83
4.4. Tanaman Bambu Pengganti Pohon Kayu
Bambu bukanlah tanaman asing bagi masyarakat kita, khususnya masyarakat pedesaan. Sudah sejak dahulu kala tanaman bambu merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat, baik untuk perabot rumah tangga, bahan bangunan rumah, bahkan untuk urusan perut sebagai bahan sayuran. Namun sejalan dengan
kemajuan jaman, nampaknya bambu seolah-olah mulai ditinggalkan, karena orang lebih tertarik menggunakan kayu, plastik,besi dan semen dari pada bambu. Tapi,
bambu masih diminati banyak orang untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti furniture, perkakas rumah tangga dan kandang ternak.
Di Bukit Lawang sendiri penggunaan bambu sudah bukan hal baru lagi. Penggunaan bahan baku bambu sangat dominan dilakukan. Untuk membangun
penginapan ataupun pondok-pondok kecil, masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai pengelola pariwisata menggunakan bambu untuk membangun
fasilitas milik mereka. Menurut masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, bambu menjadi alternatif pengganti pohon kayu. Seperti yang di jelaskan oleh Yanti
Ginting, 38 tahun : “Cara yang dilakukan masyarakat untuk melestarikan hutan dan
mencegah penebangan pohon dari hutan adalah dengan mengganti kayu menjadi bambu. Karena kalau pohon dihutan kan butuh waktu lama untuk
tumbuh sedangkan pohon bambu pertumbuhannya cepat.”
Pengetahuan masyarakat sekitar tentang cara alternatif mengganti kayu menjadi bambu sangat masuk akal. Tanaman bambu sendiri dapat hidup secara
alami diareal bekas ladang dan kebun penduduk, dengan pola kepemilikan perorangan atau pribadi sesuai dengan status kepemilikan lahan. Bambu yang
Universitas Sumatera Utara
84 tumbuh dibekas ladang dibiarkan tumbuh, dijaga dari penebangan dan kebakaran
hingga berkembang sedemikian rupa hingga siap untuk ditebang. Belum ada upaya pembudidayaan tanaman bambu secara komersial di Bukit Lawang. Bambu
mudah tumbuh dan banyak terdapat di mana-mana, bambu nyaris dianggap tanaman biasa saja. Dianggap tidak punya kelebihan apa-apa, selain untuk
keperluan sehari-hari saja. Tanaman bambu sudah bisa mulai dipanen saat berumur 5 tahun dengan
produksi yang semakin meningkat ditahun-tahun berikutnya. Pemanenan dengan cara memotong bagian bawah dan dibersihkan dari rantingnya sehingga diperoleh
batangan bambu sepanjang 10 – 12 meter. Produk bambu umumnya dipergunakan untuk bahan bangunan, peralatan rumah tangga, bahan kerajinan, kandang ternak,
jembatan serta peralatan lainnya. Namun meskipun masyarakat banyak menggunakan bambu, penggunaan kayu juga tetap ada. Sebagai pondasi untuk
menokohkan bangunan, masyarakat juga masih menggunakan kayu, namun dalam jumlah sedikit. Tanaman bambu dapat tumbuh didaerah yang basah sampai
kering, dari dataran rendah sampai ke pegunungan. Di daerah sekitar pinggir sungai tanaman bambu juga sangat efektif untuk mencegah tanah longsor.
Tanaman bambu berpotensi menjadi solusi alternatif bagi sejumlah permasalahan lingkungan terutama dalam mengatasi pemanasan global dan
kerusakan hutan
7
7
.
Data tersebut didapat dari tulisan elektronik dengan sumber
:
. Cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk menyelamatkan deforestasi. Selain itu
bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya.
http:www.matabumi.comfeaturesnilai-ekonomis-bambu-belum-meningkat
Universitas Sumatera Utara
85 Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk
mengatasi persoalan CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis. Indonesia memiliki bambu sebagai sumber
daya lokal terbarukan dengan potensi yang luar biasa dari aspek lingkungan alam dan sosial ekonomi. Pohon bambu juga berfungsi sebagai penjernih air, maka dari
itu daerah bantaran sungai yang banyak terdapat pohon bambu, tak terkecuali sungai Bahorok.
Pengetahuan masyarakat dalam menggunakan bambu sebagai alternatif pengganti kayu, berasal dari sejumlah penyuluhan yang banyak dilakukan oleh
pihak LSM yang datang ke Bukit Lawang. Segenap masyarakat dan tokoh masyarakat serta organisasi lokal sering di undang di berbagai acara penyuluhan
dengan tema kelestarian lingkungan. Selain itu, organisasi masyarakat di desa juga turut berpartisipasi dan menerima masukan dari pihak penyelenggara.
Masyarakat lokal seakan terbuka dalam hal pengetahuan baru dalam menjaga kelestarian hutan.
Universitas Sumatera Utara
86
4.5. Pariwisata dan Kelestarian Lingkungan