Rukun-Rukun Waris. Syarat-Syarat Pembagian Waris.

19 Yaitu kesepakatan para ulama atau para sahabat sepeninggal Rasulullah saw tentang ketentuan warisan yang dalam Al-Qur’an karena telah disepakati oleh para sahabat dan ulama, maka Ijma’ dijadikan sebagai sumber dan referensi Hukum. 19

B. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Waris.

1. Rukun-Rukun Waris.

Untuk dapat menerima pusaka, harus memenuhi beberapa rukun, beberapa sebab, beberapa syarat dan beberapa penghalang Man’i. Adapun rukun-rukun pusaka ada tiga, yaitu : 20 a. Muwarrits, orang yang maninggalkan hartanya. b. Waris, orang yang ada hubungan dengan orang yang telah meninggal, seperti kekerabatan hubungan darah dan perkawinan. c. Mauruts, harta yang menjadi pusaka. Harta ini dalam istilah Fiqh dinamakan: Mauruts, Mirats, Irts, Turats, dan Tirkah. Sedangkan untuk terjadinya pewarisan ada tiga rukun, yaitu: a. Ahli waris, yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan kekerabatan, baik karena hubungan sedarah, hubungan sebab perkawinan semenda, atau akibat memerdekakan hamba sahaya. 19 Tengku Hashbi As-Shidieqy, Fiqh Mawaris. h.303. 20 Ibid h.29. 20 ثاﺮ ﺎ ﺎ ا ﱢ ا ا يﺬ اﻮهو ثراﻮ ا 21 Artinya ”Ahli waris yaitu orang yang dihubungkan kepada si mati dengan salah satu sebab-sebab pewarisan”. b. Pewaris, yaitu si orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang diwarisi harta peninggalannya adalah orang yang mewariskan hartanya. ﺔ ا ثرﻮ ا ا ﻪ ﻮ ﻜ يﺬ ا دﻮ ا ﺜ ﺎ ﻜ و . 22 Artinya: ”Pewaris yaitu si mati, baik mati hakiki maupun mati hukum, seperti orang yang telah hilang, yang oleh hakim dinyatakan meninggal dunia” c. Warisan, yaitu harta peninggalan si mayyit mati yang berpindah kepada ahli waris.

2. Syarat-Syarat Pembagian Waris.

Sebagaimana rukun pewarisan, syarat pewarisan pun ada tiga hal yang harus terpenuhi, yaitu : 23 a. Pada saat meninggalnya pewaris, ahli waris benar-benar dalam keadaan hidup. Termasuk bayi yang masih ada dalam kandungan hamil, meskipun masih berupa janin apabila dapat dipastikan hidup, 21 Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah Semarang: Toha Putera, 1972 h.426. 22 Ibid h.426. 23 Tengku Hasbi As-Shidieqy, Fiqh Mawaris, h.4. 21 melalui gerakan kontraksi atau cara yang lainnya, maka si bagi janin tersebut baerhak mendapatkan warisan. b. Pewaris benar-benar telah meninggal dunia, apakah meninggal secara hakiki atau meninggal secara yuridis hukum. ﺎ ا ﻜ نﺎآ ﺎ ﻜ ﻪ ﻮ وا ﺔ ثﱢرﻮ ا تﻮ دﻮ ﺎ ﻮ . 24 Dengan adanya syarat ini maka segala harta dan seseorang tidak boleh dibagikan, kecuali orang tersebut benar-benar meninggal dunia atau hakim memutuskan kematiannya. Seperti orang yang hilang, apabila hakim telah memutuskan kematian orang tersebut dengan bukti-bukti yang kuat, maka saat itu barulah harta peninggalannya dapat dibagikan diantara ahli warisnya. 25 c. Untuk mendapatkan harta warisan disyaratkan tidak adanya penghalang warisan. ﺎ ﺪﺟ ﻮ ا ثر ا اﻮ . 26 Artinya: ”tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang- penghalang pewarisan” . 24 Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, h.425. 25 Tengku Hasbi As-Shidieqy, Fiqh Mawaris, h.5. 26 Ibid, h.426. 22

C. Sebab Adanya Dan Penghalang Waris.