Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

(1)

Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD

SKRIPSI

GAMBARAN STRES KERJA PADA PERAWAT SHIFT MALAM DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2009

Oleh:

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

RURI KARTIKA PUTERI NIM. 041000012


(2)

GAMBARAN STRES KERJA PADA PERAWAT SHIFT MALAM DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RURI KARTIKA PUTERI 041000012

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN STRES KERJA PADA PERAWAT SHIFT MALAM DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD dr. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

RURI KARTIKA PUTERI 041000012

Telah dijuji dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi pada tanggal 4 Juli 2009 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Kalsum, MKes dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

NIP. 131964120 NIP. 1312148541

Penguji II Penguji III

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS

NIP. 13180345 NIP. 131655401

Medan. Juli 2009 Fakultas Kesehatan Masyarkat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas Berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “GAMBARAN STRES KERJA PADA PERAWAT SHIFT MALAM DI

RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankan saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, sebagai kepala bagian departemen KKK (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.serta Dosen Penguji I pada ujian skripsi ini. 3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan serta masukan untuk sempurnanya penyusunan skripsi ini.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II.


(5)

6. Bapak Prof. Dr. David H. Simanjuntak, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Swasna Zilliwu kepala IGD RSUD dr .Pirngadi Medan yang banyak sekali membantu penulis dengan penuh kelembutan dalam mengumpulkan data-data.

9. Orang tua yang tercinta Ayahanda Hadi SP dan Ibunda Hasmawita Situmorang atas semua doa serta dukungan kepada penulis, serta keluarga besarku tersayang yang tak bisa disebutkan satu persatu, thanks and I Luv u oLL!!.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...vii

i BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.3.1. Tujuan Umum ...4

1.3.2. Tujuan Khusus ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1. Stres ...6

2.1.1. Pengertian Stres ...6

2.1.2. Proses Stres ...7

2.1.3. Sumber-sumber Stres Kerja ...10

2.1.4. Gejala Stres ...14

2.1.5. Akibat Stres ...17

2.1.6. Pekerjaan dan Stres ...17

2.1.7. Usaha-usaha Mengatasi Stres ...19

2.1.8. Penilaian Stres ...20

2.2. Circadian Rythym ...21

2.3. Efek Kerja Malam ...23

2.4. Perawat ...25

2.4.1. Pengertian Perawat ...25

2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat ...25

2.4.3. Proses Keperawatan ...27

2.4.4. Standar Praktik Keperawatan ...30

2.4.5. Standar Penilaian Perawat ...31

2.5. Shift Kerja...32

2.5.1. Perputaran dan Rekomendasi Shift Kerja ...32

2.6. Kerangka Konsep ...34

BAB 3 METODE PENELITIAN ...35

3.1. Jenis Penelitian ...35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...35

3.3. Populasi dan Sampel ...35

3.3.1. Populasi...35

3.3.2. Sampel ...35

3.4. Metode Pengumpulan Data ...35

3.5. Definisi Operasional...36


(7)

3.6.1. Penentuan Stres Kerja ...37

3.6.2. Penentuan Beban Kerja ...37

3.6.3. Penentuan Hubungan Interpersonal...38

3.6.4. Penentuan Tanggung Jawab ...38

3.6.5. Penentuan Keamanan Kerja ...39

3.7. Analisa Data...39

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...40

4.1.1. Pelayanan Penunjang RSUD dr. Pirngadi Medan ………...41

4.1.2. Fasilitas RSUD dr. Pirngadi Medan ………....41

4.1.3. Fasilitas di Ruang IGD RSUD dr. Pirngadi Medan ………....42

4.1.4. Ketenagaan IGD RSUD dr. Pirngadi Medan ………..42

4.1.5. Struktur Organisasi IGD RSUD dr. Pirngadi Medan ……….43

4.1.6. Pengaturan Shift Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi ...45

4.2. Hasil Penelitian ...45

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Stres di Tempat Kerja ...45

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur...46

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...46

4.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ...46

4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ...47

4.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja ...47

4.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal ...48

4.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja ...48

4.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keamanan Kerja...49

4.3. Gambaran Stres Kerja ...49

4.10. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Umur ...49

4.11. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

4.12. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Masa Kerja ... 50

4.13. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Status Perkawinan ... 51

4.14. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Beban Kerja ... 51

4.15. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Hubungan Interpersonal ... 52

4.16. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Tanggung Jawab ... 52

4.17. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Keamanan Kerja ... 53

BAB 5 PEMBAHASAN ...54

5.1. Keadaan Stres pada Perawat ...54

5.2.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Umur ...56


(8)

5.4.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Masa Kerja ...58

5.5.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Status Perkawinan ...58

5.6.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Beban Kerja ...59

5.7.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Hubungan Interpersonal...60

5.8.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Tanggung Jawab Kerja ...61

5.9.Gambaran Stres Kerja berdasarkan Keamanan Kerja ...62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...63

6.1. Kesimpulan ...63

6.2. Saran ...64 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Tenaga Paramedis Perawatan IGD RSUD dr.

Pirngadi Medan ... 42 Tabel 4.2. Distribusi Tenaga Non Medis dan Magang IGD RSUD dr. Pirngadi Medan ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Stres di Tempat

Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.4 . Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Umur di Ruang

Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.5. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Jenis Kelamin di

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.6. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Masa Kerja di

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.7. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Status Perkawinan

di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.8. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Beban Kerja di

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.9. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Hubungan

Interpersonal di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 45 Tabel 5.0. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Tanggung Jawab di

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 45 Tabel 5.1. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Keamanan Kerja di

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 46 Tabel 5.2. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Umur di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 46


(10)

Tabel 5.3. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.4. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Masa Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.5. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Status Perkawinan di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 48 Tabel 5.6. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Beban Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 48 Tabel 5.7. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Hubungan Interpersonal di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 49 Tabel 5.8. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 49 Tabel 5.9. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan Keamanan Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 50


(11)

ABSTRAK

Gambaran stres kerja pada perawat shift malam di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

x + 64 halaman + ii daftar pustaka + 19 tabel + lampiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres kerja pada perawat shift malam di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD. dr. Pirngadi Medan berkaitan antara faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja) dan faktor lingkungan psikososial (beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional, populasi adalah perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 42 orang, sampel adalah seluruh perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 42 orang.

Hasil yang diperoleh bahwa responden yang mengalami stres kerja yaitu 19 orang (45,24 %) dan tidak mengalami stres kerja 23 orang (54,76 %). Responden yang mengalami stres kerja berada pada kelompok umur > 33 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %), dan mempunyai masa kerja > 9 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %) dan sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (30,95 %). Berkaitan dengan faktor psikososial responden yang mengalami stres kerja yang merasakan beban kerja berat yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %), mempunyai hubungan interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 14 orang (33,33 %), memiliki tanggung jawab kerja yang sedang yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %) dan merasakan bahwa tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).

Disarankan menjalin komunikasi yang baik dengan atasan, teman kerja seprofesi yang lain, mengatur dan mengendalikan perasaan emosi dengan cara membuat penilaian yang realistik tentang suatu hal yang membebani pikiran karena pekerjaan, bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat mengurangi beban kerja, membuat pengaturan waktu tidur agar irama sirkadian tidak terganggu.


(12)

ABSTRACT

Description of stress in nurses working night shift at the Emergency room Installation General Hospital Regional dr. Pirngadi Medan in 2009.

x + 64 pages + list of libraries ii + 19 + appendix table

This study aims to know the job description of stress on the night shift nurse in the room Installation Emergency hospitals regional. dr. Medan Pirngadi relation between the individual factors (age, sex, marital status and the period of work) and psychosocial environmental factors (work load, interpersonal relationships, responsibility and job security). Type of research is using a descriptive cross-sectional design, the population is a nurse Installation Emergency RSUD dr. Pirngadi Medan people, amounting to 42, is the whole sample nurse Installation Emergency RSUD dr. Pirngadi Medan people, amounting to 42.

Results are that the respondents who have experienced workplace stress that is 19 people (45.24%) and did not experience the stress of 23 (54.76%). Respondents who have experienced workplace stress is on the age group> 33 years of the 11 persons (26.2%), female sex that is manifold as much as 15 people (35.72%), and have the work> 9 years of the 11 people (26 , 2%) and married for the 13 people (30.95%). Psychosocial factors associated with respondents who have felt the stress of working the heavy work load as many as 15 people (35.72%), have interpersonal relationships that are that as many as 14 people (33.33%), have the responsibility of being the work of 11 people (26.2%) and feel that the work that is less secure as many as 11 people (26.2%).

Suggested a good communication with supervisors, co-workers profession others, manage and control the feelings of emotion in a way to make a realistic assessment of a case of mind because the burden of employment, work together in completing the work so that it can reduce the work load, make the time to sleep so that cadency cyrcadian.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan memperhatikan peranan kesehatan diatas, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.1

Begitu juga dalam Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja dalam pasal 9 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan keselamatan, kesehatan pemeliharaan moral, moral kerja, perlakuan yang sesuai dengan martabat moral agama. Dan salah satu upaya keselamatan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor-faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.2

Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya sering kali usaha-usaha pemenuhan kebutuhan tersebut mendapat


(14)

banyak rintangan dan hambatan. Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan stres.3

Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24 jam/hari. Sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal (shift pagi).4

Josling (1998) dalam artikelnya berjudul Shift Work and ill-Health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Circadian Learning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja pada malam hari, dapat terkena beberapa permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan ini antara lain: gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Segala gangguan kesehatan tersebut, ditambah dengan tekanan stres yang besar yang dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam.5

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu industri jasa yang bekerja selama 24 jam dengan pengaturan jadwal shift 3 rotasi, shift pagi pukul 08.00 – 14.00 WIB dengan waktu kerja 6 jam, shift sore 14.00 – 20.00 WIB dengan waktu kerja 6 jam, dan shift malam pukul 20.00 – 08.00 WIB dengan waktu kerja 12 jam dengan pola rotasi 2 – 2 – 2 (metropolitan pola) dimana masing-masing shift dilaksanakan dua hari kemudian pada akhir periode


(15)

shift kerja malam diberi libur dua hari dan kembali lagi kepada siklus shift semula. Salah satu unit pelayanan di RSUD dr. Pirngadi Medan adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD). Unit ini membutuhkan pengawasan yang maksimal 24 jam oleh tim dokter ahli dan tenaga keperawatan yang kompeten. Karena begitu kompleksnya pekerjaan di unit ini, sangatlah diperlukan teknik-teknik dan keterampilan/ kemahiran tersendiri dalam menangani pasien, maka kesiapan fisik, mental, lingkungan kerja yang baik sangatlah dibutuhkan oleh setiap perawat dalam bekerja, karena jika tidak, stres akibat kerja dapat terjadi setiap saat.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di IGD RSUD dr. Pirngadi Medan mereka mengeluhkan lelah pada saat melakukan asuhan keperawatan. Berbagai macam kebutuhan pasien, mulai dari pergantian infus, pemberian dan pengawasan makan obat, pertolongan mendadak jika pasien shock juga pekerjaan rutin yaitu menuliskan langkah-langkah asuhan keperawatan yang dilakukan dalam menangani setiap pasien. Pemajanan ekskresi feses, darah dan muntahan juga cukup sering dialami. Pekerjaan pada malam hari ini juga menyebabkan mereka sering mengantuk dan berkurangnya konsentrasi dalam bekerja karena bunyi-bunyian yang sering terjadi seperti bunyi bel /alarm, tangisan dan rintihan pasien sehingga pekerjaan menjadi kurang maksimal dan cenderung membuat banyak kesalahan kerja. Pekerjaan yang monoton ini menyebabkan perawat cepat merasa jenuh sehingga berkemungkinan akan terjadinya stres. Sebagian besar perawat yang berkerja di IGD RSUD dr. Pirngadi Medan telah berumur 30-40 tahun dan sudah menikah, sehingga mereka juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya, masalah-masalah yang terjadi didalam rumah tangga dapat


(16)

mempengaruhi hubungan interpersonal baik dengan rekan kerja maupun dengan pasien.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah tentang gambaran stres kerja pada perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran stres kerja pada perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui:

1. Gambaran stres kerja pada perawat shift malam di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

2. Faktor karakteristik individu (umur, masa kerja, jenis kelamin dan status perkawinan) yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat shift malam di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

3. Faktor lingkungan psikososial (beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja) yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat shift malam di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan tahun 2009.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan pihak Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan mengenai stres kerja perawat shift malam untuk bahan pertimbangan dalam membina dan mengembangkan kualitas dan sumber daya manusia bagi tenaga perawat.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Stres adalah suatu respon adaptif, melalui karakteristik individu dan atau proses psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi, dan kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun psikologis yang bersangkutan.6

Stres menunjuk pada keadaan internal individu yang menghadapi ancaman terhadap kesejahteraan fisik maupun psikisnya. Penekanannya adalah pada persepsi dan evaluasi individu terhadap stimulus yang memiliki potensi membahayakan bagi dirinya. Sehingga ada perbandingan antara tuntutan yang menekan individu dan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut. Keadaan yang tidak seimbang dalam mekanisme ini akan meningkatkan respon stres, bagi fisiologi maupun perilakunya.6

Stres ialah suatu akibat dari tekanan emosional, rangsangan-rangsangan atau suasana yang merusak, keadaan fisiologis seorang individu. Besar kecilnya saat yang menegangkan tersebut sebenarnya relatif. Tergantung tinggi rendahnya kedewasaan kepribadian serta bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya.7

Dari defenisi stres diatas tampak bahwa stres lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai


(19)

tuntutan fisiologis dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial.8

2.1.2. Proses Stres

Lazarus dan Launier (1978) dalam Gustiarti mengemukakan tahapan-tahapan proses stres sebagai berikut :9

1. Stage of Alarm

Individu mengidentifikasikan suatu stimulus yang membahayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan orientasinya pun terarah kepada stimulus tersebut.

2. Stage of Appraisals

Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut. Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Primary Cognitive Appraisal

Adalah proses mental yang berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan, merugikan, atau membahayakan individu tersebut.

b. Secondary Cognitive Appraisal

Adalah evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta berbagai sumber daya pribadi dan lingkungan.


(20)

3. Stage of Searching for a Coping Strategy

Konsep ‘coping’ diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan-tuntutan internal serta mengolah konflik antara berbagai tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan oleh satu stresor akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau menghadapi stresor tersebut, yaitu dengan menerapkan strategi ‘coping’ yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi dimana stres tersebut berlangsung.

4. Stage of The Stres Response

Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuroendokrin serta sistem saraf otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-reaksi seperti ini timbul akibat adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan reaksi-reaksi untuk menghadapi stres yang berkepanjangan. Dampak dari keadaan ini adalah bahwa individu mengalami dis organisasi dan kelelahan baik mental maupun fisik.

Disamping membagi stres kedalam tahap-tahap diatas, Lazarus juga membedakan istilah-istilah harm-loss, threat, dan challenge. Harm-loss dan threat memiliki konotasi negatif. Keduanya dibedakan berdasarkan perspektif waktunya. Harm-loss digunakan untuk menerangkan stres yang timbul akibat antisipasi terhadap suatu situasi. Baik stres akibat harm-loss maupun threat pada umumnya akan dapat berupa gangguan fisiologis maupun gangguan psikologis.


(21)

Di lain pihak, challenge (tantangan) berkonotasi positif. Artinya stres yang dipicu oleh situasi-situasi yang dipersepsikan sebagai tantangan oleh individu tidak diubah menjadi strain. Dampaknya terhadap tingkah laku individu, misalnya tampilan kerjanya, justru positif.9

Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling terkait satu sama lainnya yaitu:6

1. Hal, peristiwa, orang, keadaan, yang menjadi sumber stres (stressor)

Stressor yang dimaksudkan di sini tentunya yang dirasa mengancam dan merugikan orang yang terkena stres dan dimengerti sebagai rangsangan (stimulus).

2. Individu yang mengalami stres (the stressed)

Dari segi orang yang mengalami stres, kita dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (respon) atau orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi terhadap psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan, yang dapat membuat pola berpikir, emosi dan perilaku individu tersebut menjadi kacau, malah sampai menyebabkan gangguan fisiologis..

3. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres, merupakan proses. Proses ini merupakan pengaruh timbal balik dan menciptakan usaha penyesuaian atau tepatnya penyeimbangan yang terus menerus antara orang yang mengalami stres dengan keadaan yang penuh stres tersebut. Proses saling pengaruh dan menyeimbangi ini disebut transaksi.6


(22)

Penilaian terhadap ketidakseimbangan/ ketidaksepadanan/ ketidakcocokan dipengaruhi oleh sikap, pengalaman hidup, keluasan pandangan dan kematangan pribadi seseorang. Sebagai contoh:6

1. Orang dengan tipe kepribadian A (perfeksionis/ high profile) lebih mudah stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B (low profile).

2. Orang dengan tipe kepribadian introvert (diam dan suka menyendiri) lebih mudah stres dibanding dengan extrovert (periang dan pandai bergaul).

3. Pengalaman hidup, orang yang pernah mengalami kegagalan di masa lampau akan mudah membuatnya menilai kegagalan sebagai hal yang sudah biasa. Tetapi bagi orang yang selalu berhasil, kegagalan dianggap sebagai sumber stres yang luar biasa.

4. Orang yang berpandangan sempit lebih mudah terkena stres daripada orang yang berpandangan luas.

5. Orang yang belum dewasa dalam menghadapi perkara, mudah goyah sikap, pendirian dan arah hidupnya. Sedangkan orang yang berkepribadian dewasa lebih tahan terhadap hal atau keadaan yang menimbulkan stres.6

2.1.3. Sumber-sumber Stres Kerja

Setiap individu dapat terkena stres. Lama, keseringan serta intensitas stres seseorang individu berbeda dengan individu lainnya. Stres ini menyangkut individu yang terkena, sumber stres dan transaksi antara keduanya. Oleh karena itu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres kerja (sumber stres) secara umum, digolongkan menjadi:6


(23)

a. Dalam diri individu (internal source)

Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah sebagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres.10

Terkadang sumber stres ada di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stres yang muncul bergantung pada keadaan rasa sakit dalam umur individu.11

Dalam pengamatan pada kehidupan manusia sehari-hari, ternyata pria memiliki kecenderungan yang lebih besar mengalami stres dibandingkan oleh wanita. Disamping itu, semakin jauh seorang wanita mengerjakan pekerjaan-pekerjaann yang biasa dianggap sebagai pekerjaan kaum pria, semakin besar pula kecenderungan mengalami stres. Jadi pada dasarnya pria dan wanita mempunyai kecenderungan yang sama untuk mengalami stres, dan dapat ditambahkan bahwa jenis kesibukan sehari-hari menentukan besarnya kemungkinan mengalami stres. Para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghambat konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.7

b. Luar diri individu (external source); (lingkungan kerja dan lingkungan psikososial sekitar)

Lingkungan kerja juga dapat berperan sebagai faktor penyebab terjadinya stres kerja (sumber stres), seperti tuntutan pekerjaan, tanggung jawab kerja, lingkungan fisik kerja, hubungan antar manusia yang buruk, kurang pengakuan dan peningkatan jenjang karir, rasa kurang aman dalam bekerja dan sebagainya.6


(24)

1. Beban Kerja

Terlalu banyak pekerjaan/ terlalu sedikit pekerjaan juga terkadang dapat menyebabkan stres pada seorang individu. Terlalu banyak pekerjaan berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tersebut dengan hasil yang sebaik-baiknya. Sedangkan terlalu sedikit berkaitan dengan tidak adanya pekerjaan yang dapat dikerjakan. Sejauhmana hal ini dapat menyebabkan seorang individu menjadi stres, tergantung bagaimana dia dapat mengatasi keadaan tersebut.6

Beban kerja berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.10

Tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak dan harapan perusahaan yang berlebih terhadap pekerja dapat mempengaruhi imunitas tubuh dan kesehatan pekerja tersebut secara langsung. Tuntutan tersebut diantaranya:

- Beban kerja yang berat - Waktu istirahat yang jarang - Jam kerja yang panjang

- Pergantian jam kerja (shift) yang kurang tepat jadwalnya (jarak antara shift terlalu dekat)

- Beban kerja yang padat dan rutin namun sedikit memberi nilai dan arti bagi kehidupan.

Beban kerja yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan dan keluarga atau salah penempatan.10


(25)

2. Tanggung Jawab Kerja

Bila seseorang harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, perubahan dalam hidup menyebabkan ia tidak mempunyai kontrol. Misalnya, teman kerja tidak masuk, ia harus menggantikan tugasnya. Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya.3

Kerja yang penuh tanggung jawab atas keselamatan orang sangat cenderung mengakibatkan stres. Kerja sama ini dialami para petugas medis, paramedis, dokter dan perawat, dinas kebakaran serta polisi.

Tarigan. L (2004) yang melakukan penelitian terhadap 20 orang perawat di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan menyatakan bahwa tanggung jawab kerja menunjukkan hasil yang tidk bermakna terhadap terjadinya stres kerja. Ia juga menyatakan sehubungan denga rasa tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan disiplin kerja. Dalam hal ini tenaga kerja akan termotivasi dalam melakukan tugasnya yang memberikan dampak positif bagi tenaga kerja dalam hal penyelesaian tugas yang tepat waktu dan ketelitian dalam melakukan pekerjaan.12

3. Hubungan Antar Manusia (Interpersonal)

Hubungan antar manusia ditempat kerja dapat sebagai sumber stres karena hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan tidak selalu baik dan serasi. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak mengahargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.12


(26)

Dalam Tarigan. L (2004) hubungan antar manusia di tempat kerja jelas merupakan sumber stres karena hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan tidak selalu baik dan serasi. Hal ini dapat terjadi karena unsur persaingan atau tindak yang disengaja mau menjatuhkan.12

Orang bekerja bukan hanya karena ingin mendapatkan uang, tetapi pengakuan dan penghargaan juga diwujudkan dalam promosi dijenjang pangkat dan jabatan. Tempat kerja yang acuh tak acuh terhadap orang yang bekerja sungguh-sungguh dan tidak memberi pengakuan dan penghargaan apalagi promosi, jelas menjanjikan stres. Maka kurang pengakuan dan peningkatan di tempat kerja merupakan sumber stres yang kerap terjadi.12

4. Keamanan Kerja

Keamanan kerja berarti berkenaan dengaan tempat kerja yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerjanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan (stres) kerja yang terus menerus pada tenaga kerja tersebut. Stres yang terjadi dapat disebabkan karena individual conflict (takut), maupun organizational conflict (kurangnya alat proteksi di industri tersebut). Selain itu yang dimaksud keamanan kerja disini adalah kepastian untuk tidak dipecat (PHK) yang dapat terjadi setiap saat dan sebagainya.6

2.1.4. Gejala Stres

Tanda-tanda dan gejala-gejala stres berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang lainnya. Namun beberapa gejala bersifat umum, seperti mudah marah atau suka murung. Pola respon yang umum biasanya tergantung kepada masing-masing orang, misalnya: respon emosional yang paling umum terhadap kesibukan di kantor adalah rasa ingin marah ketika tiba di rumah.14


(27)

Brecht (2000) mengemukakan bahwa tanda-tanda lain yang cukup jelas dari stres adalah kebiasaan yang mengulur-ulur waktu, tidak mampu mengambil keputusan dengan cepat, terutama jika sebelumnya kita sangat piawai di bidang ini. Yang terjadi sebenarnya adalah kepercayaan diri kita telah dipengaruhi oleh stres dan meragukan keputusan yang telah diambil, akibatnya kekhawatiran telah salah mengambil keputusan akan menyerang.14

Salah satu kejadian penuh stres adalah tidak responsif, seperti kurangnya minat untuk melakukan aktivitas, melepaskan diri dari teman-teman, atau penyempitan emosi, sering mengalami aspek-aspek trauma, kewaspadaan yang berlebihan, sulit tidur, merasa bersalah, ingatan dan konsentgrasi terganggu, penolakan terhadap pengalaman, penggiatan simptom yang merugikan yang berhubungan dengan kejadian lain yang penuh stres.15

Pada waktu mengalami stres menurut Brecht (2000), tindakan dan perilaku mungkin akan berubah drastis. Barangkali akan mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti: minum alkohol atau kopi secara berlebihan, makan berlebihan, berjudi atau kecanduan psikologis dan fisiologis terhadap obat-obat tertentu, sakit kepala, radang kulit, diare, kelelahan, tekanan darah tinggi, dan rasa mual adalah gejala umum dari stres.14

1. Gejala Badan/ Fisik

Sakit kepala, sakit maag,mudah kaget, banyak berkeringat, gangguan pola tidur, lesu, akaku leher belakang sampai punggung, dada rasa panas dan nyeri, rasa tersumbat di kerongkongan, gangguan psikososial, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit (bisulan), gangguan menstruasi, keputihan, kejang-kejang, pingsan, jantung berdebar-debar.7


(28)

2. Gejala Emosional

Cepat marah dan murung, cemas, panik, takut, sering mengangis, emosi berlebihan, tertawa gelisah, merasa tak berdaya, selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain, pasif, depresi, merasa diabaikan.

3. Gejala Perilaku/ Tindakan

Menurunnya kegairahan, pemakaian alkohol yang berlebihan, meningkatnya konsumsi rokok/ kopi, keracunan/ tindakan agresif, gangguan pada kebiasaan makan, gangguan tidur, gangguan seksual, kecenderungan menyendiri dan absen di tempat kerja serta mudah mendapat kecelakaan.

4. Gejala Intelektual

Pemikiran irrasional, kebiasaan menunda pengambilan keputusan, lemahnya daya ingat, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan perspektif, berpikir negatif, putus asa/ perasaan tidak berdaya, menyalahkan diri sendiri, bingung/ pikaran kacau.

5. Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari kelsalahan orang lain atau menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri serta mendiamkan orang lain.

Anoraga (1995) menyatakan bahwa apabila disadari, hal-hal di atas pada dasarnya adalah menghambat harapan untuk memperoleh sukses. Padahala harapan sesungguhnya adalah merupakan milik seseorang yang paling berharga. Dengan mengetahui gejala-gejala stres, maka sekurang-kurangnya kita akan


(29)

menjadi lebih dewasa akan bahaya atas penyiksaan diri kita sendiri dan kepada orang lain.7

2.1.5. Akibat Stres

Stres dapat berakibat baik atau buruk terhadap kita. Kita akan hidup dan berprestasi optimal dan maksimal bila mendapatkan rangsangan yang optimal tingkatnya. Stres yang optimal berperan dan berdampak positif serta konstruktif bagi kita. Stres yang baik disebut dengan eustres. Sebaliknya stres yang merugikan dan merusak (destruktif) disebut dengan distres. Bagi kita stres menjadi eustres atau distres dipengaruhi oleh penilaian dan daya tahan kita terhadap peristiwa dan keadaan yang potensial atau netral kandungan daya stresnya.6

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun perusahaan. Pada diri pekerja konsekuensi tersebut berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dsb. Konsekuensi ini tidak hanya berhubungan dengan aktifitas kerja saja tapi dapat meluas ke aktifitas lain diluar pekerjaan, seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi dsb.

2.1.6. Pekerjaan dan Stres

Berikut adalah pekerjaan yang dianggap paling dapat membuat stres menurut National Safety Council dalam Hidayat (1994) yakni : pegawai pos, perawat, jurnalis, pilot pesawat, manajer tingkat menengah, sekretaris, polisi, petugas medis, paramedis, guru, pemadam kebakaran, petugas customer service dan pelayan. Apapun profesi seseorang dapat mengalami stres kerja. Namun, ada


(30)

profesi tertentu yang sangat rentan terhadap stres kerja yaitu pekerjaan dibidang perawatan kesehatan, penegakan hukum dan pendidikan.10

Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia juga dapat mengakibatkan stres. Tuntutan kerja dapat mengakibatkan stres (stresfull) dalam 2 cara :

- Pekerjaan itu mungkin terlalu banyak

- Jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih “stressfull” dari pada jenis pekerjaan lainnya.

Menurut Sarafino (1990) stres kerja dapat disebabkan karena:6 1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan.

2. Kurangnya pengendalian yang dirasakan. 3. Kurangnya hubungan interpersonal.

4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.

Sutherland dan Cooper (1990) mengidentifikasikan sumber manajerial stres, dimana lima diantaranya berasal langsung dari pekerjaan, yang satunya lagi berasal dari interaksi antar lingkungan sosial dengan pekerjaannya. Stressor itu meliputi:17

a. Stressor yang ada pada pekerjaan itu sendiri. b. Konflik peran (dalam pekerjaannya).

c. Masalah dalam hubungan dengan orang lain (adalah stressor yang potensial). d. Perkembangan karir.

e. Iklim dan struktur organisasi.


(31)

2.1.7. Usaha-usaha Mengatasi Stres

Dalam menghadapi stres (to fight), mencakup tiga macam strategi yang semestinya dilakukan: 18

a. Mengubah lingkungan kerja, jika perlu dengan memanipulasi sedemikian rupa, sehingga nyaman bagi tenaga kerja.

b. Mengubah lingkungan kerja melalui persepsi tenaga kerja, misalnya dengan meyakinkan diri bahwa ancaman tidak ada.

c. Meningkatkan daya tahan mental tenaga kerja terhadap stres. Misalnya dengan latihan-latihan yang dibimbing oleh psikolog, meditasi, relaksasi progresif, hypnosis dan otosugesti.

Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial, diperlukan kerja sama dari pimpinan perusahaan dari berbagai bidang dan keahlian, termasuk psikolog. Dalam hal ini psikolog menangani psikologi industri. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan maupun keselamatan kerja, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jenis pekerjaan dan lingkungan kerja yang merupakan sumber timbulnya kebosanan, kelelahan, kecelakaan dan stres psikologis.18

Menurut Charles dan Aemon (1997), setiap orang mungkin mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi stres. Dewe (1989) meneliti respon perawat terhadap stres dan mengidentifikasi 6 kategori penanggulangan yaitu :13

a. Strategi pemecahan masalah

b. Mencoba untuk melepaskan dan meletakkan sesuatu dalam perspektif (sebenarnya)


(32)

c. Menjaga masalah pada diri sendiri

d. Melibatkan diri sendiri dalam pekerjaan dan bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih lama

e. Menerima pekerjaan apa adanya dan mencoba agar pekerjaan tersebut tidak menyedihkan anda

f. Strategi pasif

Cara negatif untuk menangani stres sedapat mungkin harus dihindari walaupun sama sekali tidak dapat menyelesaikan perkara secara tuntas, tetapi sedapat mungkin mengatasi stres dengan hal-hal yang positif. Karena paling sedikit tidak mendatangkan stres baru. Metode mengatasi stres yang diungkapkan oleh Hardjana (1994) dapat berupa tindakan langsung (direct action), mencari informasi (seeking for information), berpaling pada orang lain (turning to others), penerimaan dengan pasrah (resigned acceptance) dan proses intra psikis (intrapsychis process).8

2.1.8. Penilaian Stres

Bagaimana proses penilaian orang terhadap hal, peristiwa, orang atau keadaan terjadi sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hal, peristiwa, orang atau keadaan itu sungguh menekan, menegangkan dan penuh stres. Dikalangan ahli, proses itu disebut penilaian kognitif (cognitive appraisal). Lewat proses itu, orang yang menghadapi hal, peristiwa, orang atau keadaan menilai: apakah semuanya itu mengandung tuntutan yang mengancam kesejahteraan (well-being)-nya, dan apakah tersedia padanya sumber daya untuk mengahadapi tuntutan itu.


(33)

Pada waktu dihadapkan pada hal, peristiwa, orang atau keadaan yang dapat mengakibatkan stres, kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat menimpa kita. Dari pemikiran itu, ada tiga kesimpulan yang dapat dihasilkan. Pertama, kita menyimpulkan bahwa hal yang dapat mendatangkan stres itu tidak berarti apa-apa (irrelevant) bagi kesejahteraan kita. Oleh karena itu kita akan baik-baik saja. Kedua, kita sampai pada kesimpulan bahwa peristiwa yang dapat mendatangkan stres itu ternyata baik (good) dan mendatangkan keuntungan bagi kita. Ketiga, kita mau tak mau harus menerima bahwa keadaan yang kita hadapi memang mendatangkan stres (stressfull).

Penilaian peristiwa sebagai mendatangkan stres itu dapat berpangkal pada tiga pemikiran yaitu:

1. Penilaian tentang kerugian dan kehilangan (harm-loss) 2. Pemikiran tentang ancaman (threat)

3. Pemikiran tentang tantangan (challenge)

Bersamaan dengan, atau sesudah, proses penilaian itu, kita juga menilai dan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia pada kita untuk mengatasi stres. Dengan melihat apakah hal yang kita hadapi akan mendatangkan stres, kita lalu mengukur apakah sumber daya kita cukup atau tidak untuk mengatasi kerugian, ancaman dan tantangan yang ada pada hal mendatangkan stres itu. Seperti sudah kita lihat, sumber daya itu dapat bersifat fisiologis, psikologis, atau sosial.16

2.2. Circadian Rhythm/ Irama Sirkadian

Bermacam-macam fungsi tubuh manusia dan hewan berfluktuasi dalam siklus 24 jam, dinamakan circadian rhythm (circa dies = kira-kira satu hari).


(34)

Meskipun jika pengaruh normal dari siang dan malam diabaikan, contohnya di Arctic, atau dalam sebuah ruangan tertutup dengan pencahayaan buatan, sejenis jam internal dimainkan, atau biasa juga disebut endogenous rhythm. Ritme ini bervariasi tiap individual, tetapi beroperasi dalam siklus antara 22 dan 25 jam.

Dalam keadaan normal endogenous rhythm disamakan menjadi siklus 24 jam dengan bermacam-macam “pemeliharaan waktu”:

a. perubahan dari siang ke malam dan semacamnya b. kontak sosial

c. pekerjaan

d. pengetahuan waktu jam

Fungsi tubuh yang ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur.

Circadian rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,5°C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 37°C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai meningkat lagi sekitar pukul 06.00, (umumnya sebelum seseorang bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat sesudahnya. Temperatur puncak dicapai dititik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai pukul 22.00 dan seterusnya, temperatur mulai menurun secara tajam. Terdapat perubahan siklus yang hampir sama dalam jantung, pernafasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan


(35)

darah, sekresi endokrin yang bermacam-macam, dan sebagiannya-meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu-waktu yang berbeda.19

2.3. Efek Kerja Malam

Fish (2000) mengemukakan bahwa efek bekerja pada (shift) malam hari pada pekerja antara lain:20

1. Efek Fisiologis

b. Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

c. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

d. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial

Efek ini menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktivitas kelompok dalam masyarakat.

Saksono (1991) menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibatnya tersisih dari lingkungan masyarakat.21


(36)

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikolsosial. Menurutnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Kerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.8

Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.8


(37)

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) juga berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.8

Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.8

2.4. Perawat

2.4.1. Pengertian Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.10

2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat 1. Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan


(38)

yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi empat peran diantaranya perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan sebagai institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.10

2. Fungsi Perawat

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.

a. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.


(39)

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.10

2.4.3. Proses Keperawatan

Seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sama seperti profesi lain yaitu dengan menggunakan proses ilmiah. Proses pikir ilmiah ini disebut dengan proses keperawatan yaitu suatu metode yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan kilinis dan pemecahan masalah.22

Selain itu proses keperawatan bersifat sistematis, dinamis, interpersonal, berorientasi kepada tujuan dan dapat diapakai pada situasi apapun. Dengan kata lain proses keperawatan yaitu suatu cara menyelesaikan masalah yang sistematis dan bersifat individual untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien sebagai manusia yang menekankan pada pengambilan keputusan oleh perawat sesuai


(40)

dengan kebutuhan klien, yang dalam penerapannya selain menggunakan ilmu keperawatan itu sendiri juga menggunakan kiat, sehingga keberhasilannya sering dipengaruhi oleh hubungan antara klien dan perawat.

Proses keperawtan terdiri dari beberapa tahap. Namun setelah tahun 1980 sampai sekarang tahap dari proses keperawatan terbagi atas lima tahap.

Adapun lima tahap proses keperawatan tersebut adalah:22

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Diperlukan data yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Data yang didapatkan berasal dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis dari anggota tim medis lainnya.

Data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi data objektif yaitu data nyata yang ditemukan oleh perawat pada saat pemeriksaan berlangsung dan data subjektif yaitu data yang dirasakan oleh klien berupa keluhan-keluhan.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (1990) diagnosa keperawatan adalah penilaian kilinik tentang respon klien, keluarga atau komuniti terhadap masalah kesehatan potensial/ proses kehidupan. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan guna mencapai sasaran yang menunjukkan perawat dapat diandalkan.

Selama pengkajian awal, perawat mungkin mengembangkan hipotesa berdasarkan satu atau dua petunjuk. Pola dari penentuan karakteristik tersebut


(41)

dapat menjadi panduan pencarian untuk tanda-tanda atau gejala-gejala tambahan dan membantu membedakan dengan teliti diagnosa yang berhubungan. Ada atau tidaknya dari satu faktor-faktor yang berhubungan atau lebih membantu menegakkan status diagnosa.

Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah/ problem (P), penyebab/ etiologi (E), dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Dalam tahap perencanaan keperawatan ini, perawat menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan menentukan masalah khusus pasien.

Tujuan perawatan merupakan suatu pernyataan tentang hasil yang akan dicapai dalam batas waktu tertentu, dengan menentukan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

4. Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan

Pelaksanaan rencana tindakan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada kemampuan perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan priioritas kebutuhan dan prosedur keperawatan yang ada. Selain itu pada tahap ini dilakukan proses kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.


(42)

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan terdiri dari tiga kegiatan yaitu (1) Menetapkan urutan prioritas masalah (2) Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai (3) Menentukan rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Adapun tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan klien mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai efektivitas rencana keperawatan/ strategi asuhan keperawatan.22

2.4.4. Standar Praktik Keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehtan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.22

Menurut CHS (1983) dalam Wijayanti praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan politik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, biomedik, perilaku dan sosial) dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi tuntutan dan mengikut i perkembangan yang terjadi, maka perawat perlu memiliki pengetahuan,


(43)

keterampilan dan sikap profesional termasuk, keterampilan tekhnikal dan interpersonal.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik tepat dan benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dan layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut.22

2.4.5. Standar Penilaian Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien.

Dalam menilai mutu pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawt dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan yang mengacu dlam tahapan proses keperawatan yang meliputi (1) Pengkajian (2) Diagnosa keperawatan (3) Perencanaan (4) Implementasi dan (5) Evaluasi.22

1. Pengkajian keperawatan : perawat mengumpulkan data kesehatan pasien. 2. Diagnosa keperawatan : perawat menganalisa data pengkajian dan

menentukan diagnosa.

3. Perencanaan keperawatan : perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan intervensi.


(44)

4. Implementasi : perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. 5. Evaluasi keperawatan : perawat mengevaluasi kemajuan pasien dalam

mencapai hasil yang diharapkan.22

2.5. Shift Kerja

Seseorang akan berbicara mengenai shift kerja bila dua atau lebih pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pada pekerjaan yang sama. Bagi seseorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, baik teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau pada waktu yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini.19

2.5.1. Perputaran dan Rekomendasi Shift Kerja

Merancang perputaran shift tidak bisa dilakukan sembarangan, ada hal-hal yang harus diperhatikan dan diingat, seperti yang dikemukakan oleh Pribadi (1998) berikut ini:

1. Kekurangan tidur atau istirahat hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat meminimumkan kelelahan.

2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga dan kontak sosial.19

Perubahan jadwal shift kerja tidak bisa mengembalikan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Grandjean (1986) mengemukakan teori Scwartzenau yang


(45)

menyebutkan ada beberapa saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu:

1. Pekerja shift malam sebaiknya berumur antara 25 – 50 tahun.

2. Pekerja yang cenderung punya penyakit di perut dan di usus, serta yang punya emosi yang tidak stabil disarankan untuk tidak ditempatkan di shift malam.

3. Yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang ramai tidak dapat bekerja malam.

4. Sistem shift 3 rotasi biasanya berganti pada pukul 6 – 14 – 22, lebih baik diganti pada pukul 7 – 17 – 23 atau 8 – 16 – 24.

5. Rotasi pendek lebih baik dari pada rotasi panjang dan harus dihindarkan kerja malam secara terus menerus.

6. Rotasi yang baik 2 – 2 – 2 (metropolitan pola) atau 2 – 2 – 3 (continental pola).

7. Kerja malam 3 hari berturut-turut harus segera diikuti istirahat paling sedikit 24 jam.

8. Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari libur berurutan. 9. Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup untuk makan.19


(46)

2.6. Kerangka Konsep

STRES KERJA PERAWAT SHIFT MALAM

Faktor individu :

- Umur

- Jenis Kelamin - Masa kerja

- Status Perkawinan

Faktor Lingkungan Psikososial - Beban Kerja

- Hubungan Interpersonal - Tanggung Jawab


(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif untuk menggambarkan stres kerja pada perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan 2009 dengan desain cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2009.

Adapun pertimbangan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut adalah karena belum pernah dilakukan penelitian yang sama di tempat tersebut dan adanya kemudahan serta dukungan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 42 orang yang terbagi dalam 4 tim, masing-masing berjumlah 10-11 orang

3.3.2. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu 42 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data


(48)

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan Kuesioner Stres Kerja Berdasarkan Gejala-gejala dan Kuesioner Lingkungan Psikososial.

2. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang dapat diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan meliputi data keperawatan dan gambaran umum mengenai Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Perawat shift malam yaitu perawat yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan mulai pukul 20.00 s/d 08.00 WIB.

2. Umur yaitu ulang tahun yang terakhir dari perawat shift malam sampai saat penelitian ini dihitung dalam tahun.

3. Jenis kelamin adalah perbedaan organ biologis responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

4. Masa kerja yaitu lamanya perawat shift malam menjalankan pekerjaan di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

5. Status Perkawinan yaitu keterangan perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dalam keluarga apakah sudah kawin atau belum.

6. Beban kerja yaitu tuntutan yang dirasakan perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya.


(49)

7. Hubungan Interpersonal yaitu interaksi dan komunikasi perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dengan rekan kerja, atasan, bawahan dan sebaliknya.

8. Tanggung jawab kerja yaitu semua pekerjaan yang harus diselesaikan/ dipenuhi perawat shift malam yang bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan sesuai dengan tugasnya.

9. Keamanan kerja yaitu suasana nyaman, tenang dan tentram yang dirasakan oleh perawat selama bekerja di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.

10. Stres kerja yaitu tanggapan yang menyeluruh dari seorang perawat terhadap setiap tuntutan yang berasal dari pekerjaan individu itu sendiri maupun lingkungan kerjanya.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Penentuan Tingkat Stres Kerja

Menurut Grant Brecht (2000), penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul akibat stres. Aspek pengukuran stres menurutnya adalah sebagai berikut:

• Skor ≥ 60 : Stres • Skor < 60 : Tidak Stres

3.6.2. Penentuan Beban Kerja

Untuk pengukuran beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja diukur berdasarkan jawaban responden dalam bentuk


(50)

jawaban “Ya” dan “Tidak” dari semua pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner.

Penilaian untuk beban kerja di ruang IGD diajukan masing-masing 6 pertanyaan.

Untuk kriteria penilaian beban kerja: 0 = Tidak

1 = Ya

-maka nilai untuk beban kerja adalah: a. Ringan, jika total skor <3

b. Sedang, jika total skor 3-4 c. Berat, jika total skor >4

3.6.3. Penentuan Hubungan Interpersonal

Penilaian untuk hubungan interpersonal di ruang IGD diajukan masing-masing 6 pertanyaan.

Untuk kriteria penilaian hubungan interpersonal: 0 = Tidak

1 = Ya

-maka nilai untuk hubungan interpersonal adalah: a. Baik, jika total skor <3

b. Sedang, jika total skor 3-4 c. Kurang, jika total skor >4

3.6.4. Penentuan Tanggung Jawab

Penilaian untuk tanggung jawab di ruang IGD diajukan masing-masing 6 pertanyaan.


(51)

Untuk kriteria penilaian tanggung jawab: 0 = Tidak

1 = Ya

-maka nilai untuk tanggung jawab adalah: a. Kecil, jika total skor <3

b. Sedang, jika total skor 3-4 c. Besar, jika total skor >4

3.6.5. Penentuan Keamanan Kerja

Penilaian untuk keamanan kerja di ruang IGD diajukan masing-masing 6 pertanyaan.

Untuk kriteria penilaian keamanan kerja: 0 = Tidak

1 = Ya

-maka nilai keamanan kerja adalah: a. Aman, jika total skor <3

b. Kurang aman, jika total skor 3-4 c. Tidak aman, jika total skor >4

3.7. Analisa Data

Setelah data dikumpulkan, data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi.


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1982 yang berlokasi di jalan Prof. HM. Yamin, SH No 47 Medan. Pemilik Pemda. Prov. Sumatera Utara, Kualifikasi: Kelas B Pendidikan, status Rumah Sakit Swadana 11 Februari 1998, Penelitian Akreditasi Dasar, tanggal 14 April 2000.

Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Kota Medan memiliki luas 73.123,90m2 dengan ruang rawat inap berjumlah 29 ruangan dan rawat jalan (klinik rawat jalan) terdiri dari 58 klinik. Dalam usaha pelayanan medis Rumah Sakit Umum DR.Pirngadi Medan terdiri dari beberapa unit, yaitu:

1. Penyakit Dalam 2. Bedah

3. Kebidanan dan Penyakit Kandungan 4. Kesehatan Anak

5. Penyakit Mata

6. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan 7. Penyakit kulit dan kelamin

8. Penyakit Paru-paru 9. Penyakit Jiwa 10. Patologi Anatomi 11. Patologi Klinik 12. Rehabilitasi Medis 13. Kedokteran Kehakiman


(53)

14. Anastesi

4.1.1. Pelayanan Penunjang RSUD dr. Pirngadi Medan

1. Lab. Patologi Klinik 2. X-Ray

3. USG 4. CT-Scan 5. Endoskopi 6. Bedah Laser 7. ECG

8. Echocardiografi 9. EEG

10. EMG 11. TUR

12. Laparoskopi 13. Konsultasi Gizi 14. Farmasi

15. Hemodialisa 16. Bronchoscopy

4.1.2. Fasilitas RSUD dr. Pirngadi Medan

1. IGD 24 Jam 2. Rawat Jalan 3. Rawat Inap 4. Kamar Bedah


(54)

5. ICU 6. ICCU 7. CSSD

4.1.3. Fasilitas di Ruang IGD RSUD dr. Pirngadi Medan

1. Bed untuk pemeriksaan = 10 buah 2. Bed untuk observasi = 4 buah 3. Bed untuk resusitasi = 1 buah 4. Laboratorium = 1 ruangan 5. Kamar Bedah Emergency = 1 ruangan

6. Obgyn = 1 ruangan

4.1.4. Ketenagaan IGD RSUD dr. Pirngadi Medan

Ketenagaan di IGD terdiri dari 60 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Tenaga Paramedis Perawatan IGD RSUD dr. Pirngadi Medan

No Paramedis Perawatan Jumlah

1. Pel. Perawatan 36 orang

2. Pel. Kebidanan 6 orang

Total 42 orang

Tabel 4.2. Distribusi Tenaga Non Medis dan Magang IGD RSUD dr. Pirngadi Medan

No Non Medis dan Magang/ Honor Jumlah

1. Pel. TU dan PRT 4 orang

2. Magang 10 orang


(55)

4.1.5. Struktur Organisasi IGD RSUD dr. Pirngadi Medan

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari RSUD dr. Pirngadi Medan mempunyai Motto: Aegroti Salus Lex Suprema (kepentingan Penderita adalah yang utama) melalui visi: Dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat RSUD dr. Pirngadi Medan berupaya menjadi rumah sakit rujukan yang terbaik di Sumatera Utara melalui Misi:

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna kepada Masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, keadaan sosio ekonomi, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ka. IGD

Waka. Medikal

Waka. Surgical PPDS-PPDS

Sub. Logistik, RT, POS

Koord. Billog/ Adm

Pengelola Perawatan Penunjang Medik Koord. Dokter Triase

Karu. KBE Karu.

Pre-Op

Radiologi Lab

Pelaksana

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

SMF Ka. SPF

Sekretaris IGD

Karu. Triase

Farmasi


(56)

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan sub spesialistik, bermutu professional dan etis.

3. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat berlindung upaya pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman, di tempat mana penderita memperoleh kepercayaan dan harapan.

4. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat untuk memberikan pelayanan yang berhasil guna dan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

5. Memberikan pelayanan masyarakat yang terjangkau oleh masyarakat kurang mampu sesuai dengan yang berlaku, sesuai dengan fungsi sosial Rumah Sakit. 6. Mengembangkan pelayanan Rumah Sakit yang bersifat sosio medis dalam

rangka pelayanan kesehatan paripurna yang berorientasi pada penderita sebagai manusia seutuhnya.

Sesuai dengan tugasnya RSUD dr. Pirngadi Medan melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan dengan serasi terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan, dan upaya rujukan, maka RSUD dr. Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan 6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan 7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan


(57)

4.1.6. Pengaturan Shift Perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan memiliki pembagian jadwal kerja yang terbagi atas 3 bagian, yaitu shift pagi, sore dan malam. Dengan sistem rotasi shift 2-2-2 dengan pembagian jam kerja masing-masing shift yaitu: a. Shift Pagi : pukul 08.00 – 14.00 WIB

b. Shift Sore : pukul 14.00 – 20.00 WIB c. Shift Malam : pukul 20.00 – 08.00 WIB

Pembagian jam kerja tersebut di atas merupakan keadaan yang dijalankan perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan.

4.2. Hasil Penelitian

Data umum responden yang terdiri dari gambaran stres kerja, faktor individu dan faktor lingkungan kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Stres di Tempat Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Stres di Tempat Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Kejadian Stres Frekuensi Persentase (%)

1. Stres 19 45,24

2. Tidak Stres 23 54,76

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami tidak stres di tempat kerja yaitu sebanyak 23 orang (54,76 %).


(58)

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.4. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Umur di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. ≤ 33 tahun 22 52,38

2. > 33 tahun 20 47,62

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur ≤ 33 tahun yaitu sebanyak 22 orang ( 52,38 %).

4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.5. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 9 21,42

2. Perempuan 33 78,57

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden perempuan yaitu sebanyak 33 orang (78,57%).

4.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.6. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Masa Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Masa kerja

(tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. ≤ 9 tahun 22 52,38

2. > 9 tahun 20 47,61

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai masa kerja ≤ 9 tahun yaitu sebanyak 22 orang (52,38 %).


(59)

4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Tabel 4.7. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Status Perkawinan di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Status

Perkawinan Frekuensi Persentase (%)

1. Menikah 26 61,91

2. Belum menikah 16 38,09

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden sudah menikah yaitu sebanyak 26 orang (61,91 %).

4.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja

Tabel 4.8. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Beban Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Beban Kerja Frekuensi Persentase (%)

1. Ringan 7 16,67

2. Sedang 14 33,33

3. Berat 21 50

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang berat yaitu sebanyak 21 orang (50 %).


(60)

4.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal

Tabel 4.9. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Hubungan Interpersonal di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Hubungan

Interpersonal Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 19 45,23

2. Sedang 20 47,62

3. Kurang 3 7,14

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan hubungan interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 20 orang (47,62 %).

4.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja

Tabel 5.0. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Tanggung Jawab di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Tanggung Jawab Frekuensi Persentase (%)

1. Sedang 34 80,95

2. Besar 8 19,04

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan tanggung jawab kerjanya sedang yaitu sebanyak 34 orang (80,95 %).


(61)

4.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keamanan Kerja

Tabel 5.1. Distribusi Perawat Shift Malam Berdasarkan Keamanan Kerja di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Keamanan Kerja Frekuensi Persentase (%)

1. Aman 5 11,90

2. Kurang Aman 31 73,80

3. Tidak Aman 6 14,28

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan kurang aman di tempat kerja yaitu sebanyak 31 orang (73,80 %).

4.3. Gambaran Stres Kerja

Tabel 5.2. Distribusi Perawat Shift Malam Terhadap Stres Kerja Berdasarkan Umur di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2009

Umur (tahun)

Kejadian Stres

Total Persentase (%)

Stres % Tidak

Stres

%

≤ 33 tahun 8 19,04 14 33,33 22 52,38

> 33 tahun 11 26,2 9 21,43 20 47,62

Jumlah 19 45,24 23 54,76 42 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mengalami stres kerja sebagian besar berada pada kelompok umur > 33 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).


(1)

Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.

interpersonal yang kurang. Responden menyatakan hal tersebut bersumber dari perselisihan yang terjadi dengan atasan/ teman kerja dan pergantian atasan yang mempengaruhi semangat kerja mereka.

Penyebab stres di tempat kerja yaitu hubungan dalam organisasi. Stres ini muncul jika seseorang pekerja memiliki hubungan yang tidak baik, apakah itu dengan pimpinannya, teman sejawatnya ataupun para bawahannya. Hal ini juga berkaitan dengan kesulitan di dalam mendelegasian tanggung jawabnya kepada para bawahannya. Selain itu juga yang menjadi penyebab stres lainnya adalah konflik dalam peranan, perkembangan karir dalam organisasi, keadaan pekerja dalam organisasi, perubahan yang sering dalam organisasi, suasana di tempat kerja, kesetiaan yang terbagi antara kehendak organisasi dan kehendak sendiri.7

Gambaran Stres Kerja berdasarkan Tanggung Jawab Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari 19 orang (45,24 %) yang mengalami stres kerja sebanyak 11 orang (26,2 %) memiliki tanggung jawab yang sedang dan 8 orang (19,04 %) memiliki tanggung jawab yang besar.

Responden menyatakan tanggung jawab yang sedang bersumber dari mereka yang mempunyai tanggung jawab moral yang besar terhadap pekerjaan, hasil kerja mereka harus dapat dipertanggung jawabkan dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Kerja yang penuh dengan tanggung jawab atas keselamatan orang sangat cenderung mengakibatkan stres. Hal ini dialami oleh para petugas medis, paramedis, dokter dan perawat, sinas kebakaran serta polisi.16

Hal ini sesuai dengan pendapat Anies (2005), stres dapat timbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya.18


(2)

Gambaran Stres Kerja berdasarkan Keamanan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari 19 orang (45,24 %) yang mengalami stres kerja sebanyak 11 orang (26,2 %) merasakan lingkungan kerjanya kurang aman dan 4 orang (9,52 %) merasakan lingkungan kerjanya masing-masing aman dan tidak aman.

Beberapa penyebab utama lingkungan kerja kurang aman bersumber dari pekerjaan yang mempunyai potensi kecelakaan yang tinggi, sering mengalami kecelakaan pada saat bekerja (misal: terpotong, terpercik bahan berbahaya, terkena benda tajam) dan pekerjaan yang memerlukan sikap hati-hati yang berlebihan. Dari hal tersebut pelayanan yang diberikan perawat memantau perkembangan kesehatan pasien secara langsung, memberikan asuhan keperawatan, tindakan yang cepat dan tepat serta sikap berhati-hati karena berhubungan langsung dengan pasien.


(3)

Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja yaitu sebanyak 19 orang (45,24 %).

2. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja berada pada kelompok umur > 33 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).

3. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %). 4. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat

pada kelompok masa kerja > 9 tahun yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).

5. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada kelompok status perkawinan yang sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (30,95 %).

6. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada perawat yang merasakan beban kerja yang berat yaitu sebanyak 15 orang (35,72 %).

7. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada perawat dengan hubungan interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 14 orang (33,33 %).

8. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada perawat dengan tanggung jawab kerja sedang yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).


(4)

9. Perawat IGD RSUD dr. Pirngadi Medan yang mengalami stres kerja terdapat pada perawat yang merasakan tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 11 orang (26,2 %).

6.2. Saran

1. Mengatasi konflik dengan berunding dan mengadakan komunikasi terbuka dengan tenaga kerja untuk menanggulanginya.

2. Agar menjalin komunikasi yang baik dengan atasan, teman kerja seprofesi yang lain.

3. Mengatur dan mengendalikan perasaan emosi dengan cara membuat penilaian yang realistis tentang suatu hal yang membebani pikiran karena pekerjaan.

4. Dapat bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat mengurangi beban kerja.

5. Jika bekerja shift tidak dapat dihindari maka istirahat yang cukup pada pagi harinya sesudah mendapat shift malam agar irama sirkadian tidak terganggu.


(5)

Ruri Kartika Puteri : Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2009, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 1992. Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun

1992.

2. Soepomo, Iman. 2001. Hukum Perburuhan. Penerbit Djembatan, Jakarta

3. Prawono, H. 2004. Depresi dan Solusinya. Penerbit Tugu Publisher, Yogyakarta.

4. Lokker, Terry adn Gregson, Olga. 2005. Managing Stress, Mengatasi Stres

secara Mandiri. Penerbit BACA!. Yogya-Surabaya

5. Josling, Leanne. 1999. Shift Work and ill –Health.

diakses tanggal 20-11-2008

6. Nasution, Hanida R. 2002. Stres Kerja dan Faktor-faktor yang

Menyebabkannya. Majalah Kesehatan Masyarakat: Infokes, Vol. VI,

No. 2 September, FKM USU Medan.

7. Anoraga, Pandji,SE,M.M, Suyati, Sri, Se. 1995. Psikologi Industri dan

Sosial. Penerbit PT. Dunia Jaya. Jakarta.

8. Rini, Jacinta F. 2004. Stres Kerja.

diakses tanggal 20-10-2008

9. Leila, Gustiarti. 2002. Stres dan Kepuasan Kerja. Usu Digital Library. 10. Hidayat, A.A. 1994. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit

Salemba Medika. Jakarta.

11. Sarafino, E.P., 1990. Health Psychology. Biopsychosocial Interaction. John Wiley &Sons. New York.

12. Tarigan, Layari. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Stres

Kerja Perawat di Ruang Bedah RSU St. Elisabeth Medan. Skripsi

FKM-USU. Medan.

13. Charles,A.,and Eamon,S. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Edisi I. EGC. Jakarta

14. Brecht, G. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres: Seri mengenal diri. Penerbit PT.Prenhallindo, Jakarta


(6)

15. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. 16. Hardjana,M.A. Stres Tanpa Distres. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 17. Cooper,C. 2002. Kurangi Waktu Kerja untuk Cegah Stres

diakses tanggal 20-10-2008

18. Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

19. Nurmianto,E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi II. Penerbit Guna Widya. Surabaya.

20. Fish,D. 2002. The Impact of Shift Work. Australia.

21. Saksosno,A. 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita. Model kursus tertulis bagi dokter Hyperkes Pusat Pelayanan Ergonomi KKK Departemen. Jakarta.

22. Wijayanti, S, Ramadhani. 2004. Shift Kerja dan Karakteristik Individu

dengan Kinerja Perawat Wanita Di Ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2004. Skripsi FKM-USU. Medan.

23. Grandjean,EG. 1989. Fitting the Task to The Man. An ergonomic approach. Taylor & Francis Ltd. London.

24. Horas. 2002. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres Pada Pegawai

Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi FKM-USU. Medan.

25. Suma’mur,P.K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan Sembilan. CV Haji Masagung. Jakarta.

26. Firdaus, Hery. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres di

Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu Tebing Tinggi. Skripsi FKM-USU. Medan.

27. Kurniawan,Afif. 2007. Hubungan Waktu Kerja Terhadap tejadinya Stres

Pada Pekerja Warung Kopi Harapan Jalan Imam Bonjol Medan.


Dokumen yang terkait

Gambaran Self Assessment Instalasi Gawat Darurat Pasca Akreditasi Tahun 2003 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 29 90

Hubungan Stres Kerja dengan Adaptasi pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Pandan Arang Boyolali

0 4 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD.DR. MOEWARDI SURAKARTA.

0 3 16

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 9

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 2

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 5

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 33

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 5 3

Karakteristik dan Kepuasan Keluarga Pasien Pada Respon Time Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 37

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES KERJA DITINJAU DARI SISTEM SHIFT KERJA PADA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI KOTA MAGELANG NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Tingkat Stres Kerja Ditinjau Dari Sistem Shift Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (

0 0 19