gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami keluhan seperti nyeri haid atau dismenore.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa siswi kelas X MAN 2 Model Medan memilili tingkat nyeri dismenore kategori ringan sebanyak 46,7 ,
tingkat dismenore kategori sedang sebanyak 30,0 dan tingkat dismenore kategori berat sebanyak 23,3 . Hal ini dapat dilihat dari pola makan siswi kelas X MAN 2
Model menurut tingkat konsumsi Magnesium yang dikategorikan cukup, tingkat konsumsi Kalsium yang dikategorikan cukup dan tingkat konsumsi Niasin yang
dikategorikan cukup. Namun pada aktivitas fisik siswi kelas X MAN 2 Model sebagian besar memiliki tingkat aktivitas fisik kategori ringan sedang, hal ini
disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan siswi kelas X MAN 2 Model kebanyak kegiatannya adalah duduk dan sekolah.
5.4. Hubungan Pola Makan Dan Dismenore
5.4.1. Hubungan Jumlah Magnesium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri
Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa siswi kelas X MAN 2 Model mengalami dismenore terbanyak mempunyai tingkat konsumsi Magnesium dalam
kategori cukup dengan tingkat nyeri dismenore kategori ringan, yaitu sebanyak 56,2. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah magnesium dikonsumsi
dengan tingkat nyeri dismenore siswi kelas X MAN 2 model dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan bahwa Ho ditolak dimana p0,023 α 0,05, dimana ada hubungan yang signifikan antara jumlah Magnesium yang dikonsumsi dengan
tingkat dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model. Artinya, jumlah Magnesium
yang dikonsumsi turut menentukan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model Medan. Hal ini dapat dilihat dari pola makan siswi kelas X MAN 2 model
yang mengkonsumsi sayuran yang mengandung Magnesium sebagai bahan makanan yang ditambahkan dengan makanan pokok, serta jenis sumber Magnesium lainnya
seperti : sereal, kacang-kacangan, daging, susu. Siswi kelas X MAN 2 model juga mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan berupa coklat yang merupak sumber
Magnesium. Dengan demikian kebiasaan seperti ini dapat meningkatkan jumlah magnesium didalam tubuh. Selain itu, magnesium juga berfungsi memperbesar
pembuluh darah sehingga mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah. Oleh sebab itu, magnesium berfungsi untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi
Dean, 2010.
5.4.2. Hubungan Jumlah Kalsium Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat Nyeri
Dismenore Siswi Kelas X MAN 2 Model.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa siswi kelas X MAN 2 Model mengalami dismenore terbanyak mempunyai tingkat konsumsi Kalsium dalam
kategori cukup dengan tingkat nyeri dismenore kategori ringan, yaitu sebanyak 57,2. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah Kalsium dikonsumsi dengan
tingkat nyeri dismenore siswi kelas X MAN 2 model dengan menggunakan uji chi- square
menunjukkan bahwa Ho ditolak dimana p0,028 α 0,05, dimana ada hubungan yang signifikan antara jumlah Kalsium yang dikonsumsi dengan tingkat
nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2 Model. Artinya, jumlah Kalsium yang dikonsumsi turut menentukan tingkat nyeri dismenore pada siswi kelas X MAN 2
Model Medan. Hal ini dapat dilihat dari pola makan siswi kelas X MAN 2 Model
yang banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung Kalsium tinggi. Selain dari susu yang mengandung Kalsium sangat tinggi, siswi kelas X MAN 2 Model juga
mengkonsumsi ikan, tahu dan tempe sebagai bahan tambahan untuk makanan pokok. Siswi kelas X MAN 2 model juga selalu mengkonsumsi makanan jajanan yang cukup
mengandung kalsium seperti : roti wafer yang terbuat dari keju. Menurut Hill 2002, kalsium merupakan salah satu zat gizi yang dapat mengurangi kram saat menstruasi.
5.4.3. Hubungan Jumlah Vitamin E Yang Dikonsumsi Dengan Tingkat