Dasar Hukum Kewarisan Islam.

16 Artinya: “ Harta seseorang berpindah kepadanya setelah ia meninggal dunia “ Secara definitif, banyak dari tokoh dan Ulama yang memberikan pengertian tentang kewarisan itu sendiri, menurut M. Ali As-Shabuni, arti warisan adalah pindahnya hak milik orang lain yang meninggal, baik yang ditinggalkannya itu berupa benda bergerak ataupun tidak bergerak. 14 Dalam KHI Kompilasi Hukum Islam dapat disimpulkan pula bahwa hak kewarisan adalah hak yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan atau Tirkah, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa harganya masing-masing. Hal ini sesuai dengan ketentuan KHI pasal 171 a.

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam.

Ruang lingkup kewarisan Islam sangat jelas dasar hukumnya, maka penulis merasa sangat perlu untuk mengupasnya. Dasar hukum kewarisan dalam Islam adalah : 1. Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama, dia menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum kewarisan secara jelas dan terperinci. Adapun ayat-ayat yang dijadikan sebagai dasar dari Hukum Kewarisan dalam Islam, seperti Qs. An-Nisa’ 4:11. 14 M. Idris Ramulyo., Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: 1998 h.1. 17 ⌧ Artinya: ”Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; Qs. An-Nisa’, 4:11.. Kemudian dijelaskan pula dalam ayat lain Qs. An-Nisa’ 4:12.. ⌧ Artinya: ”Dan bagimu suami-suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Qs. An-Nisa’, 4:12.. 2. Sunnah atau Hadits. Imam al-Bukhari menghimpun hadits tentang kewarisan tidak kurang dari 46 hadits, dan Imam Muslim menyebut hadits-hadits kewarisan kurang lebih 20 hadits. Namun pada bahasan kali ini perincian hadits tersebut tidak akan dikutip semua, hanya yang pokok saja yang akan diungkapkan. 15 ﷲا ر سﺎ ا ﺎ ﻬ ﷲا لﻮ ر ﱠ ﱠ و ﻪ ﷲا لﺎ : اﻮ ا ﺟر ﻰ وﻸ ﺋاﺮ ا آﺮ ﺎ ،ﺎﻬ هﺎ ﺋاﺮ ا ﺮآذ 16 15 M. bin Ali bin Muhammad Asy syaukani, Nayl al Author, Azhar, Maktabul Iman, t.th jilid ke-5, h.60. 18 Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: ”Berikanlah ketentuan warisan yang pasti itu kepada yang berhak. Adapun sisanya, maka bagi laki-laki yang paling dekat nasabnya. H.R.Muslim Kemudian dalam hadits lain pula dijelaskan: . . ﺎ ا ز ﺔ لﺎ ﱠ و ﻪ ﷲا ﻰ ﱠ ﱠ ا ﱠنا ﺎ ﻬ ﷲا ر ﺪ : ا ﺮ ﺎﻜ ا ثﺮ و ﺮ ﺎﻜ ا ا ثﺮ . 17 Artinya: ”Dari Usamah bin Zaid ra. Bahawa Nabi saw bersabda: ”orang Islam tidak dapat mewariskan hartanya kepada orang kafir, dan orang kafir tidak dapat mewariskan hartanya kepada orang muslim”. Muslim: 559. Dari pengertian Hadits pertama dan kedua di atas, dapat dipahami bahwa pembagian waris diserahkan terlebih dahulu kepada orang yang berhak yaitu yang tergolong dalam Ashabu al FurudlOrang-orang yang berhak menerima bagian, sisanya kemudian untuk Ashabah sisa. Diketahui pula bahwa perbuatan waris mewarisi hanya diperbolehkan bagi yang satu agama Islam, dan terakhir juga menjelaskan tentang ahli waris yang tidak mendapatkan harta pusaka karena membunuh. 18 3. Ijma’ 16 Imam Muslim, Shahih Muslim, Riyadh, Darussalam,1998 h.705. 17 Ibid, h.705. 18 M. Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, h.61. 19 Yaitu kesepakatan para ulama atau para sahabat sepeninggal Rasulullah saw tentang ketentuan warisan yang dalam Al-Qur’an karena telah disepakati oleh para sahabat dan ulama, maka Ijma’ dijadikan sebagai sumber dan referensi Hukum. 19

B. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Waris.