dilakukan oleh FK pada saat melakukan kunjungan lapangan. Hasil sertifikasi disampaikan di papan informasi agar dapat diketahui seluruh masyarakat.
5. Revisi Kegiatan
Revisi yang dimaksud disini adalah perubahan volume, jumlah, spesifikasi, atau desain kegiatan dari rencana dan atau disain semula yang diakibatban oleh adanya
perubahan kondisi awal disain, karena adanya kekeliruan di awal disain, atau karena situasi force majeur. Revisi kegiatan hanya dapat dilakukan dengan syarat
tidak menambah dana BLM.
6. Dokumentasi Kegiatan
Seluruh kegiatan dari PNPM Mandiri Perdesaan harus didokumentasikan oleh FK-KecFT-Kec. Meskipun demikian, untuk kepentingan desa dan kecamatan,
maka TPK dan UPK juga harus mengelola dokumentasi kegiatan.
7. Penyelesaian Kegiatan
Penyelesaian kegiatan yang dimaksud disini adalah penyelesaian dari tiap jenis kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban TPK di
desa. Terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan diselesaikan, meliputi:
a. Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan LP2K memuat pernyataan bahwa seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan 100 serta siap
diperiksa oleh PjOK.
Universitas Sumatera Utara
b. Realisasi Kegiatan dan Biaya RKB
Untuk kejelasan tentang apa saja yang telah dilaksanakan di lapangan serta penggunaan dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan di desa, TPK bersama
KPMDK yang dibantu oleh FKFT harus membuat rincian realisasi kegiatan dan biaya berikut rekapitulasinya.
c. Musyawarah Desa Serah Terima MDST
MDST merupakan bentuk pertanggungjawaban seluruh pengelolaan dana dan kegiatan oleh TPK kepada masyarakat setelah pekerjaankegiatan selesai
dilaksanakan.
d. Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan SP3K
Secara resmi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa dinyatakan selesai jika telah diserahterimakan kepada masyarakat dalam MDST dan
setelah ditandatangani SP3K oleh Ketua TPK dan PjOK serta diketahui Kepala Desa dan Camat atas nama Bupati.
e. Pembuatan Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan KegiatanSP3K, Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan LP2K, rincian realisasi penggunaan biaya dan lampiran pendukung lainnya.
f. Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan kondisi khusus
Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata kegiatan pembangunan prasarana belum dapat diselesaikan atau dana belum disalurkan seluruhnya,
Universitas Sumatera Utara
maka Ketua TPK dan FKFT dengan diketahui oleh Kades membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan BASPK sebagai pengganti LP2K.
4.2.6.3.
Pelestarian Kegiatan 1.
Hasil Kegiatan
Hasil-hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang berupa prasarana, simpan pinjam, dan kegiatan bidang pendidikan dan kesehatan merupakan aset bagi
masyarakat yang harus dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan. Sebagaimana sanksi yang ditentukan dari pemerintah, bahwa jika hasil kegiatan tidak dikelola
dengan baik seperti tidak terpelihara atau bahkan tidak bermanfaat atau pengembalian macet maka desa atau kecamatan tidak akan mendapat dana PNPM
Mandiri Perdesaan untuk tahun berikutnya.
2. Proses Pelestarian
Pelestarian kegiatan merupakan tahapan pascapelaksanaan yang dikelola dan merupakan tanggung jawab masyarakat. Namun demikian dalam melakukan
tahapan pelestarian, masyarakat tetap berdasarkan atas prinsip PNPM Mandiri Perdesaan.
3. Komponen Pendukung Pelestarian
Selama tahap pelestarian peran kader desa dan teknik secara berkelanjutan sangat diharapkan, mengingat yang bersangkutan telah memperoleh alih pengetahuan
dan ketrampilan dari para Fasilitator.
4. Sistem Pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara
Sistem pemeliharaan PNPM Mandiri Perdesaan diarahkan kepada adanya perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada, sehingga
dapat secara terus-menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif dan efisien.
5. Pelatihan Pemeliharaan
FKFT dibantu Fasilitator Kabupaten wajib memberikan pelatihan kepada anggota Tim Pemelihara atau yang ditunjuk pada waktu pelaksanaan program
hampir selesai. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diberi penjelasan mengenai kepentingan pemeliharaan, organisasi pengelola dan pemeliharaan, dan teknik-
teknik yang digunakan seperti: teknik membuat inventarisasi masalah dan teknik memperbaikinya. Di samping itu akan dilakukan praktik di lapangan agar materi
pelatihan lebih dapat dipahami.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1. Alur Tahapan Mandiri n
Bagan 2. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan
MAD
Musdes
PENGGALIAN GAGASAN
Pelatihan Kader
Pember- dayaan
Masyarakat DesaKelurah
an
Musy. Desa Khusus
Perempuan
Musdes Perencanaan
MAD Prioritas Usulan
Penulisan Usulan dngtanpa desain RAB
Verifikasi Usulan
Musdes Informasi
Hasil MAD
Musdes Pertanggungjawaban
Musdes Serah Terima
Supervisi Pelaksanaan dan Kunjungan Antar
Desa
Supervisi Pelaksanaan,
Kunjungan Antar Desa, Pelatihan
Tim Pemliharaan
Evaluasi
MAD Penetapan
Usulan
Desain RAB, Verifikasi Teknis
SPP
Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan
Form; survey dusun
criteria kesejahteraan pemetaan RTM
diagram kelembagaan kalender musin
peta sosial
1. Visi Desa 2. Peta Sosial Desa
3. Usulan Desa BLM, ADD, PJM, Lainnya
4. PJM RKP Des, RPJMDes
-Rangking Usulan -Renstra Kecamatan
-Penetapan Pendanaan, -utusan kecamatan
ALUR TAHAPAN PNPM MANDIRI PERDESAAN
ORIENTASI DAN PENGAMATAN LAPANG
Operasional Pemeliharaan
Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan Pelaksanaan
Pendaftaran tenaga, pelatihan TPK,
UPK , dan pelaku desa lainnya
Forum SKPD
Musrenbang Kab
Universitas Sumatera Utara
4.2.7. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Sosialisasi dan Perencanaan
Dalam rangka peningkatan pembangunan di desakelurahan perlu adanya partisipasi dari masyarakat. Partisipasi masyarakat mengandung makna bahwa
perdesaan harus menjadi subjek dalam pembangunan perdesaan. Azas ini merupakan kebalikan dari azas paradigma lama yang cenderung menempatkan masyarakat hanya
sekedar objek pembangunan. Pada masa lalu, mendominasi proses pembangunan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasannya. Seperti telah dikemukakan, dominasi pemerintah ini tidak hanya membuat pembangunan tersebut gagal mencapai tujuan, tetapi juga
pendekatan pembangunan tersebut telah merusak kemandirian dan semangat kerjasama di masyarakat perdesaan. Sebagai akibatnya, masyarakat perdesaan
menjadi sangat tergantung pada pemerintah di dalam mengelola kehidupan social ekonominya. Situasi masyarakat perdesaan seperti ini jelas tidak sesuai dengan
tuntutan globalisasi dan otonomi yang mensyaratkan kemandirian dan keberasingan yang tangguh dari suatu komunitas masyarakat. Oleh karena itu, masayarakat
perdesaan harus dilibatkan dalam seluruh proses pembangunan perdesaan, khususnya dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung.
Dalam masa pengenalan kondisi desa sekaligus juga dilakukan sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan secara informal kepada masyarakat. Pada tahap ini harus
dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di semua tingkatan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan dari semua
pihak, sehingga semua pelaku PNPM Mandiri Perdesaan memiliki pemahaman atau
Universitas Sumatera Utara
persepsi yang sama terhadap program. Pada dasarnya sosialisasi dapat dilakukan pada setiap saat atau kesempatan oleh pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan.
Sistem kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat seperti: pertemuan keagamaan; pengajian, yasinan, persekutuan gereja, dll, pertemuan adat
istiadat; gotong royong, arisan, upacara adat dan lain-lain merupakan alternatif untuk menyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan media penerapan
prinsip transparansi. Media cetak, seperti koran dan tabloid, serta media elektronika, seperti radio dan TV, dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi PNPM
Mandiri Perdesaan. Pada tahap perencanaan dilakukan sosialisasi awal. Pada tahap persiapan dan
sosialisasi awal juga dilakuk an mulai dari MAD Sosialisasi, Musdes Sosialisasi, sampai kepada pelatihan KPMDK.
Sesuai dengan konsep PNPM Mandiri Perdesaan bahwa masyarakat harus berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,
mulai dari tahap sosialisaisi dan tahap-tahap lainnya. Tahap Musyawarah Antar Desa MAD Sosialisasi dilakukan di kecamatan. Pertemuan sosialisasi awal ini adalah
pertemuan antar desa yang bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan supaya masyarakat mengetahai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan PNPM-MP. Di
samping itu juga, guna untuk membuat kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan di desakelurahan masing-masing. Berikut
adalah penuturan dari Bapak Solahuddin Lubis 30 thn selaku Fasilitator Kecamatan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“…..tujuan dari MAD ini adalah sebagai sosialisasi awal. Untuk melakukan sosialisasi tahap awal ini maka diundang wakil dari desakelurahan masing-
masing 6 enam orang. Dalam pertemuan ini juga akan disepakati jadwal musyawarah desa sosialisasi…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa peserta MAD Sosialisasi dihadiri oleh masing-masing 6 enam orang dari setiap desakelurahan,
yakni kepala desalurah, 2 dua orang dari BPD, dan 3 tiga tokoh masyarakat. Kemudian dari keenam peserta tersebut harus ada sekurang-kurangnya tiga orang
perempuan. MAD Sosialisasi ini juga dihadiri oleh Camat dan instansi terkait, wakil instansi sektoral kecamatan ISK, dan juga terbuka untuk masyarakat umum yang
berminat untuk mengikuti MAD Sosialisai tersebut. Tahap ini difasilitasi oleh Pelaku PNPM-MP di kecamatan, yaitu PjOK, UPK, dan FKFT-Kec.
Pada tahap berikutnya, tahap musyawarah desa Musdes Sosialisasi merupakan tahap sosialisasi mengenai kegiatan PNPM-MP di desakelurahan yang
bertujuan supaya masyarakat banyak mengetahui akan kegiatan ini. Kegiatan musdes ini difasilitasi oleh FKFT. Peserta adalah sekurang-kurangnya 40 perempuan.
Penyelenggaraan di danai oleh DOK, swadaya desa atau masyarakat. Salah satu dari peserta Kelompok SPP, Suharni Rambe 38 thn, mengatakan bahwa:
“…..musdesnya dilakukan dibalai desa dengan mengundang wakil-wakil dari setiap lingkungandusun. Disini jugalah dipilih pelaku PNPM-MP di
desakelurahan, seperti TPK, KPMDK Fasilitator Desa, dan TIM 18 Penagwas. Pada saat rapat ini, saya juga ditunjuk sebagai bendahara TPK
namun saya tolak karena saya sudah pernah menjadi bendahara dalam program PPK yang lalu. Biarkanlah yang lain yang naik sebagai
bendahara…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
Setelah Musdes Sosialisasi dilaksanakan, sebelum beranjak ke tahap selanjutnya maka akan dilaksanakan pelatihan KPMDK. Pelatihan ini dilaksanakan
di kecamatan. Dibutuhkan masyarakat yang aktif dalam berpartisipasi dan berani sebagai kader pemberdaya. Esra Siregar 47 thn selaku Ketua Pemberdayaan
Masyarakat Desa di Kelurahan Aek Simotung, berargumen sebagai berikut: “…..sebenarnya sebelumnya saya bukan ketua KPMDK, namun pada saat
mengikuti pelatihan, fasilitator menyuruh setiap wakil dari desakelurahan memberikan pendapat dan masukan terhadap program ini. Tiba kelurahan
kita yang ditunjuk ketua sebelumnya keluar ruangan jadi terpaksa saya yang harus memberikan pendapat dan saya mendapat tepuk tangan yang meriah
dan pujian dari fasilitator karena saya cuma berkata tak ada yang lebih penting dari kemajuan desa saya, soal imbalan nggak penting bagi saya.
Pelatihan ini saya ikuti sebanyak 4 empat kali pertemuan. Pelatihan ini juga dihadiri dari perwakilan bank dunia. Saya sebagai ketua KPMD ditugaskan
untuk membujuk masyarakat dari lingkungan lain suapaya mau berpartisipasi dalam kegiatan ini….”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Dari penuturan beliau, dapat disimpulkan bahwa program ini tidak akan
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan jika masyarakat tidak mau ikut serta dan terlibat. Para pelaku dan masyarakat lain juga harus memegang prinsip untuk
memajukan desakelurahan meskipun tidak mendapat imbalan atas partisipasi yang mereka berikan. Penyelenggaraan pelatihan Kader ini didanai oleh DOK Perencanaan
PNPM Mandiri Perdesaan, swadaya desa atau masyarakat, serta APBD. Setelah MAD Sosialisasi, Musdes Sosialisasi, serta pelaithan KPMDK selesai
dilaksanakan, maka tahap selanjutnya yang harus melibatkan partisipasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
adalah penggalian gagasan. Tahap ini dilakukan di setiap dusunlingkungan guna untuk menentukan pemetaan sosial antara rumah tangga miskin dan kaya. Edy
Syaputra Hutasuhut 29 thn sebagai fasilitator penggalian gagasan, memaparkan bahwa:
“…..penggalian gagasan dilakukan guna untuk menggali segala permasalahan di setiap dusunlingkungan untuk mendapat kumpulan gagasan
atau usulan, seperti pembangunan jalan, pengaspalan, irigasi, dan lain-lain. Gagasan ini maksimal 40 empat puluh gagasan. Kemudian gagasan-
gagasan atau usulan ini akan ditulis pada sebuah berita acara keputusan hasil musyawarah, yang bersikan usulangagasan, kriteria RTM, potensi dan
permasalahn dusun, absen, dan sebagainya…..” Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Untuk meningkatkan eksistensi perempuan dalam program ini, maka dilakukan juga musyawarah desa khusus perempuan guna menemukan permasalahan-
permasalahan kemiskinan yang dirasakan sehari-hari dan mencari akar permasalahnnya. Dalam pertemuan khusus perempuan ini juga akan dibahas
mengenai usulan simpan pinjam perempuan, usulan selain simpan pinjam, serta penentuan wakil perempuan yang akan mengikuti musyawarah desa prioritas usulan.
Simpan Pinjam Perempuan SPP merupakan suatu bentuk pinjaman yang dilakukan dan dikhususkan kepada kaum perempuan dalam PNPM-MP. Pinjaman
adalah bersigat pribadi individu namun atas nama kelompok. Pinjaman dikembalikan berdasarkan cicilan beserta jasa bunga per bulan yang harus dilunasi
setiap tanggal 27 akhir bulan. Dana SPP diberikan kepada anggota kelompok secara 2 dua tahap. Syarat penerima dana SPP yaitu harus membuat anggota atau
Universitas Sumatera Utara
kelompok yang terdiri dari 10 sepuluh orang. Masing-masing pinjaman individu adalah minimal Rp. 1.000.000,00 dan maksimal Rp. 2.000.000,00. Jika pinjaman
melebihi dari batas maksimal yang ditentukan, maka harus meminjam atas nama orang lain, namun cicilan beserta jasa bunga dibayar per bulan oleh pihak yang
bersangkutan. Dana SPP yang diterima bervariasi, tergantung kemauan pinjaman dari para anggota penerima SPP. Jumlah jasa atau bunga pinjaman yang harus dibayar per
bulannya adalah 1,7. Jasa atau bunga yang harus dibayar dihitung dari sisa pinjaman akhir, bukan dihitung berdasarkan jumlah pinjaman awal. Lama pinjaman
adalah 1 satu tahun yaitu 12x cicilan bulan pokok ditambah dengan jasa bunga per bulan.
Dikelurahan Aek Simotung sendiri ada 2 dua kelompok yang menerima dana Simpan Pinjam Perempuan SPP, yaitu:
1. Kelompok Perwiritan Peserta kelompok ini yaitu 10 sepuluh orang. Dana yang mereka terima sebagai
pinjaman dan harus dicicil beserta jasa bunga bulanan adalah Rp. 14.000.000,00. Kelompok ini sudah menyelesaikan dana pinjaman tahap awal,
dan tahap kedua masih dalam proses pencairan. 2. Kelompok Simandera Jae
Kelompok ini juga beranggotakan sebanyak 10 sepuluh orang. Dana yang diterima kelompok ini adalah Rp. 20.0000.000,00. Berbeda dengan kelompok
pertama. Hal ini disebabkan karena anggota-anggota di kelompok ini memiliki pinjaman yang lebih besar dibandingkan kelompok pertama.
Universitas Sumatera Utara
Berikut rincian pembayaran bulan pokok beserta bungajasa yang harus dibayar setiap bulan jika jumlah pinjaman adalah RP. 1.000.000,00. Jika melebihi
dari jumlah itu, perhitungan dan pembayarannya berbeda pula.
Tabel 15. Rincian Pembayaran SPP Kelurahan Aek Simotung Angsura
Pokok Bunga
Sisa Ke-
Pembayaran Jasa
Pembayaran Rp
Rp Rp
I
83.400 17.000
916.600
II 83.400
15.000 833.200
III 83.400
14.000 749.800
IV 83.400
12.000 666.400
V 83.400
11.000 583.000
VI
83.400 9.900
499.600
VII
83.400 8.400
416.000
VIII 83.400
7.000 332.800
IX
83.400 5.600
249.400
X
83.400 4.200
166.000
XI 83.400
2.800 82.600
XII
82.600 1.400
-
Jumlah 1.000.000
108.300 -
Tahap selanjutnya adalah musyawarah desa perencanaan, tahap ini melibatkan semua masyarakat di desakelurahan. Hasil dari musyawarah dusun akan dibahas
kembali pada pertemuan ini. Pertemuan tersebut dilakukan dibalai desakelurahan. Dalam rapat ini, akan ditetapkan usulan yang akan diusulkan ke PNPM-MP, yakni
Universitas Sumatera Utara
usulan perempuan SPP dan sarana serta usulan campuran. Seterusnya wakil dari desakelurahan yang akan menghadiri dan membawa keputusan rapat tersebut ke
Musyawarah Antar Desa MAD di Balai Kelurahan Sipagimbar. Selain itu, Tim Penulis Usulan TPU turut mengikuti MAD tersebut. Namun, sebelumnya TPU
harus mengikuti pelatihan supaya tidak kesulitan dalam menjalankan tugasnya sebagai penulis usulan.
Seterusnya, usulan atau gagasan yang sudah dibuat dan disepakati akan diperiksa oleh Tim Verifikasi guna untuk menguji kelayakan usulan kegiatan dari
setiap desa. Pada tahap ini masyarakat tidak ikut dilibatkan karena tim verifikasi adalah tim yang dibentuk di kecamatan dengan beranggotakan sekurang-kurangnya 5
lima orang. Pada tahap verifikasi usulan per desakelurahan hanya tinggal 2 dua usulan. Jika misalnya ada 14 desakelurahan dalam sebuah kecamatan, maka jumlah
usulan adalah 28 usulan. Semua usulan tersebut akan didanai jika anggaran mencukupi, namun jika tidak maka usulan hanya akan didanai sesuai dengan
anggaran yang ada saja. Kemudian tahap berikut adalah penetuan prioritas usulan. Pertemuan wakil
per desa dan wakil-wakil lainnya dilaksanakan dikecamatan. Musyawarah ini dilakukan untuk menyususn usulan-usulan yang di prioritaskan atau bisa juga disebut
dengan meranking usulan. Selanjutnya dilakukan musyawarah antar desa untuk menetapkan usulan yang akan didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Keputusan
pendanaan tersebut harus mengacu pada peringkat prioritas usulan yang sudah disepakati pada tahap sebelumnya. Berikut adalah penuturan Bapak Solahuddin Lubis
30 thn selaku Fasilitator Kecamatan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“…..untuk mengetahui anggaran cukup atau tidaknya untuk mendanai semua usulan yang ada maka pelaku di desakelurahan yakni TPK harus membuat
Rencana Anggaran Biaya RAB untuk setiap usulan yang diajukan. Misalnya, pembangunan jalan Rp. 100.000.000,00, irigasi Rp.
200.000.000,00, jembatan Rp. 60.000.000,00 dan seterusnya sampai mencapai batas keseluruhan anggaran yang ada. Jika usulan peringkat-
peringkat terakhir tidak mencapai batas anggaran, makan usulan itu akan gugur dan tidak akan didanai…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Tahap akhir dari perencanaan adalah penyusunan Surat Perjanjian Pemberian
Bantuan SPPB. Surat ini akan ditanda tangani oleh Ketua UPK sebagai pihak I dan Ketua TPK sebagai pihak ke-2. Surat ini berisikan bahwa kedua belah pihak
menyepakati pembayaran dana bantuan PNPM-MP, juga berisikan bahwa disetujinya pembiayaan kegiatan, penyerahan dana sesuai dengan usulan yang diajukan dan
disepakati, serta perjanjian dan kesepakatan lainnya. Serat perjanjian ini juga harus disetujui oleh Penanggungjawab Operasional Kegiatan PjOK, Kepala desalurah,
dan Camat.
Universitas Sumatera Utara
4.2.8. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan
Pengalaman menunjukkan bahwa di masa rezim yang lalu, tingkat partisipasi dan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan porsinya sedikit dan hanya
sekedar mobilisasi karena sistem yang sentralistik dan over concentration. Keputusan yang diambil untuk pembangunan suatu wilayah bersifat top-down. Akibatnya,
program-program pembangunan yang dilaksanakan umumnya siap pakai tanpa ada pemasukan dari bawah.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kebutuhan dasar seperti halnya kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan
transportas. Partisipasi masyarakat adalah hak azasi, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksakan pembangunan. Kesempatan
tersebut perlu diberikan karena tujuan pembangunan adalah untuk menigkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan yang mereka inginkan. Masyarakat sendiri yang
akan merasakan dan menilai apakah pembangunan tersebut berhasil atau tidak. Pada tahap pelaksanaan, sebelumnya harus dilaksanakan rapat koordinasi
awal di kecamatan yang akan dihadiri oleh pengurus UPK, Kepala desalurah, dan TPK dari setiap desalurah yang mendapat dana dari PNPM-MP. Selain rapat
koordinasi di kecamatan, rapat persiapan pelaksanaan di desa juga harus dilakukan sebelum pelaksanaan keseluruhan kegiatan. Kepala desalurah beserta TPK harus
melakukan rapat ini secepatnya dengan difasilitasi oleh KPMDK. Setelah melakuan rapat koordinasi awal di kecamatan dan rapat persiapan
pelaksanaan di desalurah, maka tahap berikutnya agar kegiatan berjalan lancar
Universitas Sumatera Utara
adalah penyaluran dana atau pencairan dana. Berdasarkan penuturan Rasmianita Siregar 32 thn selaku bendahara TPK, cara pencairan dana adalah:
“…..kami sebagai TPK harus datang ke kecamatan untuk melakukan pencairan dana. Dana biasanya diantar sendiri oleh pihak bank, banknya
adalah Bank Mandiri. Tapi dala pencairan ini ada kejanggalan, yang seharusnya pada tahap awal dana akan cair sebesar 40 ini yang cair cuma
20 saja. Alasan mereka sih karena dana yang ada saat ini cuma segitu yang keluar. Dana yang cair itu saya simpan dan akan dikeluarkan jika
dibutuhkan…..” Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Jika dana sudah keluar, selanjutnya adalah pengadaan tenaga kerja. TPK
mengumumkan adanya rencana pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat dan kebutuhan tenaga kerjanya, serta upah dan hari kerja yang dibutuhkan sesuai RAB
dan desain teknisnya. Pengumuman kebutuhan tenaga kerja ini terbuka bagi warga desa termasuk bagi kaum perempuan dan diutamakan bagi RTM. Pengumuman
disampaikan melalui papan informasi di tempat strategis dimana masyarakat biasa berkumpul, sehingga setiap warga masyarakat tahu bahwa ada pembangunan di
desanya. Calon tenaga kerja mengisi Format Pendaftaran satu kali sebelum mulai bekerja, akan tetapi boleh mendaftarkan diri sampai pelaksanaan selesai.
Sistem pembayaran tenaga kerja ini ada dua, yaitu sistem Harian Ongkos Kerja HOK dan sistem kontrak kerja. Pada sistem HOK, masyarakat dibayar per
hari. Insentif ini bertujuan untuk menigkatkan pendapatan harian mereka sesuai dengan prinsip PNPM-MP itu sendiri. Di Kelurahan Aek Simotung sendiri HOK ini
dihitung per hari kerja namun akan dibayarkan sekali dalam seminggu yaitu pada hari
Universitas Sumatera Utara
selasa. Hal ini dilakukan seperti itu karena di kelurahan ini hanya ada satu kali pekan dalam seminggu. Maka pembayarannya dilakukan pada malam hari sebelum pekan
besoknya. Sedangkan pada sistem kontrak kerja, masyarakat akan dibayar berdasarkan
hasil kerjanya. Artinya, pembayaran dihitung berdasarkan meteran. Setiap meternya dibayar sesuai keputusan yang sudah dibuat pada saat perencanaan yaitu dengan cara
musyawarah. Berdasarkan temuan dilapangan, sistem seperti ini kurang disukai oleh , masyarakat, berikut adalah kutipan dari argumentasi dari salah seorang warga yang
ikut berpartisipasi dalam pemaretan paret, yakni: “…..sistem kerja HOK lebih menguntungkan bagi kita, karena kalau sitem
kerja kita menggunakan sitem kontrak maka sangat sulit untuk mendapatkan gaji harian seperti yang kita dapatkan dengan sistem HOK. Mari kita sama-
sama usulkan ke TPK supaya sistem kontrak itu gak usah dipake, karena itu cuma merugikan kita saja…..”
Sumber: Observasi Partisipasi, Juli 2010 Berdasarkan penuturan salah satu pelkerja tersebut, bisa kita lihat bahwa
partisipasi masyarakat disini masih diukur dengan berapa imbalan dan insentif yang diterima bukan semata-mata untuk menigkatkan kesejahteraan desakelurahannya
sendiri. Beliau juga berusaha menghasut warga yang lain supaya terpengaruh dan sependapat dengan beliau. Padahal jika sistem kerja menggunakan HOK secara terus
menerus sampai kegiatan selesai maka dana tidak akan mencukupi. Kelebihan dari sitem kerja HOK adalah untuk menghindari adanya masalah
mudah atau sulitnya yang dikerjakan. Sedangkan kelemahannya adalah masyarakat menjadi bermalas-malasan, pekerjaan menjadi lama selesai, dan banyak
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan biaya. Hal tersebut bisa terjadi karena masyarakat mempunyai pikiran tidak pada kebutuhan jangka panjang namun hanya kebutuhan jangka pendek yaitu
imbalan atau penghasilan yang banyak. Semakin lama pekerjaan selesai, semakin banyak hari yang digunakan dalam pengerjaan, maka semakin besar pula upah yang
mereka dapatkan. Sedangkan kelebihan sistem kerja kontrak dikemukakan oleh Darmin Siagian 42 thn selaku mantan sekretaris TPK pada tahun anggaran 2008,
yaitu: “…..kelebihan dari sistem kerja kontrak ini adalah bahan terkontrol dan tidak
banyak terbuang, terus TPK sebagai pelaku di desakelurahan tidak sulit mengontrol kegiatan, dan paling penting adalah proyek atau pengerjaan
cepat selesai dikerjakan karena masyarakat akan berlomba untuk mendapatkan meteran yang banyak dan otomatis mendapat bayaran yang
banyak pula…..” Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Di keluarah Aek Simotung, usulan yang di danai oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah Pembetonan Paret yang berlokasi di Lingkungan V Simandera
Huta Julu. Dalam pengerjaannya, sering sekali terjadi masalah-masalah seperti galian yang tidak sesuai dengan ukuran yang sudah dibuat dan disepakati,
pembetonan yang kurang bagus, dan sebagainya. Pada tahap penggalian, sering dalamnya galian tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat memang diberikan upah atau intensif seadanya. Hal ini gunanya adalah supaya tidak memberatkan mereka karena
harus meluangkan waktu demi pelaksanaan program ini sedangkan mereka harus meninggalkan pekerjaan utama mereka yang merupakan sebagai mata pencaharian
Universitas Sumatera Utara
mereka sehari-hari. Berikut ini adalah daftar upah Harian Ongkos Kerja HOK yang diberikan kepada pekerja, antara lain:
Tabel 16. Besarnya Upah HOK Keluarahan Aek Simotung No.
Keterangan UpahHOK
1. Pekerja
Rp. 40.000,00
2. Tukang
Rp. 60.000,00
3.
Tukang Kayu Rp. 60.000,00
4.
Tukang Batu Rp. 60.000,00
5. Kepala Kelompok
Rp. 60.000,00
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa upah HOK berbeda antara pekerja biasa dengan tukanga atau kepala kelompok. Hal ini dikarenakan yang lebih mengetahui
dan lebih berpengalaman dalam pengerjaan beton paret adalah tukang. Namun jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan
upah yang sama, yang membedakan hanyalah pekerja biasa atau tukang. Baik tua dan muda juga mendapatkan upah yang sama tanpa mebeda-bedakan jenis kelamin dan
umur. Jika dilihat berdasarkan umur, untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan program ini, yaitu pemaretan beton saluran drainase, dari hasil pengamatan dilapangan orang yang lebih tua atau berumur lebih banyak yang ikut
serta dibandingkan dengan pekerja yang terhitung masih muda. Jika dipersentasekan, yang lebih tua sekitar 80 dan yang lebih muda hanya sekitar 20. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena orang yang lebih muda kurang tertarik dan lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaanya sendiri di sawah, di kebun, atau pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
lain dibandingkan dengan ikut terlibat dalam pengerjaan proyek PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak terlibat disini dari pada laki-laki. Persentasenya sekitar 75 perempuan dan
selebihnya adalah laki-laki. Berdasarkan pengamatan dilapangan, para kepala keluarga lebih memilih untuk pergi ke sawah atau membuat gula merah karena
pekerjaan itulah yang menjadi sumber kebutuhan sehari-hari keluarga. Namun mereka tidak keberatan jika istri mereka ikut bekerja dalama proyek PNPM tersebut
guna untuk menambahi pendapatan keluarganya. Dalam menyelesaikan pembuatan saluran drainase tersebut tentunya tidak
lepas dari pengadaan bahan dan alat. Proses pengadaan bahan dan alat dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan oleh masyarakat secara transparan. Atas persetujuan
masyarakat, TPK menyelenggarakan proses pengadaan tersebut dan melaporkan setiap tindakannya kepada masyarakat melalui forum pertemuan masyarakat dan
papan informasi. Untuk pengadaan bahan dan alat senilai atau kurang dari Rp 15 juta, TPK
harus melakukan survey harga minimal kepada 3 tiga tokopenyedia dan menentukan tokopenyedia mana yang dipilih berdasarkan harga termurah dengan
kualitas dan spesifikasi sesuai yang direncanakan. Hasil survey dan penentuan tokopenyedia mana yang dipilih harus disampaikan dalam forum pertemuan
masyarakat dan papan informasi. Pengadaan bahan dan alat dengan nilai di atas Rp 15 juta, TPK
menyelenggarakan proses penawaran harga atau pelelangan yang diikuti sekurang-
Universitas Sumatera Utara
kurangnya 3 tiga penyedia bahan dan alat. Jika ternyata hanya 1 satu dari beberapa penyedia mengikuti penawaran yang mendekati anggaran, sementara yang lainnya
jauh dari harga yang dianggarkan, fasilitator perlu memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan dana dan atau kolusi dalam pengadaan bahan dan alat tersebut. Jika
karena sesuatu hal hanya ada 1 satu penyedia di wilayah tersebut yang mengikuti penawaran, maka fasilitator memfasilitasi pertemuan masyarakat supaya kondisi ini
dapat diketahui dan dibuktikan oleh masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dalam pengadaan bahan dan alat, yaitu alat dan
perlengkapan disiapakan sendiri oleh masyarakat, selain itu jika ada lahan atau pekarangan warga masyarakat yang masuk dalam pengukuran masyarakat sudah tidak
mempermasalahkan dan mengikhlaskannya demi kelancaran kegiatan tersebut. Partisipasi lainnya yaitu pengumpulan batu-batu dari kali, hasil pengumpulan tersebut
akan dibayar seadanya sebagai uang capek. Pengadaan bahan dan alat ini akan dikontrol oleh Tim Pengawas yang sudah
ditunjuk sebelumnya pada tahap perencanaan. Hal ini berguna untuk menghindarkan kecurangan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pengawasan ini juga
dilakukan sebagai transparansi kegiatan sehingga nantinya juga dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana ditutaurkan oleh Panagaran Gultom 40 thn
selaku Tim Pengawas Desa, yakni: “…..setiap pembelian bahan atau alat harus transparan, setiap fakturbon
pembelian harus ditempelkan di papan informasi yang sudah disediakan. Kami juga sebagai tim pengawas akan mengontrol dan mengecek
pengeluaran-pengeluaran yang ada dalam pengadaan bahan dan alat.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ini kan harus dijalankan setransparan mungkin sehingga bisa dipertanggungjawabkan nantinya…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Dengan adanya pengawasan dari tim khusus, dapat dipastikan bahwa
pelaksanaan program ini akan berjalan dengan baik dan tidak akan disalahgunakan oleh pihak berkepentingan pribadi semata. Karena sudah pernah kejadian
sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Esra Siregar 47 thn selaku KPMDK di kelurahan ini, yaitu:
“…..pernah kejadian pada PNPM-MP tahun anggaran 2008, pada saat itu sasarannya adalah sarana irigasi. Total dana hari itu adalah Rp.
339.064.700,00. Proyek belum selesai tapi dana sudah habis gak tau kemana. Setelah dihitung-hitung kembali ternyata dana memang hilang sekitar Rp. 40
Juta. Masyarakat tidak terima dan hendak melaporkan kejanggalan itu. Akhrinya titik damainya adalah mereka pelaku harus membayar dan
membiayai serta mengerjakan semua proyek yang belum selesai sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Saya berusaha mencari solusi agar jangan
sampai ke tangan polisi, karena jika sampe ke tangan polisi makan desakelurahan ini akan merusak citranya sendiri dan kemungkinan tidak aka
ada bantuan apa-apa lagi kedepannya, juga kampong ini tidak akan pernah maju karena kasus itu. Makanya dicari solusi yang tidak merusak citra
desakelurahan yaitu membayar semua kekurangannya dan mengerjakannya secara pribadi tanpa dibantu kecuali keluarganya…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Berdasarkan penuturan tersebut bahwa dapat dipastikan bahwa program ini
dilaksanakan secara transparan dan melalui pengawasan. Jika ada hal yang ganjal maka akan segera diketahui dan ditindak seperti kejadian diatas.
Universitas Sumatera Utara
4.2.9. Masalah dan Hambatan-hambatan
Dalam setiap pelaksanaan suatu program atau kegiatan dapat dipastikan bahwa pasti ada masalah atau hambatan-hambatan yang muncul. Berdasarkan
pengamatan dan yang dialami oleh penulis, ada banyak masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Aek Simotung. Salah satunya
adalah ada sebagian warga yang kurang setuju dengan cara kerja pengerjaan perbaikan dan pengadaan sarana. Sebagian masayarakat masih ada yang
mementingkan uang dari pada kesejahteraan dan kebaikan desadusun. Hal ini dapat dilihat dari beberapa argumentasi masyarakat yang mengatakan bahwa dalam
pengadaan dan perbaikan sarana di desadusun, tidak peduli sarana tersebut siap dikerjakan atau tidak, mereka hanya mementingkan gajiupah yang sebesar-besarnya
tanpa memperdulikan kesejahteraan desadusun mereka. Disamping itu, sebagian dari warga di kelurahan atau dusun ini tidak mau pengerjaan dan pengadaan sarana atau
kegiatan lain menggunakan sistem kontrak, mereka lebih setuju jika sistem yang digunakan dalam pengupan berdasarkan Harian Ongkos Kerja HOK. Hal ini
dikarenakan pendapatan mereka akan lebih besar jika menggunakan HOK daripada kontrak. Padahal dari segi kesejahteraan desadusun, sistem kerja kontrak ini lebih
menguntungkan, masyarakat tidak aka nada yang mengulur-ulur waktu, warga akan berlomba bekerja untuk menyelesaikan kontrak dan mendapatkan kontrak baru.
Secara otomatis, pengerjaan dan pengadaan cepat selesai dan tidak membuang dana yang besar.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ada juga sebagian masyarakat yang kurang yakin dan percaya terhadap kader-kader atau pelaku PNPM-MP di Kelurahan Aek Simotung.
Masyarakat yang tidak percaya anggap remeh terhadap pelaku PNPM-MP di kelurahan ini, warga tersebut beranggapan bahwa pelaku tersebut tidak mampu
mengerjakan tugasnya dengan baik dan tidak bisa meng-handle kelurahan atau dusundesa mereka tidak akan mendapatkan dana dari PNPM-MP. Namun, hal ini
bisa diatasi setelah ternyata Usulan Kegiatan yang dibuat oleh pelaku berdasarkan hasil rapat dusun berhasil dan disetujui oleh pemerintah untuk mengabulakan usulan
dan pemberian dana PNPM-MP di kelurahan ini. Masalah lain adalah pihak atau pelaku PNPM-MP di Kelurahan Aek
Simotung sendiri ada sedikit keluhan karena kerja keras untuk mengurus atau menjalankan PNPM-MP di kelurahan tidak mendapatkan imbalan. Jika ada pun,
imbalan yang mereka dapat tidak sebanding dengan apa yang sudah mereka lakukan dalam program ini. Bahkan mereka sempat berargumentsi ingin berhenti sebagai
penguruspelaku program ini. Kader atau pelaku di kelurahan juga kewalahan untuk mengontrol dan mengh-handle masyarakat dalam mengerjakan dan pengadaan sarana
dan kegiatan lain karena ada sebagian kecil masyarakat yang nakal dan main-main. Namun hal ini masih dapat diurungkan, mengingat program dan kegiatan ini untuk
kepentingan bersama, kepentingan masyarakat, dan demi memajukan desadusun mereka.
Selain itu juga, masalah yang timbul adalah pada saat pelaksanaan yaitu dituturkan oleh Zainul Harahap 40 thn selaku mantan ketua TPK Tahun Anggaran
2008, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“…..pengerjaan saluran drainase paret beton, peraturan atau ukuran yang sudah ditentukan sering tidak sejalan dengan yang dikerjakan dilapangan.
Sehingga pada saat pihak Fasilitator Kecamatan FK dan Fasilitator Teknik Kecamatan FT-Kec meninjau lokasi mereka meminta untuk memperbaikinya
sesuai dengan yang seharusnya dan sesuai dengan ukuran yang ditentukan bukan asal jadi dan siap saja. Pekerjaan HOK yang tidak sesuai diminta
diperbaiki pada saat sistem kerja kontrak. Namun masyarakat mengeluh, jika demikian mereka tidak akan bisa mengejar target…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Hambatan yang lain yaitu pekerjaan belum selesai dikerjakan namun dana
yang ada mengalami kekurangan. Sehingga TPK harus mendahulukan membayarkan upah pekerja dan pembayaran akan bahan dan alat kepada supplier ditunda sampai
dana berikutnya sudah keluar. Untuk mempermudah dan mempersingkat gambaran dan bentuk partisipasi
masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung, berikut adalah rangkuman partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di Kelurahan Aek
Simotung:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17. Rangkuman Partisipasi Masyarakat PNPM-MP Kel. Aek Simotung
No Tahapan
Program Partisipasi Masyarakat
Pendukung Penghambat
I Tahap
Sosialisasi 1. Masyarakat bersedia
mengikuti rapat antar desa dan diwakili oleh
tokoh-tokoh masyarakat sehingga masyarakat
mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan
dengan kegiatan. 2. Masyarakat menentukan
sendiri jadwal musyawarah desa untuk
mensosialisasikan kegiatan sehingga tidak
memberatkan masyarakat untuk menghadiri rapat.
3. Masyarakat ikut terlibat dalam pembuatan
rencana penggunaan dana operasional kegiatan
1. Tidak semua masyarakat ikut dalam musyawarah
yang dilaksanakan sehingga sebagian
masyarakat tidak paham hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.
2. Hanya sebagian masyarakat yang
mengikuti pelatihan- pelatihan secara rutin
sehingga masyarakat tidak mengetahui
tugasnya secara maksimal.
Universitas Sumatera Utara
sehingga masyarakat lebih percaya.
4. Masyarakat bersedia membuat surat
pernyataan kesanggupan desa untuk berpartisipasi
sehingga kegiatan berjalan lancar.
5. Masyarakat bersedia mengikuti pelatihan-
pelatihan sehingga masyarakat mengetahui
dan mampu menjalankan tugas dengan baik.
II Tahap
Perencanaan 1. Masyarakat terlibat
dalam penggalian gagasan sehingga
diketahui kebutuhan masyarakat dan
mengatasi permasalahannya.
1. Desain dan rencana anggaran biaya yang
dibuat oleh masyarakat tidak sesuai dengan di
lapangan sehingga mengakibatkan kendala
dan kekurangan pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Masyarakat menentukan sendiri kategori rumah
tangga miskin dan kaya sehingga lebih
mendekati kenyataan yang ada.
3. Masyarakat terlibat dalam menetukan
kegiatan-kegiatan apa saja yang dibutuhkan
sehingga berguna bagi rumah tangga miskin.
4. Perempuan juga ikut dalam musyawarah
sehingga dapat diketahui permasalahan
kemiskinan yang sering dialami setiap hari.
5. Perempuan terlibat dalam menentukan
kegiatan sehingga dapat diatasi permasalahannya
2. Rumah tangga kaya juga ikut ambil bagian dalam
kegiatan ini sehingga rumah tangga miskin
sebagai sasaran utama menjadi tidak maksimal.
Universitas Sumatera Utara
dari sudut pandang kelompok perempuan.
6. Masyarakat menentukan dan menetapkan usulan
kegiatan sehingga pelaksanaan program
tepat pada sasaran. 7. Masyarakat menulis
sendiri usulan yang sudah disepakati dan
ditetapkan sehingga tidak ada kekeliruan.
8. Masyarakat juga terlibat dalam pembahasan
peringkat usulan sehingga tidak ada
kecurangan peringkat usulan.
9. Masyarakat membuat sendiri dan
mensosialisasikan desain dan rencana anggaran
Universitas Sumatera Utara
biaya kegiatan sehingga dapat dilihat secara jelas
oleh pemeriksa usulan. 10. Masyarakat bersedia
membuat surat perjanjian pemberian bantuan
sehingga ada jaminan kegiatan berjalan sukses.
III Tahap Pelaksanaan
1. Masyarakat bersedia mendaftarkan diri
sebagai tenaga kerja sehingga tidak perlu
mencari tenaga kerja dari luar.
2. Masyarakat bersedia mendapat upah atau
imbalan seadanya sehingga dapat
menghemat biaya pelaksanaan kegiatan.
3. Masyarakat bersedia bekerja dengan sistem
1. Ada sebagain tenaga kerja yang terlambat
mendaftarkan diri sehingga menyulitkan
TPK dalam pendataan dan pemberian
upahimbalan 2. Ada sebagain masyarakat
lebih setuju dengan sistem kerja harian
karena lebih menguntungkan sehingga
masyarakat yang lain juga ikut terpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
kerja harian atau borongan sehingga tidak
menyulitkan dan dapat menghemat waktu dan
biaya. 4. Masyarakat juga
bersedia tidak dibayar atau disebut swadaya
masyarakat sehingga nilai gotong-royong
tetap terjaga dalam masyarakat.
5. Masyarakat bersedia menyediakan bahan
seperti batu dan pasir dengan harga yang
terjangkau sehingga dapat meminimalisasi
anggaran biaya. 6. Masyarakat bersedia
membawa peralatan kerja sendiri sehingga
3. Ada sebagian masyarakat lebih mengutamakan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan
kelompok sehingga tidak berjalan maksimal.
Universitas Sumatera Utara
fasilitator kegiatan tidak perlu menyediakan
peralatan kerja. IV Tahap
Pengawasan 1. Masyarakat atau pelaku
kegiatan membuat papan pengumuman
sebagai pusat informasi sehingga tidak ada
kecurigaan masyarakat. 2. Masyarakat atau tim
pengawas bersedia mengawasi dan men-
check pelaksanaan kegiatan sehingga
kegiatan tetap terkontrol dengan baik.
1. Tidak semua masyarakat memperhatikan papan
informasi yang disediakan sehingga
muncul kecurigaan dan ketidakpercayaan
terhadap pelaku kegiatan. 2. Tidak semua kegiatan
dapat diawasi oleh tim pengawas sehingga ada
masyarakat yang bekerja tidak maksimal dan tidak
serius.
Universitas Sumatera Utara
BAB. V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan pengertian partisipasi masyarakat yakni terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong
menjalankan pembangunan. Penulis mempunyai kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung baik
partisipasi dalam bentuk fisik maupun sumbangan tenaga dan pikiran cukup baik meskipun mengalami banyak kendala. Dapat dikatakan bahwa program ini juga telah
memberikan perubahan yang positif bagi masyarakat baik dari segi lingkungan, pembangunan manusiaanya, dan perihal pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
sangat antusias dengan adanya program PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Dalam tahapan kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, masyarakat mau dan ikut
terlibat mulai dari tahap sosilaisasi awal, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya. Masyarakat juga aktif dalam rapat-rapat pengambilan keputusan
baik dalam musyawarah antar desa maupun musyawarah desadusun. Mereka berperan serta dalam pembuatan usulan-usulan yang harus diajukan kepada pelaku di
kecamatan. Dalam partisipasinya, perempuan lebih mendominasi dari pada laki-laki. Hal
ini disebabkan karena laki-laki sebagai kepala keluarga lebih meilih untuk mengerjakan pekerjaan hariannya guna untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
sehari-hari. Orang yang lebih tua berumur juga lebih mendominasi dalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan kegiatan program PNPM Mandiri Perdesaan di Keluraha Aek Simotung ini. Mungkin dikarenakan orang yang lebih muda kurang merasa tertarik dan lebih
memilih pekerjaan yang lebih menguntungkan mereka. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ini ternyata memberikan imbalan atau
upah atas setiap partisipasi yang diberikan oleh masyarakat. Meskipun tidak terlalu besar namun bisa menambah mata pencaharian sehari-hari masyarakat. Karena jika
tidak diberi upah atau imbalan ada kemungkinan akan sedikit masyarakat yang mau terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Hal tersebut akan memberatkan mereka
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga PNPM Mandiri Perdesaan memberikan anggaran upah untuk tenaga kerja.
Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ini juga sudah dilakukan secara transparan. Hal ini bisa dilihat dari papan-papan informasi yang dibuat di tempat-
tempat umum yang biasanya dijumpai masyarakat. Hal sekecil apapun, seperti bonfaktur pembelian bahan dan pengadaan barang lainnya akan ditempelkan di
papan informasi tersebut. Sehingga bisa menghindarkan pemikiran-pemikiran negatif dari masyarakat yang lain. Pelaksanaan kegiatan ini juga diawasi oleh tim khusus di
dusunlingkungan sehingga para pelaku lainnya tidak berani melakukan kecurangan. Jika sampai hal itu terjadi maka akan segera diketahui dan ditindak lanjuti
berdasarkan putusan masyarakat dalam musyawarah. Meskipun program ini sudah dijalankan sesuai dengan aturan dan sesuai
dengan alur tahapan dengan baik. Namun, tetap saja masih ada masalah-malsah serta hambatan dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, masalah dan hambatan-hambatan
tersebut bisa teratasi dengan solusi dari masyarakat itu juga. Solusi yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan musyawarah bukan keputusan diri sendiri atau pelaku PNPM-MP di desakelurahan. Setiap pelaksanaan program atau kegiatan apa pun, semaksimal apa
pun, pasti ada masalah dan hambatannya. Hal ini menjadi hal yang sangat biasa bagi setiap pelaksanaan program.
5.2. Saran