67 Bukit Lawang kesulitan untuk mengakses sumber daya hutan yang telah mereka
miliki. Bahkan dapat meminbulkan akibat yang lebih fatal lagi, seperti ancaman bencana alam yang pernah dialami oleh masyarakat Bukit Lawang.
Perambahan hutan dengan segala kompleksitas dan implikasinya merupakan masalah yang bukan saja dihadapi oleh suatu daerah tertentu, tetapi
menjadi masalah di berbagai kawasan hutan di tanah air, sehingga perambahan hutan merupakan masalah yang berskala nasional dan perlu mendapat perhatian
serius terutama dalam hal penanganannya.
3.3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Perambahan Hutan
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari berbagai unsur dan jenis serta mempunyai
fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang keberadaannya tidfak dapat diganti. Berhasilnya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya berkitan erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu :
Pertama,menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan
manusia. Yang kedua, menjamin terpeliharanya keanekaragaman hayati dan sumber genetik serta tipe-tipe ekosistem sehingga mampu menunjang
pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi
kesejahteraan. Yang ketiga, mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya.
Universitas Sumatera Utara
68 Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan
melakukan perambahan, yaitu : faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor alam, adanya sponsor, keterbatasan petugas pengawas hutan, dan pelaksanaan sanksi
hukum. 1. Faktor Ekonomi
Masyarakat desa pada umumnya hanya mengandalkan sumber mata pencahariaannya dari sektor pertanian. Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh
setiap keluarga serta peningkatan kebutuhan, menyebabkan sebagian masyarakat yang kurang mampu melakukan perambahan hutan untuk perluasan areal
pertaniannya. 2. Faktor Pendidikan dan Pengetahuan
Para perambah hutan pada umumnya berpendidikan rendah, sehingga menyebabkan rendahnya penyerapan anggota masyarakat terhadap informasi yang
didengar atau dilihatnya. Tingkat pendidikan yang rendah ini menyebabkan teknologi budidaya pertanian yang mereka lakukan masih klasik, diturunkan dari
orang tua mereka.
3. Faktor Kesuburan Tanah Dengan tingkat kesuburan tanah yang cukup tinggi, dan juga karena
keterbatasan lahan yang ada, menyebabkan masyarakat petani yang merasa kekurangan lahan tergiur untuk membuka atau merambah hutan, khususnya yang
berdekatan dengan lahannnya. 4. Adanya Oknum Penadah
Universitas Sumatera Utara
69 Sudah menjadi rahasia umum, bahwa terjadinya perambahan hutan
khususnya pencurian kayu tidak dilakukan sepihak oleh perambah, tetapi karena adanya pihak lain yang terkait dengan hal tersebut, khususnya kepentingan akan
kayu. Dalam hal ini, kegiatan perambahan hutan lebih ditujukan pada penebangan liar dan pencurian kayu. Penebangan dan pencurian kayu dilakukan oleh
masyarakat karena ada pihak-pihak yang menampungnya. 5. Keterbatasan Petugas Pengawas Hutan
Maraknya pencurian kayu dan perambahan hutan yang terjadi juga disebabkan keterbatasan petugas pengawas hutan ranger serta sarana dan
prasarana yang dimiliki untuk tujuan pengawasan tersebut. Keterbatasan jumlah petugas pengawas hutan di daerah ini ternyata juga tidak didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai, seperti sarana telekomunikasi dan transportasi.
6. Pelaksanaan Sanksi Hukum Pelaksanaan sanksi hukum yang kurang tegas terhadap perambah hutan
dan pencuri kayu, menyebabkan perambahan hutan dan pencurian kayu terus berlangsung. Masyarakat mengetahui hal tersebut, sehingga mereka beranggapan
bahwa tidak ada salahnya melakukan perambahan hutan atau pencurian kayu karena tidak ada hukuman yang dilakukan kepada mereka. Oleh karena itu,
masyarakat yang melakukan perambahan hutan tidak merasa takut karena hingga saat ini tidak ada sanksi hukum bagi yang melakukan tindakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
70
3.4. Aturan-Aturan dalam Pengelolaan Hutan