Pengertian Pembelajaran Aktif Active Learning

18 c. Teknik Pelaksanaan Diskusi Dilihat dari tekhnik pelaksanaannya, diskusi dapat digolongkan kedalam dua macam, yaitu: 8 1 Debat, didalam debat ada dua kelompok yang mempertahankan pendapatnya masing-masing yang bertentangan. Peneoton Audience dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir. 2 Diskusi, diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari pelaksanaanya diskusi dapat digolongkan kedalam: a Whole group Suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 lima belas orang peserta. b Buzz group Suatu diskusi yang terdiri dari satu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok yang lebih kecil. c Panel d Suatu diskusi yang sering digunakan yang dari satu kelompok kecil 3-6 orang peserta dengan susunan semi melingkar yang dihadapkan pada satu kelompok besar peserta lain. e Caologium Metode diskusi yang dijalankan oleh beberapa orang tetapi tidak dalam bentuk pidato. f Informal Debate Diskusi yang dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi 2 dua team yang sama kuat dan jumlahnya seimbang. g Fish Bowl Diskusi yang terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga orang nara sumber, duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan kursi menghadap kelompok. 8 Ibid, h 142 19 d. Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi Adapun kebaikan dan kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut : 1. Kebaikan  Mendidik siswa untuk belajar bertukar pikiran.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memperoleh penjelasan dari berbagai sudut pandangan atau sumber.  Merangsang siswa untuk mengemukakan pendapat atau menentang pendapat teman.  Mendidik siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem secara bersama-sama. 2. Kelemahan  Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi.  Diskusi membutuhkan waktu yang sama.  Tidak semua siswa berani mengemukakan pendapatnya.  Diskusi akan didominasi oleh siswa yang berani dan biasa bicara. Selanjutnya untuk menutupi segala kekurangan yang terdapat dalam metode pengajaran diskusi ini, maka seorang guru harus pandai-pandai menutupi kekurangan tadi dengan misalnya memberikan variasi-variasi pada waktu pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Variasi pada pada penerapan metode diskusi dapat diselingi dengan metode tanya jawab dan metode yang lainnya, yang bertujuan untuk melihat efektifitas metode pengajaran yang diterapkan. e. Penyebab Kegagalan Diskusi Denis S. Couran mengidentifikasi sebab-sebab yang dapat menggagalkan diskusi adalah: 9 1 Adanya anggota kelompok yang tidak patuh pada apa yang ditentukan seringkali karena ketidak sengajaan 2 Adanya anggota yang mengikuti kelompok dengan tujuan berbeda. 9 Ibid, h 145 20 3 Kadang-kadang kelompok yang mempunyai dukungan mayoritas untuk suatu pendirian tertentu menolak diadakannya penilaian yang jujur sebelum dimulai diskusi. 4 Beberapa anggota mungkin cenderung ingin memainkan peran yang menyeleweng dari pokok diskusi untuk kepentingan sendiri. Mereka cenderung tidak setuju terhadap apa saja yang dibahas. 5 Beberapa anggota mungkin kurang senang berpartisipasi dalam diskusi, sehingga dengan demikian kelompok mungkin tidak mendapat informasi berguna dari mereka. 6 Ada yang bersitegang memikirkan sikapnya sendiri sehingga hanya mengemukakan generalisasi yang tidak didukung oleh fakta, dan tidak merasa bertanggung jawab untuk memberikan fakta untuk mendukung pendapatnya. 7 Ada anggota yang mencoba meyakinkan bahwa yang mengetahui lebih banyak dari yang lainnya. 8 Kadang-kadang konflik pribadi timbul karena pemilihan atau penggunaan kata-kata yang kurang bijaksana. 9 Adakalanya beberapa anggota tidak keberatan menyetujui konsensus yang semua hanya demi mempersingkat waktu. f. Petunjuk Praktis Pelaksanaan Diskusi Diskusi yang dimaksud adalah pesertanya lebih banyak dari diskusi kelompok atau diskusi kelas. Dengan demikian diharapkan siswa tidak hanya dapat melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas di tempt terbatas yaitu ruangan kelas saja, melinkan juga dapat melaksanakan diskusi yang lebih banyak. Dalam upaya mempersiapkan diskusi adalah: 1 Akomodasi, diantaranya: tempat, perlengkapan, tata ruang, lembar kertas kerja. 2 Administrasi 3 Peserta 21

4. Hakikat Hasil Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa hasil belajar adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru”. 10 Sedangkan Hadari Nawawi berpendapat bahwa hasil belajar adalah : “ Tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor, yang diperoleh dan hasil hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran tersebut”. 11 Hasil belajar dapat juga disepadankan dengan prestasi belajar siswa. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Winkle yang dikutip Purwanto “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. 12 Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran goal directed. Dalam konteks demikian maka menurut Purwanto “Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran ends are beingattained. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya”. 13 Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswamemiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalamkegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Definisi hasil belajar menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke2 Jakarta : Balai Pustaka, Hal. 578. 11 Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia di Kalangan Murid Terhadap Prestasi Belajar di SD, Jakarta: Th II, No.1198 1 ,Hal. 100 12 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1, Hal. 45. 13 Ibid h, 45 22 diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. 14 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Agus Suprijono mengatakan yang dimaksud dengan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan keterampilan”. 15 Dengan mengetahui hasil belajar atau prestasi belajar siswa, seorang guru dapt mengetahui tingkat atau kedudukan anak tersebut di dalam kelas, apakah ia tergolong anak pandai, sedang, ataukah kurang. Biasanya hasil belajar anak dinyatakan dalam angka, huruf ataupun kalimat-kalimat dan terdapat pada periode tertentu. Belajar merupakan sebuah aktifitas yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Sumadi Suryabrata, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut : a. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan menjadi 2 , yaitu : 1 Faktor non sosial, adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dan prestasi belajar. Fasilitas dan situasi yang tersedia ketika belajar, akan member motivasi pada anak untuk lebih giat dalam belajar. Kelompok faktor ini boleh dikatakan tak terbilang jumlahnya, seperti : keadaan udara, cuaca, waktu, suhu udara dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut sebagai alat pelajaran. 2 Faktor sosial, adalah faktor , hal-hal yang termasuk dalam faktor sosial adalah: keadaan rumah, perhatian dan kasih sayang guru atau orang tua, rasa aman, dan lainya. 14 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008, Cet.1, Hal. 14. 15 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet.1, hal.5. 23 b. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yang juga digolongkan menjadi 2, yaitu : 1 Faktor-faktor fisiologis, yaitu keadaan fisik yang sehag, tegar, dan kuat akan dapat menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Misalnya seorang anak yang terganggu indra penglihatannya, maka ketika belajar mungkin anak tersebut tidak sanggup untuk mengikuti materi demi materi yang disampaikan oleh guru. 2 Faktor psikologis, adalah sifat-sifat umum aktivitas manusia ataupun anak, yang meliputi : perhatian, pengamatan, tanggapan dan variasinya, fantasi,perasaan, motif-motif dan ingatan. 16 Dengan memperhatikan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar, bahwa dalam proses belajar dapat terjadi perubahan pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain. Perubahan itu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar di dapatkan oleh guru setelah melakukan serangkaian evaluasi terhadap apa yang telah disampaikan kepada siswa sebelumnya. Muhibbin Syah mengungkapkan “Evaluasi berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif “. 17 Tujuan evaluasi adalah : a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan siswa itu. 16 Sumadi Suryabrata, Pendidikan Psykologis Cet. Ke.18 Jakarta: Rajawali Pers, 1991, Hal. 233-135 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Remaja Rosda Karya 1999 , Hal.176 24 b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya. c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti bahwa dengan evaluasi, guru akan mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan adanya tingkat usaha yang efesien, sedangkan hasil yang buruk adalah cermin usaha yang tidak efesien. d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk keperluan belajar. e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar PBM. Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru seyogyanya mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi. 18 Untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui evaluasi belajar, maka diperlukan suatu system penilaian yang tersusun dengan benar.System penilaian ini mencakup pengumpulan sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar. Prinsip-prinsip dan strategi penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus : a. Mengembangkan matrik kompetensi belajar learning competency matrix yang menjamin pengalaman belajar yang terarah. 18 Ibid, Hal. 177