Pengertian Lesbi dan Sejarahnya
Hubungan sesama jenis baik lesbi maupun homoseks sebetulnya bukanlah hal yang baru ada didunia ini, karena sejak zaman Nabi Luth sekitar tahun 2245 SM
kasus seperti ini sudah ada. Oleh sebab itu, lesbi homoseks dalam istilah Arab dikenal dengan istilah Liwath yang dinisbatkan kepada perbuatan kaum Nabi Luth.
4
Dalam bukunya Anang Zamroni dan Ma’ruf Ansori yang berjudul Bimbingan Seks Islami dijelaskan bahwa pada awalnya kaum Nabi Luth menyetubuhi wanita
melalui duburnya, dan lama-kelamaan hal itu juga dilakukan terhadap kaum lelaki dan dikenal dengan istilah sodomi.
5
Mereka didorong oleh hawa nafsu yang jahat untuk melakukan perbuatan- perbuatan keji dan sangat dicela oleh tabi’at manusia dan tentu saja oleh agama.
Perilaku keji tersebut adalah mengadakan hubungan kelamin dengan sesama jenis. Mereka secara terang-terangan mengadakan berbagai kemungkaran di setiap balai
pertemuannya. Kaum Luth yang sudah biasa mengerjakan hubungan kelamin sesama jenis,
bergegas datang menghampiri tamu-tamu itu para malaikat yang menyerupai pemuda tampan untuk melaksanakan perbuatan yang keji, namun Nabi Luth
berusaha untuk memalingkan kejahatan mereka dengan menawarkan puteri-puterinya dan gadis-gadis kaumnya untuk dinikahi, akan tetapi mereka tetap menolak.
4
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 h.581
5
Anang Zamroni dan Ma’ruf Ansori, Bimbingan Seks Islami, Jakarta: Pustaka Anda, 1997, h.183
Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut Merah, kaum ini diketahui telah di-hancurkan
sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian arkeologis mengungkapkan bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang di antara
perbatasan Israel-Yordania.
6
Dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa sesungguhnya Luth telah mengetahui bahwa kaumnya tidak mempunyai hasrat kepada wanita-wanita untuk
mereka kawini, sehingga ketika Luth berusaha menawarkan puteri-puterinya untuk mereka nikahi, tetap saja mereka menolaknya karena tidak ada hasrat sedikitpun
terhadap wanita. Yang menimbulkan hasrat dan birahi mereka justru sesama jenis bukan lawan jenis.
7
Dalam kitab Lubab tafsir dari kitab Ibnu Katsir dijelaskan bahwa para malaikat berkata kepada Luth setelah mereka melihat kesusahan yang dilalui oleh
Luth karena perbuatan kaumnya. Malaikat berkata kepada Luth,” Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan tuhanmu, kami diutus untuk membinasakna mereka dan
menyelamatkan kamu dari keburukan mereka. Oleh karena itu Luth diperintahkan untuk segera meninggalkan kampungnya bersama keluarganya untuk mencapai
perbatasan kampung pada malam hari. Dari salah satu keluarganya, yaitu isteri Luth
6
Abufaiz99, “Kota Pompai yang dijungkirbalikkan” artikel di akses pada 10 Desember 2010 dari http:google.com201011 Kot- Pompai-yang-dijungkirbalikkan.html.
7
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra, 1993, h.122
sendiri cendrung ikut kepada kaumnya, karena ia merupakan seorang perempuan kafir dan pengkhianat maka turut binasa jugalah dia.
Dengan demikian, Allah memerintahkan Luth untuk meninggalkan kampungnya itu secepatnya, karena saat penyiksaan yang dijanjikan Allah kepada
kaum Nabi Luth adalah pada waktu subuh, pada saat subuh itulah mereka telah berkumpul seluruhnya dirumah masing-masing, sehingga tidak akan ada seorang pun
yang lolos. Saat itulah Allah menurunkan azab kepada mereka dengan cara menjungkir balik negerinya sehingga negeri itu hancur-lebur, lalu Allah menghujani
mereka dengan hujan batu yang bercampur tanah secara bertubi-tubi.
8
Pada dasarnya mereka itu tidak menikmati dan tidak pernah merasakan kenikmatan atas apa yang mereka lakukan, apalagi untuk kepuasan syahwat. Selain
karena akal mereka telah rusak, dan hati mereka yang sakit, mereka juga selalu mendapat bisikan setan tentang hal-hal yang seolah-olah menyenangkan, padahal
sesungguhnya hanyalah tipu daya belaka.
9
Itulah gambaran kehancuran akan azab Allah yang diberikan kepada kaum Nabi Luth, dan merupakan sanksi yang setimpal dengan kedurhakaan mereka, karena
mereka memutarbalikan fitrah, seharusnya pelampiasan syahwat dilakukan dengan lawan jenis bukan sesama jenis.
8
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002 vol.5 h.308
9
Utsman At-Thawil, Ajaran Islam tentang Fenomena Seksual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, h.75