76
BAB IV Peran Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian Hutan
4.1. Pengetahuan Masyarakat Bukit Lawang Tentang Kelestarian Hutan
Melestarikan adalah salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga keseimbangan hutan. Hutan adalah salah satu bentuk konkret dalam
aktivitas melestarikan ekosistemnya, karena hutan mengandung banyak kelebihan bagi kehidupan manusia. Masalah kelestarian lingkungan pada umumnya atau
kelestarian hutan khususnya telah menjadi isu global yang menjadi perhatian banyak kalangan. Pemanasan global, efek rumah kaca dan segala persoalan akibat
kerusakan lingkungan telah dirasakan oleh seluruh bangsa di dunia. Seperti iklim yang tidak dapat diprediksi lagi serta suhu dunia yang kian
menghangat. Itu hanya segelintir akibat yang di timbulkan karena kerusakan lingkungan, khususnya hutan. Banyak elemen yang berpartisipasi dalam
pelestarian hutan dan lingkungan, tapi hal itu juga tidak serta merta menjadikan program penyelamatan dan pelestarian hutan berjalan mulus. Kabut asap akibat
kebakaran hutan pada musim kemarau, pembalakan liar dan penggundulan hutan untuk berbagai kepentingan masih terus berlangsung, baik karena kurangnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat, maupun akibat dari kebijakan pemerintah yang kurang melindungi kelestarian hutan.
Menurut masyarakat sekitar desa Bukit Lawang melestarikan hutan merupakan hal yang memang diperlukan agar hutan tidak rusak. Hal ini dapat
dilakukan bila masyarakat bersama-sama menjaganya, karena hutan bukan hanya kebutuhan perorangan, namun semua masyarakat membutuhkan hutan. Untuk itu,
diperlukan kumpulan masyarakat hingga membentuk satu organisasi yang
Universitas Sumatera Utara
77 terdapat di desa Bukit Lawang, seperti HPI Himpunan Pramuwisata Indonesia.
HPI juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya dalam hal pelestarian lingkungan khususnya hutan.
Melestarikan hutan merupakan tugas bersama yang harus di lakukan bersama-sama. Karena dengan melestarikan hutan kehidupan masyarakat sekitar
yang memanfaatkan hutan dalam kehidupan mereka sehari-hari, juga akan lestari. Kelestarian bagi masyarakat merupakan hal yang penting dilakukan dalam hal
menjaga keseimbangan. Seperti yang dikemukankan oleh Pak Siregar, 38 tahun yang menyatakan bahwa hutan merupakan aset dari kehidupan pariwisata di Bukit
Lawang. “Melestarikan hutan itu merupakan tindakan untuk menjaga aset bagi
kehidupan pariwisata disini…karena keunggulan pariwisata disini kan dari hutan juga. Hutan yang ada ini adalah aset kami penduduk sini.”
Dari pandangan yang demikian, dapat menunjukan bahwa masyarakat lokal memang membutuhkan hutan. Bukan hanya penduduk lokal yang
membutuhkan hutan, tapi masyarakat luas sangat membutuhkan hutan. namun di setiap daerah cara masyarakat dalam memandang hutan berbeda-beda. Seperti
masyarakat Mandailing Natal yang menganggap hutan sebagai hal yang bersifat keramat dan masyarakat tidak diperkenankan masuk apalagi merusak hutan.
Begitu pula dengan masyarakat Bukit Lawang yang berpedoman pada peraturan pemerintah tentang penggunaan hutan. walaupun masyarakat menganggap aturan
tersebut dari pemerintah, namun masyarakat sepakat untuk tidak merusak hutan. Hal ini dilakukan adalah untuk kelangsungan hidup bersama yang sedikit banyak
memanfaatkan hutan. Apalagi masyarakat hidup di lungkungan sekitar hutan,
Universitas Sumatera Utara
78 sehingga sudah sepantasnya masyarakat bertanggung jawab dalam melestarikan
hutan. Keberadaan lingkungan pada intinya mesti dijaga dari kerusakan yang
parah. Suatu kehidupan lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya. Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus garus didorong untuk
mencintai, memelihara dan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Untuk itu, dalam menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai
pertanggung jawaban kecuali manusia sebagai pemakaipengguna itu sendiri. Karena kerusakan suatu lingkungan akan berakibata pada manusia itu sendiri, dan
sebaliknya Subagjo,1999 dalam Budi Susilo,2003 Lingkungan yang dimaksud di sini adalah tempat dimana manusia tersebut
hidup. Hutan merupakan salah satu bentuk ekosistem, di dalamnya terdapat kehidupan lain yang memanfaatkan habitatnya untuk bertahan hidup. Hewan-
hewan seperti monyet dan orangutan hidup dihutan, begitu pula dengan burung dan hewan pemangsa. Orangutan misalnya, hidup dihutan, makan buah-buahan
dari hutan, kemudian biji dari buah yang dimakan jatuh ke tanah, sehingga menumbuhkan tunas pohon baru. Bagaimana dengan manusia yang hidup di
sekitar hutan yang memiliki kebudayaan untuk menciptakan satu tindakan untuk bisa memberikan kontribusi bagi habitatnya?
Masyarakat yang hidup disekitar hutan, meskipun tidak secara rutin melakukan pelestarian terhadap hutan, namun tindakan tidak merusak hutan saja
sudah sangat berarti bagi kelangsungan ekosistem hutan. Hutan merupakan aset bagi masyarakat Bukit Lawang. Masyarakat menarik wisatawan dari adanya hutan
dan TNGL milik pemerintah. Sehingga masyarakat tidak dapat merusak hutan,
Universitas Sumatera Utara
79 bila ingin menggunakan lahan hutan maka, digunakan sebaik-baiknya tanpa
merusak ekosistemnya. Dalam hal ini, masyarakat masih berpedoman pada peraturan bagaimana
tindakan yang diperbolehkan dan tidak dalam hal penggunaan hutan. seperti dikawasan hutan TNGL yang tidak boleh dilakukan sejumlah tindakan yang dapat
merusak ekosistem hutan. ada bagian pengawas yang mengawasi hutan yang dilindungi oleh negara. Berikut data kawasan hutan di Indonesia. Berdasarkan
hasil penafsiran citra satelit pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai berikut:
1. Hutan tetap : 88,27 juta ha
2. Hutan konservasi : 15,37 juta ha
3. Hutan lindung : 22,10 juta ha
4. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
5. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
6. Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha.
7. Areal Penggunaan Lain non-kawasan hutan : 7,96 juta ha
4.2. Peran Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan di Bukit Lawang