Dividend Payout Ratio DPR

43 mempunyai peluang investasi yang baik, maka pasar akan menghargainya dengan Price Earning Ratio yang lebih tinggi jika perusahaan mengeksploitasi peluang tersebut secara lebih agresif dengan memasukkan kembali laba dengan tingkat lebih tinggi. Namun, ketika Return on Equity harapan lebih rendah dibandingkan dengan imbal hasil yang disyaratkan, k, maka investor akan lebih suka jika perusahaan mengeluarkan laba dalam bentuk dividen daripada menginvestasikan kembali laba ke dalam perusahaan dengan tingkat imbal hasil yang tidak tepat. Dengan kata lain untuk Return on Equity yang lebih rendah daripada k, perusahaan menawarkan peluang investasi yang menarik, sehingga akan nilai perusahaan akan meningkat ketika peluang tersebut dimanfaatkan dengan meningkatkan rasio plowback.

F. Dividend Payout Ratio DPR

Van Horne dan Wachowicz 2007:270 menyatakan bahwa Dividend Payout Ratio DPR merupakan rasio yang menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio tersebut menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai. Dividend Payout Ratio merupakan dividen tunai tahunan yang dibagi dengan laba tahunan, atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. Rumus: Dividend Payout Ratio = Saham Lembar per Laba Saham Lembar per Tunai Dividen Universitas Sumatera Utara 44 Dividend Payout Ratio dihitung berdasarkan rasio antara Dividend per Share DPS dengan Earning per Share EPS. Persamaannya : Dividend Payout Ratio = Share per Earning Share per Dividend Di mana : DPS = beredar yang Saham saham pemegang kepada dibayarkan yang Dividen EPS = beredar yang Saham Pajak Sesudah Bersih Laba Dividend per Share menunjukkan arus kas utama dari perusahaan kepada pemegang saham. Pada umumnya DPS lebih kecil daripada EPS karena dividen dibayarkan dari laba perusahaan. Namun pada tahun tertentu DPS dapat melampaui EPS, sehingga besarnya DPS lebih dari 100 tergantung dari kebijakan dividen. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga saham. Jika perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak cukup banyak peluang investasi yang menguntungkan untuk pendanaan ini, mungkin pemegang saham memang ingin agar dana ini didistribusikan dengan pembelian kembali saham atau dalam bentuk kenaikan dividen. Dengan pembelian kembali saham, akan lebih sedikit saham yang beredar, dan laba per lembar saham, serta, pada akhirnya Universitas Sumatera Utara 45 dividen per saham akan naik. Akibatnya, harga pasar per lembar saham akan naik juga. Van Horne dan Wachowicz, 2007:290. Kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang mengundang perdebatan. Miller dan Modigliani MM memberikan argumen yang paling komprehensif mengenai ketidakrelevenan dividen. Mereka menyatakan bahwa, berdasarkan keputusan investasi perusahaan, rasio pembayaran dividen, hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham. MM berargumen bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan investasinya, dan bahwa cara aliran laba dipecah antara dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai ini. MM menyarankan bahwa jumlah nilai diskonto per lembar saham biasa setelah pendanaan ditambah dividen saat ini yang dibayar adalah tepat sama dengan nilai pasar per lembar saham sebelum pembayaran dividen saat ini. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham biasa akibat dilusi penurunan klaim proporsiional atas laba dan aktiva atas selembar saham biasa karena penerbitan saham tambahan yang disebabkan oleh pendanaan eksternal akan dinetralkan seluruhnya melalui pembayaran dividen. Jadi, pemegang saham dikatakan tidak melihat perbedaan antara menerima dividen atau membiarkan laba ditahan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 46

G. Earning Growth EG