11 gelap mengkilat menandakan adanya kegiatan organisme pengurai yang berjalan
dengan baik dan bau menyengat kompos yang semakin hari semakin hilang [18].
2.3.2 Proses Pengomposan
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara penumpukan sampah di alam,
sedangkan pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara menggunakan teknologi modern maupun dengan menggunakan bahan bioaktivator dan
menciptakan kondisi ideal sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi. Untuk dapat membuat kompos dengan
kualitas baik, diperlukan pemahaman proses pengomposan yang baik pula. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan
tahap pematangan. Pada gambar 2.3 menunjukan perubahan suhu yang terjadi akibat pertumbuhan mikroba selama berlangsungnya proses pengomposan.
Gambar 2.3 Perubahan Suhu dan Pertumbuhan Mikroba Selama Proses Pengomposan [18]
Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik yang kemudian akan
digantikan oleh bakteri termofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat, kemudian akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat
hingga mencapai 70
o
C. Suhu akan tetap tinggi selama fase pematangan. Mikroba mesofilik kemudian tergantikan oleh mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif
pada suhu tinggi. Pada saat terjadi penguraian bahan organik yang sangat aktif, mikroba-mikroba yang ada di dalam kompos akan menguraikan bahan organik
menjadi NH
+
, CO, uap air dan panas melalui sistem metabolisme dengan bantuan
Universitas Sumatera Utara
12 oksigen. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-
angsur mengalami penurunan hingga kembali mencapai suhu normal seperti tanah. Pada fase ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek
liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-50 dari bobot awal
tergantung kadar air awal [18]. Skema sederhana dari proses pengomposan dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Karbon, Nitrogen, Inorganics, Air,
Microorganisme, Pathogens, benih
gulma , mikroba yang menguntungkan
Bahan Baku
Pencampuran Tumpukan
Kompos Uap Air, Panas, CO
2
, NO, gas lain
Curing Oxygen
Bahan – bahan
organik, mikroorganisme
anorganik Produk Akhir
Gambar 2.4 Skema Proses Pengomposan [12]
Metode pengomposan yang umum digunakan seperti : pengomposan pasif, windrows, penumpukan aerasi, dan sekelompok metode yang umum dikenal sebagai
pengomposan di wadah tertutup. Pengomposan pasif hanya terdiri dari penumpukan bahan baku dan meninggalkan bahan kompos untuk proses pengomposan selama
jangka waktu yang panjang Pengomposan metode windrow adalah pembuatan kompos dengan menumpuk bahan organik atau limbah biodegradable, seperti
kotoran hewan dan sisa tanaman, dalam tumpukan berbaris yang panjang, metode windrow merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pengomposan
skala pertanian. Pengomposan metode penumpukan aerasi menggunakan blower untuk memasok udara ke bahan kompos, blower ini dilengkapi pengontrolan
langsung dari proses dan memungkinkan untuk pengomposan tumpukan yang lebih besar. Pengomposan di wadah tertutup merupakan bentuk industri kompos limbah
biodegradable yang terjadi dalam reaktor tertutup. Umumnya proses ini menggunakan tangki logam atau bunker beton di mana aliran udara dan suhu dapat
dikontrol [19].
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan