Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.
darah, sekresi endokrin yang bermacam-macam, dan sebagiannya-meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu-waktu yang berbeda.
19
2.3. Efek Kerja Malam
Fish 2000 mengemukakan bahwa efek bekerja pada shift malam hari pada pekerja antara lain:
20
1. Efek Fisiologis
b. Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
c. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. d.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2.
Efek Psikososial Efek ini menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain
adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktivitas kelompok dalam
masyarakat. Saksono 1991 menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibatnya tersisih dari lingkungan masyarakat.
21
Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikolsosial. Menurutnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Kerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. Menurut penelitian Baker dkk 1987, stres yang dialami seseorang akan
merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa
penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.
8
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman 1981 berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu
ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang
positif.
8
Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley 1989 juga berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres
terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami
seseorang itu berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan
tubuh.
8
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi,
maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan
keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.
8
2.4. Perawat 2.4.1. Pengertian Perawat