Kualitas Hasil Pemeriksaan Landasan Teori

Schmidt et al., 1986, terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik Bonner, 1990. Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman 1991 menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum atypical dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang pengalaman. Abdol Mohammadi dan Wright 1987 menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Studi ini auditor ditempatkan dalam berbagai level dan diminta untuk memberikan penilaian mengenai kemampuan suatu entitas melanjutkan usahanya going concern. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs 1992 yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor.

2.1.3. Kualitas Hasil Pemeriksaan

De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditee nya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi bahwa kantor akuntan publik yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik berskala kecil. Universitas Sumatera Utara Harhinto 2004 melakukan penelitian dengan menggunakan 120 auditor dari KAP di Surabaya, Malang dan Jember sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Sementara besarnya tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien audit tenure, pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan supervisor, profesionalisme dan beban kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Wooten 2003 telah mengembangkan model kualitas hasil pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa indikator kualitas hasil pemeriksaan, yaitu: a. deteksi salah saji; b. kesesuaian dengan SAP; c. kepatuhan terhadap standar operasional; d. risiko audit; e. prinsip kehati-hatian; f. proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor; g. perhatian yang diberikan oleh manajer atau fatner. Deis dan Groux 1992 melakukan penelitian tentang hal-hal yang memiliki hubungan dengan kualitas hasil pemeriksaan, yaitu: a. Lama waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan. Semakin lama auditor melakukan pemeriksaan maka semakin baik kualitas pemeriksaan; Universitas Sumatera Utara b. Jumlah objek yang diperiksa. Semakin banyak jumlah objek yang diperiksa maka kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik karena auditor dengan jumlah objek yang diperiksa yang banyak maka auditor akan semakin menjaga reputasinya; c. Kesehatan keuangan objek yang diperiksa, semakin tidak sehat keuangan objek yang diperiksa maka aka nada kecenderungan untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar; d. Review oleh pihak ke tiga, kualitas hasil pemeriksaan akan semakin baik jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya akan direview oleh pihak ketiga. Elim 2006, menyatakan bahwa prinsip penyusunan rencana audit adalah: 1. Memahami dan memaksimalkan peran dan tanggung jawab unit pengawasan internal; 2. Penaksiran resiko dan menggunakan skala prioritas; 3. Kriteria penaksiran risiko atas audit universe; 4. Adanya risiko melekat dan keterbatasan sistem dan metode penetapan prioritas audit sehingga mengharuskan unit pengawasan secara berkala mengkaji semua faktor risiko dan penilaiannya. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang serta pendistribusian laporan hasil Universitas Sumatera Utara pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif apabila telah mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa serta tindakan perbaikan yang direncanakan. Apabila tanggapan dari pejabat pada entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Sebaliknya, pemeriksa wajib memperbaiki laporannya sesuai dengan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan. Akuntan publik harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam hal ini mengenai standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan SPAP, 2001. 1. Standar Umum Universitas Sumatera Utara a. Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor; b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor; c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya; b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan; c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan Universitas Sumatera Utara laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya; c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor; d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu Theoretical Mapping