40 yang ingin melakukan peribadatan mingguan, dapat dilakukan di gereja adat yang
terdapat di Gotong Royong. Gereja GBKP Gereja Batak Karo Protestan Runggun Gotong Royong 1 unit, gereja tersebut merupakan gereja adat yang
menggunakan bahasa daerah karo. Hanya itulah satu-satunya gereja yang terdapat di Bukit Lawang.
2.4.3. Sarana Kesehatan
Desa Perk. Bukit Lawang memiliki fasilitas kesehatan, walaupun jumlahnya tidak banyak. Untuk sarana kesehatan desa memiliki 1 unit Rumah
Sakit Umum dengan 2 orang dokter umum, 2 unit Puskesmas, Balai pengobatan 1 unit, 1 unit toko obat dan 1 unit tempat praktek Dokter, serta 1 orang Bidan Desa.
Selain itu, masyarakat juga memiliki 1 tempat dukun terlatih atau lebih dikenal dengan dukun patah.
Apotek atau tempat menebus resep dokter tidak tersedia di desa Bukit Lawang. Masyarakat masih mempercayakan kesehatan pada bidan desa dan balai
pengobatan. Saat ini, di desa Bukit Lawang juga terdapat 4 unit posyandu untuk kesehatan anak-anak.
2.4.4. Sarana Listrik dan Air Bersih
Bagi Bukit Lawang, masuknya sarana listrik sudah cukup memadai. Hal ini terlihat dengan dibangunnya tiang-tiang penyalur listrik ke desa-desa dan
rumah penduduk. Sarana listrik yang ada di desa Perk. Bukit Lawang adalah listrik milik PLN sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam beraktifitas,
walaupun akhir-akhir ini PLN sering mengadakan pemadaman listrik bergilir. Sementara untuk sarana air bersih juga sudah memadai, karena alam
menyediakan cukup air bagi masyarakat setempat. Air bersih yang digunakan oleh
Universitas Sumatera Utara
41 masyarakat sekitar aliran sungai memanfaatkan air dari sungai Bahorok yang
sangat jernih. Masyarakat kebanyakan membuat pipa-pipa dari sungai Bahorok yang mengalir membelah desa. Pipa tersebut di sambungkan dari sungai dan
disemen agar tidak rusak, kemudian disambungkan ke rumah penduduk dan tempat-tempat penginapan sehingga masyarakat Bukit Lawang tidak akan
kekurangan air bersih karena alam telah menyediakan air bersih untuk mereka. Selain itu, masyarakat juga menggunakan air dari mata air galian atau
sumur bor. Tanah digali, bila terlihat air, kemudian sumur di pasangi pipa penyedot air yang dapat digunakan dengan bantuan listrik. Fasilitas sumur bor ini
banyak digunakan masyarakat sekitar 315 buah sumur bor yang terdapat di masing-masing rumah warga. Sementara masyarakat yang menggunakan air dari
sungai sekitar 500 kepala keluarga.
2.4.5. Sarana Rekreasi
Bukit Lawang sendiri merupakan salah satu tempat wisata di Kabupaten Langkat, sehingga ditempat ini banyak hal-hal yang bisa dinikmati. Selain
pemandangan sungai yang mengalir dengan jernihnya, pemandangan alamnya juga tidak bisa dipandang ‘sebelah mata’. Belum lagi perjalanan menuju Taman
Nasional Gunung Leuser yang menyegarkan, karena kita dapat memandangi hijaunya pepohonan di pagi hari dengan udara yang segar, serta keramahan
masyarakat sekitar membuat kita lebih santai. Di Taman Nasional Gunung Leuser kita dapat melihat kelucuan orangutan yang sangat menghibur.
Wisatawan mancanegara tiap harinya selalu datang mengunjungi konservasi orangutan tersebut. Orangutan sangat menarik perhatian mereka,
Universitas Sumatera Utara
42 karena di negara meraka tidak terdapat orangutan, hanya di Indonesialah
orangutan terdapat. Kalaupun orangutan terdapat di luar negeri, adalah karena penelundupan atau penjualan orangutan keluar negeri. Saat ini jumlah orangutan
yang ada di TNGL menurut data adalah sekitar 18 ekor, yang masuk kawasan konservasi. Sebagian besar masyarakat atau turis, bertemu dengan orangutan
adalah satu pengalaman dan kebanggaan. Memang orangutan dapat dijumpai di kebun binatang, tapi nuansanya sangat berbeda ketika bertemu di alam bebas,
habitatnya. Untuk masuk ke kawasan TNGL, kita dapat berjalan kaki menyusuri
pinggiran sungai menuju hulu sungai. Setelah sampai di depan pintu masuk Taman Nasional, kita dapat menggunakan jasa perahu untuk penyebrangan ke
TNGL. Biaya yang di keluarkan Rp 5.000 orang untuk wisatawan lokal, sedangkan untuk wisatawan asing biaya yang dikenakan adalah Rp 15.000 atau
lebih. Tarif tersebut dikenakan di waktu-waktu tertentu saja, seperti pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul 15.00 WIB, karena pada waktu tersebutlah saat
pemberian makan pada orangutan. Namun bila memasuki kawasan TNGL diwaktu lain, maka tarif yang dikenakan adalah sekitar Rp 50.000.
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 1. Perahu Penyebrangan : Turis asing dan salah seorang ranger TNGL terlihat ‘tegang’ saat menaiki perahu yang di tarik menggunakan tali tambang yang di kaitkan
ditiang yang di hubungkan di pohon. .
Daya tarik objek wisata Bukit Lawang adalah pemandangan alam dan sungai Bahorok yang membelah desa. Diakhir pekan dan hari-hari besar
wisatawan lokal sering menikmati sungai Bahorok dengan melakukan aktifitas mandi di sungai bersama teman ataupun bersama keluarga. Selain air sungai yang
bersih dan sangat menyegarkan, bebatuan yang terdapat di sekitar sungai, juga memberikan keindahan tersendiri dari sungai Bahorok. Jangan takut tenggelam,
karena sungai Bahorok tidak terlalu dalam. Selain itu, masyarakat sekitar juga menyediakan fasilitas ban karet sebagai sarana permainan air di sungai.
Fasilitas penginapan dan tempat makan atau kafe juga terdapat di sisi kanan dan kiri dari sungai Bahorok. Jadi lebih mudah dijangkau oleh wisatawan.
Penginapan-penginapan yang terdapat di Bukit Lawang diantaranya adalah Rindu Alam, Ecolog Cottege untuk kalangan atas dengan fasilitas VIP. Sibayak,
Penginapan Yusman dan lain-lain bisa jadi alternatif untuk penginapan dengan harga standart.
Universitas Sumatera Utara
44 Sarana penyeberangan yang menghubungkan antara sisi kanan dan kiri
yang dilalui sungai, terdapat 2 buah jembatan penyebrangan. Walau terlihat tidak memadai, jembatan tersebut setidaknya sangat kokoh. Jembatan yang pertama kali
dijumpai bila memasuki kawasan ‘pantai’ sebutan untuk wisata sungai bahorok agak sedikit goyang. Hal itu, dikarenakan jembatan dibuat agak kecil dan terbuat
dari bambu dan besi-besi lunak. Jembatan tersebut hanya mampu dilalui oleh satu orang, jadi antara satu orang dan orang lainnya yang hendak menyebrang tidak
bisa saling berpapasan. Sementara jembatan yang satunya dibuat agak besar dengan lebar 2 meter dan jembatan tersebut terbuat dari kayu dan besi.
Masih dari kawasan hutan, wisatawan baik lokal maupun mancanegara dapat melakukan wisata alam dan perkemahan di kawasan hutan, namun bukan di
kawasan Taman Nasional. Kawasan Taman Nasional tidak terbuka untuk umum
tanpa pemandu wisata. Selain perkemahan di kawasan hutan, para wisatawan juga
dapat memanfaatkan jasa guide setempat untuk mencoba arena permainan air dengan ban. Wisatawan dapat merasakan pengalaman ‘mendebarkan’ dari arum
jeram, serta permainan air dengan ban menyusuri sungai Bahorok. Untuk arena permainan ban, wisatawan juga harus dipandu oleh guide setempat, karena arus
air sungai yang tidak menentu. Pemandu wisata akan mendampingi wisatawan selama permainan.
2.4.5. Sarana Transportasi
Bukit Lawang tidak sulit dijangkau menggunakan kendaraan umum. Melalui Terminal Pinang Baris di Medan, pengunjung harus menaiki bus jurusan
Binjai. Perjalanan berikutnya dari Binjai menuju Kecamatan Bahorok akan
Universitas Sumatera Utara
45 melewati jalanan yang rindang oleh deretan pohon karet dan kelapa sawit di
perkebunan-perkebunan rakyat. Sesampainya di Desa Empus, Bohorok, pemandangan sekitar akan dihiasi hamparan sawah dan perumahan sederhana
milik warga setempat. Seluruh perjalanan berjarak 96 kilometer itu ditempuh
dalam waktu 3 jam.
Alat transportasi ke Bukit Lawang agak kurang memadai, terbukti dengan kurangnya alat transportasi menuju Bukit Lawang. Dari hasil pengamatan penulis
dilapangan, bahwa sarana transportasi dari kota medan dapat menaiki 2 angkutan umum. Menggunakan bus umum dengan muatan penumpang 25 orang atau lebih,
atau dengan menggunakan angkutan umum yang lebih kecil jenis L 300 menuju Bukit Lawang. Biaya yang dikeluarkan untuk angkutan L300 yang dapat kita
jumpai di terminal Kamp. Lalang adalah sekitar Rp 12.000. Untuk bisa sampai ke “pantai” atau tempat wisata, harus menyambung dengan angkutan becak
bermotor, dengan biaya Rp 5.000. Angkutan umum dari medan ke Bukit Lawang dan sebaliknya akan berhenti di terminal, dari terminal untuk mencapai tempat
wisata, harus menyambung becak yang telah tersedia di terminal tersebut. Selain untuk tempat pemberhentian angkutan umum, terminal tersebut juga merupakan
salah satu pasar atau masyarakat desa lebih mengenalnya dengan sebutan ‘pekan’. Pekan biasanya berlangsung setiap hari jumat.
Kondisi Jalan Menuju Bukit Lawang Akses jalan menuju desa Bukit Lawang cukup memadai, sebab kondisi
jalan yang beraspal dan tidak ada lubang. Perbaikan jalan aspal tampaknya cepat dilakukan oleh pemerintah Langkat. Beberapa bulan sebelumnya jalan aspal
menuju ke desa Bukit Lawang, keadaannya sangat buruk. Perjalanan disetiap
Universitas Sumatera Utara
46 tikungan terganggu dengan adanya lubang di setiap jalan aspal. Panjang jalan
aspal dari kecamatan Bahorok adalah sekitar 11 km, dan panjang jalan aspal di desa adalah 2700 meter.
2.4.6. Sarana Komunikasi