa pertumbuhan perekonomian syari’ah terjadi pada awal berdirinya negara Islam di Madinah, meskipun belum dikatakan sempurna sebagai sebuah sistem ekonomi tapi masa itu merupakan benih bagi tonggak-tonggak timbulnya dasar ekonomi Islam. Secara perbuatan segala dasar dan praktek ekonomi syari’ah sebagai sebuah sistem telah dipraktekkan pada masa itu, tentunya dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan masanya. Lembaga keuangan seperti bank dan perusahan besar PT tentunya pada saat itu belum ditemukan. Namun demikian lembaga moneter di tingkat pemerintahan telah ada, yaitu berupa Baitul Mal rumah harta. Fungsinya untuk tempat menyimpan harta negara yang diperoleh dari sodaqoh dan zakat masyarakat www.shariaheconomics.org2008sejarah- ekonomi-syariah . Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan ekonomi, pada abad ke 2 Hijriyah para ulama mulai meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya sistem ekonomi syari’ah di sebuah negara atau pemerintahan. Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi akad, pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah PT, pengaturan pasar dan lain sebagainya. Namun kaidah- kaidah yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer dalam buku- buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku dengan judul ekonomi Islam http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38 Universitas Sumatera Utara 51 Beberapa karya fiqih yang mengetengahkan persoalan ekonomi, yaitu fiqih Mazdhab Maliki: Al-Mudawwanah al-Kubro karya Imam Malik 93-179 H, Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd wafat 595 H, Al-Jami’ Li Ahkam al- Quran karya Imam al-Qurthubi wafat 671 H, Al-Syarhu al-Kabir karya Imam Ahmad al-Dardir wafat 1201 H. Fiqih Mazdhab Hanafi: Ahkam al-Quran karya Imam Abu Bakar Al-Jassos wafat 370 H, Al-Mabsut karya Imam Syamsuddin al-Syarkhsi wafat 483 H, Tuhfah al-Fuqoha karya Imam Alauddin al- Samarqandu wafat 540 H, Bada’i al-Sona’i karya Imam Alauddin Al-Kasani wafat 587 H http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Fiqih Mazdhab Syafi’I: Al-Umm karya Imam Syafi’I 150-204 H, Al- Ahkam al-Sulthoniyah karya Al-Mawardi wafat 450 H, Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi wafat 657 H, Al-Asybah Wa al-Nadzoir karya Jalaluddin al-Suyuthi wafat 911 H, Nihayah al-Muhtaj karya Syamsuddin al-Romli wafat 1004 H. Fiqih Mazdhab Hambali: Al-Ahkam al-Sulthoniyah karya Qodhi Abu Ya’la wafat 458 H, Al-Mughni karya Ibnu Qudamah wafat 620 H, Al-Fatawa al- Kubro karya Ibnu Taimiyah wafat 728 H, A’lamul Muwaqi’in karya Ibnu qoyyim al-Jauziyah wafat 751 H, dan kitab Al-Muhalla karya Ibnu Hazm http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Dari kitab-kitab tersebut, bila dikaji, maka akan ditemukan banyak hal tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi Islam, baik sebagai sebuah sistem maupun keterangan tentang solusi Islam bagi problem-problem ekonomi pada masa itu. Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” misalnya, Universitas Sumatera Utara 52 memberi penjelasan tentang kewajiban negara menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap warga negara. Konsep ini telah melampaui pemikiran ahli ekonomi saat ini. Demikian pula halnya dengan karya-karya fiqih lain, ia telah meletakkan konsep-konsep ekonomi syari’ah, seperti prinsip kebebasan dan batasan berekonomi, seberapa jauh intervensi negara dalam kegiatan roda ekonomi, konsep pemilikan swasta pribadi dan pemilikan umum http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Meskipun permasalahan ekonomi telah dibahas secara acak pada buku-buku fiqih, namun pada fase ini terdapat juga karya-karya tentang ekonomi Islam yang membahas secara khusus tentang ekonomi. Karya-karya ini tentunya telah mendahului karya-karya ahli ekonomi Barat saat ini, sebab karya-karya kaum muslimin dalam bidang ini telah ada sejak abad ke 7 M. Karya-karya tersebut antara lain: Kitab Al-Khoroj karya Abu Yusuf wafat 182 H762 M Abu Yusuf adalah seorang qadli hakim pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Pada saat itu Harun al-Rasyid meminta beliau menulis tentang pendapatan negara dalam bentuk khoroj sejenis pajak, zakat, jizyah dan lainnya untuk dijadikan pegangan hukum negara semacam KUHP sekarang http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Kitab Al-Khoroj karya Imam Yahya al-Qursyi 204 H774 M Kitab Al- Amwal karya Abu Ubaid bin Salam wafat 224 H774 M kitab ini telah banyak ditahkik dan dita’liq dikomentari oleh Muhammad Hamid Al-Fahi, salah seorang ulama Al-Azhar. Kitab ini pun termasuk kitab terlengkap dalam membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan harta di Daulah Islamiyah. Universitas Sumatera Utara 53 Al-Iktisab Fi al-Rizqi karya Imam Muhammad al-syaibani wafat 334 H815 M, dan karya-karya lainnya seperti karya Ibnu Kholdun, Al-Maqrizi, Al-Aini dan lain-lain Di penghujung abad 14 dan 15 M merupakan titik awal bagi adanya aliran keilmiahan dalam bidang ekonomi modern. Bahkan Syaikh Mahmud Syabanah, mantan wakil rektor Al-Azhar menyatakan bahwa kitab “Mukaddimah” karya Ibnu Kholdun yang terbit pada tahun 784 H atau sekitar abad 13 hingga 14 M adalah bentuk karya yang mirip dengan karya Adam Smith, dalam karyanya ibnu Kholdun juga menulis tentang asas-asas dan berkembangnya peradaban, produktifitas sumber-sumber penghasilan, bentu-bentuk kegiatan ekonomi, teori harga, migrasi penduduk dan lain-lain. Sehingga isi kedua karya ini hampir sama perbedaannya hanya terletak pada kondisi dan lingkungan http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Masa kemunduran ekonomi Islam terjadi pada saat ditutupnya pintu ijtihad dalam berbagai perubahan di bidang sosial kemasyarakatan oleh para ulama, hal ini disebabkan karena para ulama seakan tidak siap dan berani untuk langsung menelaah kembali sumber asli tasyri’ dalam menjawab perubahan-perubahan tersebut. Mereka lebih suka merujuk pada pendapat imam-imam mazdhab terdahulu dalam mengambil suatu hukum, sehingga ilmu-ilmu keislaman lebih bersifat pengulangan dari pada bersifat penemuan. Tradisi taklid ini menimbulkan kemacetan dalam menggali ilmu-ilmu baru, khususnya dalam menjawab hajat manusia di bidang ekonomi. Padahal ijtihad adalah sumber kedua Islam setelah al- Quran dan as-Sunnah dan pukulan telak terhadap Islam adalah ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut www.shariaheconomics.org2008sejarah-ekonomi-syariah . Universitas Sumatera Utara 54 Sejak ditutupnya pintu ijtihad pada abad 19 M, hubungan antara sebagian masyarakat dengan penerapan syariat Islam yang sahih menjadi renggang. Sebagaimana juga telah terhentinya studi-studi tentang ekonomi Islam, hingga sebagian orang telah lupa sama sekali bahkan ada sebagian pihak yang mengingkari istilah “ekonomi syari’ah”. Ajaran Islam akhirnya terpojok pada hal- hal ibadah dan persoalan perdata saja, lebih ironis lagi sebagian hal itu pun masih jauh dari ajaran Islam yang benar. Meskipun studi ilmiah modern dalam bidang ekonomi masih sangat terbatas usaha-usaha telah dilakukan, antara lain: Pertama, studi ekonomi mikro. Dalam hal ini studi terfokus pada masalah-masalah yang terpisah, seperti pembahasan tentang riba, monopoli, penentuan harga, perbankan, asuransi kebebasan dan intervensi pemerintah pada kegiatan ekonomi dan lain- lain. Langkah ini terlihat dari diadakannya beberapa seminar dan muktamar, antara lain: Muktamar Internasional tentang fiqih Islam pertama yang diadakan di Paris tahun 1951 dibahas masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, riba dan konsep pemilikan http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah- perkembangan , 01022009 10:38. Muktamar Fiqih Islam kedua diadakan di Damaskus pada bulan April 1961. Dalam muktamar tersebut dibahas tentang asuransi dan sistem hisbah pengawasan menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam ketiga diadakan di Kairo pada Mei 1967, membahas tentang asuransi sosial takaful menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam keempat diadakan di Tunis pada bulan Januari 1975, membahas masalah pemalsuan dan monopoli. Muktamar Fiqih Islam kelima diadakan di Riyadh pada bulan Nopember 1977 membahas tentang sistem Universitas Sumatera Utara 55 pemilikan dan status sosial menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam sedunia, diadakan di Riyadh yang diorganisir oleh Universitas Imam Muhammad bin Saud pada tanggal 23 Oktober hingga Nopemebr 1976, membahas tentang perbankan Islam antara teori dan praktek dan pengaruh penerapan ekonomi Islam di tengah- tengah masyarakat. Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo dalam hal ini sedikitnya telah delapan kali mengadakan muktamar yang membahas tentang ekonomi Islam http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Muktamar Ekonomi Islam Internasional, antara lain: Muktamar Ekonomi Islam Sedunia pertama , diadakan di Makkah pada tanggal 21-26 Pebruari 1976 dan Muktamar ekonomi Islam, diadakan di London pada bulan Juli 1977. Hingga saat ini buku-buku tentang ekonomi Islam, baik dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris serta bahasa lainnya dapat kita temukan di toko-toko buku. Buah dari semaraknya studi-studi ekonomi Islam ini ditandai dengan berdirinya bank-bank Islam, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam skala internasional misalnya, telah berdiri Islamic Development Bank IDBBank Pembangunan Islam yang kantornya berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia. Dalam agreemen establishing the islamic Development Bank anggaran dasar IDB pada article 2 disebutkan bahwa salah satu fungsi dan kekuatan IDB pada ayat xi adalah melaksanakan penelitian untuk kegiatan ekonomi, keuangan dan perbankan di negara-negara muslim dapat sejalan dengan syari’ah http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. Universitas Sumatera Utara 56 IDB juga telah memberikan bantuan teknis, baik dalam bentuk mensponsori penyelenggaraan seminar-seminar ekonomi dan perbankan Islam di seluruh dunia maupun dalam bentuk pembiayaan untuk tenaga perbankan yang belajar di bank Islam serta tenaga ahli bank yang ditempatkan di bank Islam yang baru berdiri. Bukti lain maraknya pelaksanaan ekonomi Islam adalah laporan dari data yang diambil dari Directory Of Islamic Financial Institutions tahun 1988 terbitan IRTIIDB bahwa sedikitnya telah ada 32 bank Islam berdiri sebelum Bank Muamalat Indonesia berdiri di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Bila di Indoneisa banyak bank konvensional beralih bentuk ke bank syari’ah, berarti pertumbuhan bank syari’ah semakin cepat dan diminati oleh kalangan usahawan, belum lagi pertumbuhan bank syari’ah di negara lain dalam dekade ini, seperti di Malaysia dan negara-negara Islam lainnya http:tarbiyahweekly.wordpress.com20071025sejarah-perkembangan , 01022009 10:38. III.2. Perbedaan Ekonomi Syari’ah dan Ekonomi Konvensional Perbedaan sistem ekonomi konvensional dan ekonomi syari’ah adalah, dalam sistem ekonomi konvensional proses pemenuhan kebutuhan dilakukan dengan pendekatan permintaan dan penawaran. Disamping itu untuk beberapa aliran seperti liberalisme yang paling dipentingkan adalah bagaimana membuat dan menguasai sumber daya tanpa mempedulikan akibat yang terjadi, yang terpenting adalah pada kebutuhan perorangan. Ini muncul karena menurut aliran liberalisme hak-hak orang lain sangat tidak diperhatikan, yang terpenting bagi Universitas Sumatera Utara 57 penganut aliran ini adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya walaupun kadang mengabaikan etika dan moral yang ada Modul Pelatihan Koperasi,2005;29. Berbeda dengan ekonomi konvensional, ekonomi syari’ah selain memperhatikan faktor permintaan dan penawaran juga sangat dipengaruhi oleh peraturan dan prinsip serta kerangka nilai yang bersumber dari Qur’an dan Hadist, sehingga dalam proses pelaksanaannya disamping berpikir keuntungan secara ekonomi juga memperhatikan faktor-faktor tertentu boleh dan tidak yang mana pedoman boleh dan tidak tersebut adalah Qur’an dan Hadist. Faktor lain yang membedakannya adalah pada aspek penerapan bunga, yang menjadi alat utama dalam operasional pemenuhan kebutuhan manusia pada proses ekonomi, sedangkan dalam Islam tidak dikenal yang namanya sistem bunga. Sistem ini diganti menjadi sistem bagi hasil. Perbedaan antara sistem bunga dan bagi hasil adalah sebagai berikut Modul Pelatihan Koperasi,2005;48: a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad tanpa dengan asumsi selalu untung, sedangkan bagi hasil penentuan besarnya rasio nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berdasar pada kemungkinan untung rugi. b. Pada sistem bunga besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang modal yang dipinjamkan, sedangkan bagi hasil besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Universitas Sumatera Utara 58 c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan untung atau rugi, sedangkan bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila usaha rugi akan ditanggung bersama. d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat, sedangkan bagi hasil jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. e. Eksistensi bunga diragukan dikecam oleh banyak kalangan, sedangkan bagi hasil tidak ada yang meragukan keabsahannya. Dilarangnya sistem bunga dalam Islam karena bunga termasuk kepada salah satu jenis riba. Riba sendiri artinya pertambahan, baik pertambahan itu pada dzat suatu benda atau pada pertukaran, seperti satu dirham diganti dengan dua dirham. Dalam islam riba tidak sekaligus dilarang, melainkan hal itu dilakukan oleh Allah SWT dalam Qur’an melalui beberapa tahapan Modul Pelatihan Koperasi,2005;41. Tahapan tersebut adalah: a Tahap pertama Dalam surat Ar-Rum ayat 39 Allah menyatakan secara nasehat bahwa Allah tidak menyenangi orang yang melakukan riba, dan untuk mendapatkan hidayah Allah ialah dengan menjauhkan riba. Dalam ayat ini Allah menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang mereka anggap untuk menolong manusia merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berbeda dengan harta yang dikeluarkan untuk zakat, Allah akan memberikan berkah dan melipatgandakan pahala. Surat Ar-Rum Universitas Sumatera Utara 59 ayat 39 ini tidaklah menyatakan larangan dengan belum mengharamkannyya. Penggalan arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang- orang yang melipat gandakan pahalanya QS Ar-Rum 30: 39. b Tahap kedua Pada tahap kedua, Allah menurunkan surat An-Nisaa’ ayat 160-161. riba digambarkan sebagai sesuatu pekerjaan yang zalim dan batil. Dalam ayat ini Allah menceritakan balasan siksa bagi kaum Yahudi yang melakukannya. Ayat ini juga menggambarkan Allah lebih tegas lagi tentang riba melalui riwayat orang Yahudi walaupun tidak terus terang menyatakan larangan riba bagi umat Islam, akan tetapi ayat ini membangkitkan perhatian dan kesiapan untuk pelarangan riba bagi umat Islam. Ayat ini menegaskan bahwa pelarangan riba sudah pernah ada pada orang Yahudi. Ini memberikan isyarat bahwa akan turun ayat berikutnya yang akan menyatakan pengharaman riba bagi umat Islam. Penggalan arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas memakan makanan yang baik-baik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. QS An- Nisaa’ 4: 160-161. Universitas Sumatera Utara 60 c Tahap Ketiga Pada tahap ketiga Allah mencantumkan pelarangan ini pada surat Ali – Imran ayat 130, namun pada ayat ini Allah tidak mengharamkannya secara tuntas tetapi melarang dalam bentuk berlipat ganda. Hal ini menggambarkan kebijaksanaan Allah yang melarang sesuatu yang telah mengakar sejak zaman jahiliyyah dahulu secara sedikit demi sedikit, sehingga perasaan mereka yang telah biasa melakukan riba siap menerimanya. Penggalan arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. QS Ali-Imran 3: 130. d Tahap Keempat Tahap ini Allah melarang riba secara tegas, ini tercantum pada surat Al- Baqarah ayat 275-279. Ayat ini secara jelas, pasti dan tuntas mengharamkan riba secara mutlak dalam berbagai bentuknya dan tidak dibedakan besar dan kecilnya. Penggalan arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila [175] . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu [176] sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan Universitas Sumatera Utara 61 zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. QS Al- Baqarah 1: 275-279. Adapun riba sendiri menurut ulama dibagi menjadi beberapa bagian Abdul Azhim,2008;25, yaitu: a Riba Al-Fadhli, yaitu menukarkan dua benda atau barang yang sejenis dengan nilai tidak sama atau dengan takaran yang berbeda. b Riba Al-Qardhi, yaitu meminjam dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi pinjaman. c Riba An-Nasii’ah, yaitu menukarkan dua jenis benda jika terlambat maka kelebihannya atau kelebihan yang diambil waktu jatuh tempo oleh orang yang memberi pinjaman sebagai imbalan. d Riba Al-Jahiliyyah, yaitu hutang dibayar lebih dari pokoknya dikarenakan si peminjam tidak mampu membayar hutangnya di saat waktu yang ditetapkan. e Riba Al-Qardh dan Al-Jahiliyyah dapat dikategorikan sebagai riba hutang piutang, sedangkan riba Al-Fadhl dan An-Nasii’ah sebagai riba jual beli. Universitas Sumatera Utara 62 III.3. Larangan yang Harus Dihindari dalam Ekonomi Syari’ah Ada 7 larangan yang harus dihindari dalam bisnis. Dan ini harus dipegang sebagai pantangan moral bisnis moral hazard dalam ekonomi syari’ah: 1. Maysir yaitu segala bentuk spekulasi judi yang mematikan sektor riil dan tidak produktif. 2. Asusila yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma sosial. 3. Goror yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak. 4. Haram yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharamkan syariah. 5. Riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas dengan mengenakan tambahan bunga pada transaksi kredit atau pinjaman dan pertukaranbarter lebih antar barang ribawi sejenis. Pelarangan riba ini mendorong usaha yang berbasis kemitraan dan kenormalan bisnis, disamping menghindari praktik pemerasan, eksploitasi dan pendzaliman oleh pihak yang memiliki posisi tawar tinggi terhadap pihak yang berposisi tawar rendah. 6. Ihtikar yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan permainan harga.

7. Berbahaya yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang membahayakan

individu maupun masyarakat serta bertentangan dengan maslahat dalam maqashid syariah www.dakwatuna.com . Universitas Sumatera Utara 63 III.4. Penerapan Sistem Syari’ah pada Operasional Koperasi Syari’ah Koperasi syari’ah dalam kegiatan operasionalnya menerapkan sistem syari’ah yang sesuai dengan Qur’an dan Hadist. Dalam praktek operasionalnya kegiatan di koperasi syari’ah dapat digolongkan kepada dua kelompok besar yaitu simpanan dan pembiayaan Modul Pelatihan Koperasi,2005;51. a Simpanan Simpanan menurut PP No.9 tahun 1995, PP No.254 tahun 1992, tentang pelaksanaan kegiatan Koperasi Simpan Pinjam oleh Koperasi, bahwa yang dimaksud dengan simpanan adalah: Dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Menurut peristilahan lazim di koperasi syari’ah yang dimaksud dengan simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk simpanan bersyarat, simpanan sukarela dan sukarela berjangka dengan akad yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan pihak penyimpan akan mendapat keuntungan yang dihitung dari keuntungan koperasi syari’ah. Pada koperasi syari’ah pelaksanaan sistem simpanan ini termasuk ke dalam usaha pegimpunan dana, dimana dana dari para mitra inilah yang akan digunakan untuk membiayai usaha yang ada di koperasi. Tentunya selain dana yang didapat dari simpanan pokok dan simpanan wajib para Universitas Sumatera Utara 64 anggota koperasi. Adapun produk simpanan yang disediakan oleh Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri adalah: 1. Tabungan Mudharabah, pada produk ini mitra nasabah koperasi diwajibkan memberikan setoran awal sebesar Rp.50.000,- setoran selanjutnya minimal Rp.5.000,- sedangkan bagi hasilnya adalah 25 untuk mitra. 2. Investasi SPP Mahasiswa dan Pelajar, setoran awal untuk investasi ini minimal Rp.100.000,- sedangkan bagi hasilnya 30 untuk mitra. 3. Investasi nikah, setoran awal minimal Rp.100.000,- besarnya bagi hasil adalah 30 untuk mitra. 4. Investasi haji, setoran awal minimal Rp.100.000,- untuk bagi hasil besarnya adalah 30 untuk mitra. 5. Investasi berjangka mudharabah, setoran awal minimal Rp.500.000,-. Nisbah bagi hasil untuk mitra adalah 35 apabila investor mengivestasikan dananya selama 6 bulan, 40 apabila investor menginvestasikan dananya selama 9 bulan dan 45 apabila investor menginvestasikan dananya selama 12 bulan. b Pembiayaan Penyaluran dana dalam istilah perekonomian disebut kredit atau pembiayaan, sedangkan dalam koperasi disebut dengan pinjaman. Pembiayaan merupakan kegiatan yang sangat penting di sebuah Universitas Sumatera Utara 65 koperasi, karena dari sinilah koperasi mendapatkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan biaya operasional koperasi. Karenanya pembiayaan harus dikelola dengan baik dan profesional. Dana untuk pembiayaan berasal dari simpanan para mitra, yang akan disalurkan untuk usaha produktif dengan memperhatikan kaidah aman, lancar dan menghasilkan keuntungan serta prinsip kehat-hatian. Dalam PP No.9 tahun 1995 No. 25 tahun 1992 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah: penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah imbalan. Adapun produk pembiayaanpinjaman yang disediakan oleh Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri adalah: 1. Pembiayaan yang menggunakan akad mudharabah bagi hasil. Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Koperasi, kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. Universitas Sumatera Utara 66 2. Pembiayaan yang menggunakan akad Musyarakah. Konsep ini diterapkan pada model partnership perkongsian. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep musyarakah ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan. 3. Pembiayaan yang menggunakan akad murabahah jual beli. yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Koperasi akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan koperasi, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran sama dengan harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bankkeuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara koperasi dan Nasabah. 4. Pembiayaan dengan menggunakan akad ijarah sewa. Sewa disini maksudnya adalah transaksi pertukaran hak guna atau manfaat atas barang atas jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran upahsewa yang telah disepakati bersama tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 67 5. Pembiayaan dengan menggunakan akad qardh dan qardhul hasan. Yakni pembiayaan yang diberikan kepada anggota yang tidak mampu atau dalam kesusahan untuk membiayai usahanya yang dinilai produktif dimana anggota tidak dituntut untuk atas bagi hasil maupun margin keuntungan, akan tetapi anggota hanya berkewajiban untuk mengembalikan pokoknya saja sebesar dana yang dipinjamkan. Pengembalian dana qardh ini bisa jatuh tempo atau dicicil sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan ini biasa disebut dengan pinjaman kebajikan atau pinjaman satu banding satu. Beda antar qardh dan qardhul hasan adalah dari sumber dananya, qardh berasal dari dana koperasi sedangkan qardhul hasan diambil dari dana zakat,infaq dan sedekah anggota koperasi. Universitas Sumatera Utara 68

BAB IV PROSES TUKAR MENUKAR di KOPERASI SYARI’AH

BERKAH MANDIRI

IV.1. Pertukaran di Koperasi Syari’ah