STANDAR KUALITAS KOMPOS INDONESIA KEMTANGAN KOMPOS PEMANFAATAN KOMPOS

19 organik yang terkandung serta rasio CN untuk semua tumpukan dan kondisi secara bertahap menurun selama waktu pengomposan. Penelitian yang dilakukan oleh Samsu et al. mengenai pengaruh dari POME anaerobic sludge yang berasal dari 500 m 3 closed anaerobic methane ddigested tank dengan TKKS yang telah ditekan dan dirobek pada proses pengomposan. POME anaerobic sludge yang digunakan berasal dari pengolahan biogas, limbah ini memiliki nutrisi dan sumber mikroba yang tinggi dan cocok digunakan untuk bahan tambahan proses pengomposan. Proses dilakukan pada unit composter berbentuk blok yang disusun dari batu bata dengan dimensi panjang 2,1 m, lebar dan tinggi 1,5 m. Pada penelitian ini TKKS ditekan dan dirobek dengan ukuran panjang 15 sampai 20 cm, lalu dicampur di blok composter dengan POME anaerobic sludge, rasio penambahan TKKS : POME sebanyak 1:1. Untuk mempertahankan kadar air tumpukan kompos, POME ditambahkan setiap tiga hari dengan menggunkan pompa dan penambahan POME dihentikan seminggu sebelum dilakukan panen, sedangkan pengadukan dilakukan tiga kali seminggu. Hasil yang diperoleh waktu pengomposan singkat, yaitu 40 hari dengan rasio CN akhir 12,4. Suhu pengomposan selama pengolahan terjadi pada fase termofilik yaitu 60-67 C, sedangkan pH tumpukan kompos hampir konstan selama proses berkisar 8,1-8,6. Kadar air kompos mengalami penurunan dari awal sampai akhir composting yaitu dari 64,5 menjadi 52 dan banyaknya jumlah nutrisi serta rendahnya tingkat logam berat yang terdapat pada kompos.

2.5 STANDAR KUALITAS KOMPOS INDONESIA

Standar kualitas kompos di Indonesia merujuk pada SNI 19-7030-2004 tentang parameter kualitas kompos seperti yang ditampilkan pada tabel 2.2. Regulasi tersebut diperlukan sebagai pembatasan produk limbah kompos yang didesain sebagai perubah tanah organik atau pupuk. Standar kualitas kompos menurut SNI dapat dilihat pada tabel 2.2 Universitas Sumatera Utara 20 Tabel 2.2. Standar Kualitas Kompos [25] No Parameter Satuan Minimum Maksimum 1 Kadar Air - 50 2 Temperatur ⁰C Temperatur air tanah 3 Warna Kehitaman 4 Bau Berbau tanah 5 Ukuran partikel mm 0,55 25 6 Kemampuan ikat air 58 7 pH 6,8 7,49 8 Bahan asing 1,5 UnsurMakro 9 Bahan organik 27 58 10 Nitrogen 0,40 - 11 Karbon 9,80 32 12 Pospor 0,10 - 13 CN rasio 10 20 14 Kalium 0,20 UnsurMikro 15 Arsen mmkg 13 16 Kadmium mmkg 3 17 Kobal mmkg 34 18 Kromium mmkg 210 19 Tembaga mmkg 100 20 Merkuri mmkg 0,8 21 Nikel mmkg 62 22 Timbal mmkg 150 23 Selenium mmkg 2 24 Seng mmkg 500 Unsur lain 25 Kalsium 25,50 26 Magnesium 0,60 27 Besi 2,00 28 Alumunium 2,20 29 Mangan 0,10 Bakteri 30 Fecal Coli MPNgr 1000 31 Salmonella sp MPN4 gr 3

2.6 KEMTANGAN KOMPOS

Agar dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman, kompos yang digunakan harus benar-benar stabil matang. Menurut Sekarsari, terdapat beberapa parameter yang digunakan sebagai indikator kematangan kompos yang terdapat pada tabel 2.3: Universitas Sumatera Utara 21 Tabel 2.3. Parameter Kematangan Kompos [26]

2.7 PEMANFAATAN KOMPOS

Pemanfaatan kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yaitu: 1. Aspek Bagi Tanah Dan Tanaman a. Memperbaiki produktivitas dan kesuburan tanah Pemakaian kompos dapat meningkatkan produktivitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Secara fisik, kompos dapat menggemburkan tanah, meningkatkan pengikatan antar partikel dan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan longsor serta dapat mengurangi tercucinya nitrogen terlalut dan memperbaiki daya olah tanah. Sedangkan secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation KTK, ketersediaan unsur hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, sehingga mikroorganisem akan berkembang lebih cepat dan dapat menambah kesuburan tanah. b. Menyediakan hormon,vitamin dan nutrisi bagi tanaman Setiap tanaman membutuhkan nutrisi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tanah yang baik mempunyai unsur hara yang dapat mencukupi kebutuhan tanaman. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsure hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi 2 golongan yaitu :  Unsur hara primer, yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen N, Fosfor P, Kalium K, Sulfur S, Kalsium Ca, Magnesium Mg  Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Tembaga Cu, Seng Zn, Klor Cl, Boron B, Mangan Mn dan Molibdenum Mo Parameter Indikator Suhu Stabil Ph Alkalis Perbandingan CN 20 Laju Respirasi 10 mg g -1 kompos Warna Coklat Tua Bau Earthy bau tanah Universitas Sumatera Utara 22 c. Memperbaiki struktur tanah Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir debu, pasir dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik dan oksida besi. Tanah tergolong jelek apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling merekat erat. Tanah yang baik adalah tanah yang remah dan granuler yang mempunyai tata udara yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik. Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah yang semula keras dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur akibat aktivitas mikroorganisme. Struktur tanah yang gembur amat baik bagi tanaman. d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori- pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara langsung. Hujan yang turun deras mengenai permukaan tanah akan mengikis tanah sehingga unsur hara terangkut habis oleh air hujan. Dengan adanya kompos, tanah terlapisi secara fisik sehingga tidak mudah terkikis dan akar tanaman terlindungi. Kemampuan tanah untuk menahan air ini water holding capacity berhubungan erat dengan besarnya kadar air dalam gundukan kompos 2. Aspek Ekonomi a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah b. Mengurangi volumeukuran limbah c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya d.Proses pengomposan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. 3. Aspek Lingkungan a. Membantu meringankan beban pengelolaan sampah Universitas Sumatera Utara 23 b. Tidak menimbulkan masalah lingkungan. Penggunaan pupuk kimia ternyata berpengaruh buruk, tidak hanya meracuni tanah dan air saja, tetapi juga meracuni produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, pupuk urea terbuat dari senyawa hidrokarbon yang juga digunakan untuk kendaraan bermotor. [26].

2.8 POTENSI EKONOMI

Dokumen yang terkait

Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Pupuk Organik Aktif Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit : Pengaruh Lubang Asupan Udara

11 89 124

Composting Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Dengan POA : Pengaruh Sirkulasi Tumpukan TKKS

1 63 112

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

1 31 69

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

0 0 16

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

0 0 2

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

0 0 4

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

0 0 15

Pengomposan Shredded Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Dengan Aktivator Pupuk Organik Aktif (Poa) Di Dalam Menara Composter: Pengaruh Sirkulasi Tumpukan Tkks

0 0 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Ukuran Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Terhadap Proses Komposting Menggunakan Pupuk Organik Aktif (POA) di Dalam Komposter Menara

0 0 20

PENGARUH UKURAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PROSES KOMPOSTING MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK AKTIF (POA) DI DALAM KOMPOSTER MENARA SKRIPSI

0 0 18