4.2.7. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Sosialisasi dan Perencanaan
Dalam rangka peningkatan pembangunan di desakelurahan perlu adanya partisipasi dari masyarakat. Partisipasi masyarakat mengandung makna bahwa
perdesaan harus menjadi subjek dalam pembangunan perdesaan. Azas ini merupakan kebalikan dari azas paradigma lama yang cenderung menempatkan masyarakat hanya
sekedar objek pembangunan. Pada masa lalu, mendominasi proses pembangunan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasannya. Seperti telah dikemukakan, dominasi pemerintah ini tidak hanya membuat pembangunan tersebut gagal mencapai tujuan, tetapi juga
pendekatan pembangunan tersebut telah merusak kemandirian dan semangat kerjasama di masyarakat perdesaan. Sebagai akibatnya, masyarakat perdesaan
menjadi sangat tergantung pada pemerintah di dalam mengelola kehidupan social ekonominya. Situasi masyarakat perdesaan seperti ini jelas tidak sesuai dengan
tuntutan globalisasi dan otonomi yang mensyaratkan kemandirian dan keberasingan yang tangguh dari suatu komunitas masyarakat. Oleh karena itu, masayarakat
perdesaan harus dilibatkan dalam seluruh proses pembangunan perdesaan, khususnya dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Kelurahan Aek Simotung.
Dalam masa pengenalan kondisi desa sekaligus juga dilakukan sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan secara informal kepada masyarakat. Pada tahap ini harus
dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di semua tingkatan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan dari semua
pihak, sehingga semua pelaku PNPM Mandiri Perdesaan memiliki pemahaman atau
Universitas Sumatera Utara
persepsi yang sama terhadap program. Pada dasarnya sosialisasi dapat dilakukan pada setiap saat atau kesempatan oleh pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan.
Sistem kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat seperti: pertemuan keagamaan; pengajian, yasinan, persekutuan gereja, dll, pertemuan adat
istiadat; gotong royong, arisan, upacara adat dan lain-lain merupakan alternatif untuk menyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan media penerapan
prinsip transparansi. Media cetak, seperti koran dan tabloid, serta media elektronika, seperti radio dan TV, dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi PNPM
Mandiri Perdesaan. Pada tahap perencanaan dilakukan sosialisasi awal. Pada tahap persiapan dan
sosialisasi awal juga dilakuk an mulai dari MAD Sosialisasi, Musdes Sosialisasi, sampai kepada pelatihan KPMDK.
Sesuai dengan konsep PNPM Mandiri Perdesaan bahwa masyarakat harus berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,
mulai dari tahap sosialisaisi dan tahap-tahap lainnya. Tahap Musyawarah Antar Desa MAD Sosialisasi dilakukan di kecamatan. Pertemuan sosialisasi awal ini adalah
pertemuan antar desa yang bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan supaya masyarakat mengetahai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan PNPM-MP. Di
samping itu juga, guna untuk membuat kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan di desakelurahan masing-masing. Berikut
adalah penuturan dari Bapak Solahuddin Lubis 30 thn selaku Fasilitator Kecamatan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“…..tujuan dari MAD ini adalah sebagai sosialisasi awal. Untuk melakukan sosialisasi tahap awal ini maka diundang wakil dari desakelurahan masing-
masing 6 enam orang. Dalam pertemuan ini juga akan disepakati jadwal musyawarah desa sosialisasi…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa peserta MAD Sosialisasi dihadiri oleh masing-masing 6 enam orang dari setiap desakelurahan,
yakni kepala desalurah, 2 dua orang dari BPD, dan 3 tiga tokoh masyarakat. Kemudian dari keenam peserta tersebut harus ada sekurang-kurangnya tiga orang
perempuan. MAD Sosialisasi ini juga dihadiri oleh Camat dan instansi terkait, wakil instansi sektoral kecamatan ISK, dan juga terbuka untuk masyarakat umum yang
berminat untuk mengikuti MAD Sosialisai tersebut. Tahap ini difasilitasi oleh Pelaku PNPM-MP di kecamatan, yaitu PjOK, UPK, dan FKFT-Kec.
Pada tahap berikutnya, tahap musyawarah desa Musdes Sosialisasi merupakan tahap sosialisasi mengenai kegiatan PNPM-MP di desakelurahan yang
bertujuan supaya masyarakat banyak mengetahui akan kegiatan ini. Kegiatan musdes ini difasilitasi oleh FKFT. Peserta adalah sekurang-kurangnya 40 perempuan.
Penyelenggaraan di danai oleh DOK, swadaya desa atau masyarakat. Salah satu dari peserta Kelompok SPP, Suharni Rambe 38 thn, mengatakan bahwa:
“…..musdesnya dilakukan dibalai desa dengan mengundang wakil-wakil dari setiap lingkungandusun. Disini jugalah dipilih pelaku PNPM-MP di
desakelurahan, seperti TPK, KPMDK Fasilitator Desa, dan TIM 18 Penagwas. Pada saat rapat ini, saya juga ditunjuk sebagai bendahara TPK
namun saya tolak karena saya sudah pernah menjadi bendahara dalam program PPK yang lalu. Biarkanlah yang lain yang naik sebagai
bendahara…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
Setelah Musdes Sosialisasi dilaksanakan, sebelum beranjak ke tahap selanjutnya maka akan dilaksanakan pelatihan KPMDK. Pelatihan ini dilaksanakan
di kecamatan. Dibutuhkan masyarakat yang aktif dalam berpartisipasi dan berani sebagai kader pemberdaya. Esra Siregar 47 thn selaku Ketua Pemberdayaan
Masyarakat Desa di Kelurahan Aek Simotung, berargumen sebagai berikut: “…..sebenarnya sebelumnya saya bukan ketua KPMDK, namun pada saat
mengikuti pelatihan, fasilitator menyuruh setiap wakil dari desakelurahan memberikan pendapat dan masukan terhadap program ini. Tiba kelurahan
kita yang ditunjuk ketua sebelumnya keluar ruangan jadi terpaksa saya yang harus memberikan pendapat dan saya mendapat tepuk tangan yang meriah
dan pujian dari fasilitator karena saya cuma berkata tak ada yang lebih penting dari kemajuan desa saya, soal imbalan nggak penting bagi saya.
Pelatihan ini saya ikuti sebanyak 4 empat kali pertemuan. Pelatihan ini juga dihadiri dari perwakilan bank dunia. Saya sebagai ketua KPMD ditugaskan
untuk membujuk masyarakat dari lingkungan lain suapaya mau berpartisipasi dalam kegiatan ini….”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Dari penuturan beliau, dapat disimpulkan bahwa program ini tidak akan
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan jika masyarakat tidak mau ikut serta dan terlibat. Para pelaku dan masyarakat lain juga harus memegang prinsip untuk
memajukan desakelurahan meskipun tidak mendapat imbalan atas partisipasi yang mereka berikan. Penyelenggaraan pelatihan Kader ini didanai oleh DOK Perencanaan
PNPM Mandiri Perdesaan, swadaya desa atau masyarakat, serta APBD. Setelah MAD Sosialisasi, Musdes Sosialisasi, serta pelaithan KPMDK selesai
dilaksanakan, maka tahap selanjutnya yang harus melibatkan partisipasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
adalah penggalian gagasan. Tahap ini dilakukan di setiap dusunlingkungan guna untuk menentukan pemetaan sosial antara rumah tangga miskin dan kaya. Edy
Syaputra Hutasuhut 29 thn sebagai fasilitator penggalian gagasan, memaparkan bahwa:
“…..penggalian gagasan dilakukan guna untuk menggali segala permasalahan di setiap dusunlingkungan untuk mendapat kumpulan gagasan
atau usulan, seperti pembangunan jalan, pengaspalan, irigasi, dan lain-lain. Gagasan ini maksimal 40 empat puluh gagasan. Kemudian gagasan-
gagasan atau usulan ini akan ditulis pada sebuah berita acara keputusan hasil musyawarah, yang bersikan usulangagasan, kriteria RTM, potensi dan
permasalahn dusun, absen, dan sebagainya…..” Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010
Untuk meningkatkan eksistensi perempuan dalam program ini, maka dilakukan juga musyawarah desa khusus perempuan guna menemukan permasalahan-
permasalahan kemiskinan yang dirasakan sehari-hari dan mencari akar permasalahnnya. Dalam pertemuan khusus perempuan ini juga akan dibahas
mengenai usulan simpan pinjam perempuan, usulan selain simpan pinjam, serta penentuan wakil perempuan yang akan mengikuti musyawarah desa prioritas usulan.
Simpan Pinjam Perempuan SPP merupakan suatu bentuk pinjaman yang dilakukan dan dikhususkan kepada kaum perempuan dalam PNPM-MP. Pinjaman
adalah bersigat pribadi individu namun atas nama kelompok. Pinjaman dikembalikan berdasarkan cicilan beserta jasa bunga per bulan yang harus dilunasi
setiap tanggal 27 akhir bulan. Dana SPP diberikan kepada anggota kelompok secara 2 dua tahap. Syarat penerima dana SPP yaitu harus membuat anggota atau
Universitas Sumatera Utara
kelompok yang terdiri dari 10 sepuluh orang. Masing-masing pinjaman individu adalah minimal Rp. 1.000.000,00 dan maksimal Rp. 2.000.000,00. Jika pinjaman
melebihi dari batas maksimal yang ditentukan, maka harus meminjam atas nama orang lain, namun cicilan beserta jasa bunga dibayar per bulan oleh pihak yang
bersangkutan. Dana SPP yang diterima bervariasi, tergantung kemauan pinjaman dari para anggota penerima SPP. Jumlah jasa atau bunga pinjaman yang harus dibayar per
bulannya adalah 1,7. Jasa atau bunga yang harus dibayar dihitung dari sisa pinjaman akhir, bukan dihitung berdasarkan jumlah pinjaman awal. Lama pinjaman
adalah 1 satu tahun yaitu 12x cicilan bulan pokok ditambah dengan jasa bunga per bulan.
Dikelurahan Aek Simotung sendiri ada 2 dua kelompok yang menerima dana Simpan Pinjam Perempuan SPP, yaitu:
1. Kelompok Perwiritan Peserta kelompok ini yaitu 10 sepuluh orang. Dana yang mereka terima sebagai
pinjaman dan harus dicicil beserta jasa bunga bulanan adalah Rp. 14.000.000,00. Kelompok ini sudah menyelesaikan dana pinjaman tahap awal,
dan tahap kedua masih dalam proses pencairan. 2. Kelompok Simandera Jae
Kelompok ini juga beranggotakan sebanyak 10 sepuluh orang. Dana yang diterima kelompok ini adalah Rp. 20.0000.000,00. Berbeda dengan kelompok
pertama. Hal ini disebabkan karena anggota-anggota di kelompok ini memiliki pinjaman yang lebih besar dibandingkan kelompok pertama.
Universitas Sumatera Utara
Berikut rincian pembayaran bulan pokok beserta bungajasa yang harus dibayar setiap bulan jika jumlah pinjaman adalah RP. 1.000.000,00. Jika melebihi
dari jumlah itu, perhitungan dan pembayarannya berbeda pula.
Tabel 15. Rincian Pembayaran SPP Kelurahan Aek Simotung Angsura
Pokok Bunga
Sisa Ke-
Pembayaran Jasa
Pembayaran Rp
Rp Rp
I
83.400 17.000
916.600
II 83.400
15.000 833.200
III 83.400
14.000 749.800
IV 83.400
12.000 666.400
V 83.400
11.000 583.000
VI
83.400 9.900
499.600
VII
83.400 8.400
416.000
VIII 83.400
7.000 332.800
IX
83.400 5.600
249.400
X
83.400 4.200
166.000
XI 83.400
2.800 82.600
XII
82.600 1.400
-
Jumlah 1.000.000
108.300 -
Tahap selanjutnya adalah musyawarah desa perencanaan, tahap ini melibatkan semua masyarakat di desakelurahan. Hasil dari musyawarah dusun akan dibahas
kembali pada pertemuan ini. Pertemuan tersebut dilakukan dibalai desakelurahan. Dalam rapat ini, akan ditetapkan usulan yang akan diusulkan ke PNPM-MP, yakni
Universitas Sumatera Utara
usulan perempuan SPP dan sarana serta usulan campuran. Seterusnya wakil dari desakelurahan yang akan menghadiri dan membawa keputusan rapat tersebut ke
Musyawarah Antar Desa MAD di Balai Kelurahan Sipagimbar. Selain itu, Tim Penulis Usulan TPU turut mengikuti MAD tersebut. Namun, sebelumnya TPU
harus mengikuti pelatihan supaya tidak kesulitan dalam menjalankan tugasnya sebagai penulis usulan.
Seterusnya, usulan atau gagasan yang sudah dibuat dan disepakati akan diperiksa oleh Tim Verifikasi guna untuk menguji kelayakan usulan kegiatan dari
setiap desa. Pada tahap ini masyarakat tidak ikut dilibatkan karena tim verifikasi adalah tim yang dibentuk di kecamatan dengan beranggotakan sekurang-kurangnya 5
lima orang. Pada tahap verifikasi usulan per desakelurahan hanya tinggal 2 dua usulan. Jika misalnya ada 14 desakelurahan dalam sebuah kecamatan, maka jumlah
usulan adalah 28 usulan. Semua usulan tersebut akan didanai jika anggaran mencukupi, namun jika tidak maka usulan hanya akan didanai sesuai dengan
anggaran yang ada saja. Kemudian tahap berikut adalah penetuan prioritas usulan. Pertemuan wakil
per desa dan wakil-wakil lainnya dilaksanakan dikecamatan. Musyawarah ini dilakukan untuk menyususn usulan-usulan yang di prioritaskan atau bisa juga disebut
dengan meranking usulan. Selanjutnya dilakukan musyawarah antar desa untuk menetapkan usulan yang akan didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan. Keputusan
pendanaan tersebut harus mengacu pada peringkat prioritas usulan yang sudah disepakati pada tahap sebelumnya. Berikut adalah penuturan Bapak Solahuddin Lubis
30 thn selaku Fasilitator Kecamatan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“…..untuk mengetahui anggaran cukup atau tidaknya untuk mendanai semua usulan yang ada maka pelaku di desakelurahan yakni TPK harus membuat
Rencana Anggaran Biaya RAB untuk setiap usulan yang diajukan. Misalnya, pembangunan jalan Rp. 100.000.000,00, irigasi Rp.
200.000.000,00, jembatan Rp. 60.000.000,00 dan seterusnya sampai mencapai batas keseluruhan anggaran yang ada. Jika usulan peringkat-
peringkat terakhir tidak mencapai batas anggaran, makan usulan itu akan gugur dan tidak akan didanai…..”
Sumber: Hasil Wawancara, Juli 2010 Tahap akhir dari perencanaan adalah penyusunan Surat Perjanjian Pemberian
Bantuan SPPB. Surat ini akan ditanda tangani oleh Ketua UPK sebagai pihak I dan Ketua TPK sebagai pihak ke-2. Surat ini berisikan bahwa kedua belah pihak
menyepakati pembayaran dana bantuan PNPM-MP, juga berisikan bahwa disetujinya pembiayaan kegiatan, penyerahan dana sesuai dengan usulan yang diajukan dan
disepakati, serta perjanjian dan kesepakatan lainnya. Serat perjanjian ini juga harus disetujui oleh Penanggungjawab Operasional Kegiatan PjOK, Kepala desalurah,
dan Camat.
Universitas Sumatera Utara
4.2.8. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan