BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Pada bab ini akan menguraikan pengertian latar belakang pribadi pemeriksa, pengalaman pemeriksa serta kualitas hasil penelitian.
2.1.1. Latar Belakang Pribadi
Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikan sebagai latar belakang
dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan dan jenjang pendidikan.
Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus pengerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi
dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya
manusia ini harus dikelola sebaik mungkin akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal di pemerintah daerah, Inspektorat harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sumber daya
manusia yang dalam penelitian ini diwakili oleh pemahaman terhadap Standar
Akuntansi Pemerintahan SAP, kecakapan profesional dan pendidikan berkelanjutan sebaiknya dimiliki oleh masing-masing pemeriksa. Semakin berkualitas sumber daya
9
Universitas Sumatera Utara
manusia yang dimiliki, maka semakin optimal pelaksanaan pengawasan di pemerintah daerah.
2.1.1.1. Pemahaman terhadap SAP standar akuntansi pemerintahan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Penerapan SAP di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusatdaerah, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Sistem informasi dan merupakan proses pengindentifikasian, pengukuran, pencatatan, pelaporan, dan penganalisaan transaksi ekonomi keuangan suatu entitas
secara sistematis serta dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah definisi dari
akuntansi. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah dapat menjadi acuan bagi:
a Para penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya; b Para penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar; c Para pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan
Universitas Sumatera Utara
d Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah
di Indonesia, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum. Untuk itu perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP guna penyusunan laporan
keuangan. Pemahaman terhadap SAP ini sangat diperlukan supaya hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan.
Pada proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, perangkat SKPD harus memahami standar akuntansi pemerintahan yang berisikan penyajian
laporan keuangan, laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, akuntansi persediaan, akuntansi aset tetap, akuntansi konstruksi
dalam pengerjaan, akuntansi investasi, akuntansi kewajiban, koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa serta laporan keuangan
konsolidasi. Upaya yang dilakukan untuk memahami maksud Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan antara lain dengan dilakukannya sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan mekanisme
penerapannya di Pemerintah Daerah, pelatihan teknis tentang SAP yang didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai terhadap akuntansi. Diharapkan dengan
sosialisasi dan pelatihan ini dapat mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah yang baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
Inspektorat KabupatenKota mengemban tugas, pokok dan fungsinya, dalam pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Pemeriksaan ke
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD hanya sebatas memeriksa dokumen laporan pertanggungjawaban APBN yang di anggarkan ke masing-masing instansi
saja. Oleh sebab itu, PSAP yang wajib di pahami oleh pemeriksa adalah: 1. PSAP Nomor 05 mengenai persediaan;
2. PSAP Nomor 07 mengenai Aset tetap; dan 3. PSAP Nomor 08 mengenai konstruksi dalam pekerjaan.
2.1.1.2. Kecakapan profesional pemeriksa Pemeriksaan merupakan kegiatan untuk menilai apakah hasil pelaksanaan
yang sebenarnya telah sesuai dengan yang seharusnya serta mengidentifikasi penyimpangan atau hambatan yang ditemukan.
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan. Pemeriksa harus mempunyai Kecakapan profesionalnya dengan cermat dan seksama due professional care dan secara hati-hati prudent dalam setiap
penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional professional judgement, meskipun dapat terjadi penarikan kesimpulan yang tidak
tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
a. Formula tujuan audit; b. Penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit;
c. Pemilihan pengujian dan hasilnya; d. Pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
audit; e. Penetapan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan
efekdampaknya; f. Pengumpulan bukti audit;
g. Penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit.
2.1.1.3. Pendidikan berkelanjutan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan, setiap pemeriksa yang
melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan profesional. Dalam rangka peningkatan
kompetensi nya menurut standar pemeriksaan, setiap 2 dua tahun pemeriksa harus menyelesaikan paling tidak 80 delapan puluh jam pendidikan yang secara langsung
meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Paling tidak 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang
berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik
Universitas Sumatera Utara
dimana entitas yang diperiksa beroperasi dan minimal 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari 2 periode 2 tahun.
Adapun definisi dari pendidikan berkelanjutan yaitu mencakup perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi, penilaian
akuntansi, prinsip manajemen atau profesional, pemeriksaan atas profesional informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan keuangan, manajemen keuangan,
profesional disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan berkelanjutan ini juga mencakup profesional tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti
administrasi profesional, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik profesi, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu profesional, dan teknologi informasi.
2.1.2. Pengalaman Pemeriksa