Hipotesis Satu Hipotesis Dua

pemahaman terhadap SAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan variabel independen lain berpengaruh tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dari variabel moderating juga dapat dilihat bahwa Abs X 1 _X 4, Abs X 2 _X 4, Abs X 3 _X 4 ternyata tidak signifikan yaitu dengan probabilitas signifikan jauh di atas 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa variabel pengalaman pemeriksa memang bukan variabel moderating.

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian

5.4.1. Hipotesis Satu

Berdasarkan pengujian hipotesis satu dapat diketahui bahwa pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksan. Sedangkan pendidikan berkelanjutan pemeriksa berpengaruh tidak signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksan. Dari hasil pengujian ini diketahui pengalokasian anggaran guna pelaksanaan pendidikan berkelanjutan pemeriksa Inspektorat Kab. Serdang Bedagai kurang mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini mungkin disebabkan karena frekwensi pelatihan di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai masih kurang. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Batubara 2008 yang menyatakan bahwa pendidikan berkelanjutan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Universitas Sumatera Utara

5.4.2. Hipotesis Dua

Pada pengujian ini juga dapat diketahui bahwa pemahaman terhadap SAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksan. Dari hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa pemahaman pemeriksa terhadap SAP di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai sangat baik. Hal ini mungkin disebabkan karena baiknya tingkat pendidikan pemeriksa di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai dan adanya kesadaran pemeriksa bahwa pemahaman terhadap SAP sangat mendukung tugas pokok dan fungsi Inspektorat dalam melakukan pemeriksaan di setiap unit kerja. Variabel kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan pemeriksa secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksan. Lemahnya kecakapan profesional pemeriksa dan pendidikan pemeriksa merupakan alasan dari fenomena yang ada di lingkungan pemerintahan Kab. Serdang Bedagai dimana keberadaan unit pengawas belum bisa diterima sebagai mitra kerja dalam memecahkan persoalan dan adanya temuan yang berulang-ulang dan rekomendasi yang kurang tajam. Pada pengujian ini juga diketahui bahwa pengalaman pemeriksa bukanlah variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara latar belakang pribadi pemeriksa dengan kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini dapat dinilai wajar apabila dibandingkan dengan masa kerja pemeriksa di Inspektorat Kab. Serdang Bedagai yang tergolong rendah yaitu sekitar 61 memiliki masa kerja ≤ 5 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena rata-rata umur pemeriksa di Inspektorat Kab. Universitas Sumatera Utara Serdang Bedagai juga masih tergolong muda yaitu sekitar 61,4 berumur 20-40 tahun. Apabila dibandingkan dengan peneliti terdahulu hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Damanik 2010 yang menyatakan bahwa pemahaman terhadap SAP berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap peran Inspektorat dalam review laporan keuangan daerah. Penelitian ini juga mendukung penelitian Alia 2001 yang menyatakan bahwa pengalaman auditor hanya sedikit memberikan kontribusi untuk meningkatkan keahlian auditor. Dalam hal pemilihan variabel, variabel independen dalam penelitian ini hampir memenuhi kriteria unsur-unsur yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, 2001, di mana standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Peneliti memilih variabel kecakapan profesional sebagai salah satu variabel independen untuk memenuhi standar umum yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kecakapan profesional dengan cermat dan seksama. Peneliti memilih pendidikan berkelanjutan sebagai variabel independen untuk memenuhi standar umum yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Universitas Sumatera Utara Pada standar umum ini dinyatakan pula bahwa dalam hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor. Hal ini berarti adanya pengaruh independensi pemeriksa pada kualitas hasil pemeriksaan. Namun pada penelitian ini, variabel independensi tidak menjadi salah satu variabel yang dipilih, hal ini disebabkan oleh karena kedudukan unit kerja Inspektorat Kab. Serdang Bedagai sejajar dengan dinas-dinas lainnya. Hal ini mengakibatkan kurang adanya otoritas unit kerja Inspektorat sebagai aparat pengawas. Sehingga disimpulkan bahwa pemeriksa tidak independen dalam melakukan pemeriksaan. Hal itu menyebabkan peneliti tidak memilih independensi pemeriksa sebagai variabel pada penelitian ini. Pada standar pelaporan dinyatakan bahwa laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Pernyataan di atas yang melatarbelakangi peneliti untuk memilih pemahaman terhadap SAP sebagai salah satu variabel independen pada penelitian ini. Salah satu standar auditing yang dipedomani dari Standar Profesional Akuntan Publik PSAP adalah standar pekerjaan lapangan. Pada standar ini dinyatakan bahwa pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya. Pada standar pekerjaan lapangan juga dinyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup Universitas Sumatera Utara pengujian yang dilakukan. Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perlunya perencanaan dan supervisi atasan dalam auditor serta pemahaman terhadap pengendalian internal dalam audit. Kedua variabel tersebut belum diangkat menjadi variabel pada penelitian ini. Untuk itu disarankan agar kedua variabel tersebut dapat diteliti oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pemeriksa yang terdiri dari pemahaman terhadap SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Untuk Hipotesis Pertama Pemahaman terhadap SAP dan kecakapan profesional secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, karena dengan meningkatnya pemahaman terhadap SAP akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Batubara 2008 dan Damanik 2010, Sedangkan pendidikan berkelanjutan secara partial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 2. Untuk Hipotesis Kedua a. Dengan menggunakan Pengalaman pemeriksa sebagai variabel moderating, dapat dilihat bahwa hanya variabel pemahaman terhadap 63 Universitas Sumatera Utara