Riwayat Singkat Hazairin. Konsep Pemikiran Hazairin Terhadap Ahli Waris Pengganti.

47 - C = 23 x Rp. 24.000.000 = Rp.16.000.000,- - D = 13 x Rp 24.000.000 = Rp. 8.000.000,- + Rp. 24.000.000,- Ba dan Bb terhijab oleh C, oleh karena itu tidak menjadi ahli waris. Sedangkan Ca, Da, dan Db tidak menjadi ahli waris karena masih ada ahli waris lagnsung yaitu C dan D. 74

D. Ahli Waris Pengganti Menurut Hazairin.

1. Riwayat Singkat Hazairin.

Hazairin dilahirkan di Kota Bukit Tinggi pada tanggal 22 Nopember 1906. pada tahun itu, Indonesia masih dibawah kekuasaan penjajah kolonoal Belanda. Dalam usahanya berjuang melawan penjajahan kolonial Belanda khususnya dalam bidang hukum, beliau banyak menentang paham-paham hukum yang dijadikan kolonial Belanda kepada masyarakat Indonesia. Dan beliaulah yang secara tegas berani berkata “Teori Receptie” Hukum Islam baru bisa dianggap sebagai hukum dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat apabila tidak bertentangan dengan hukum adat. Adalah “Teori Iblis” yang sungguh-sungguh bertentangan dengan iman orang Islam. Betapa tidak Bukankah mustahil dan tidak masuk diakal, hukum ciptaan Tuhan itu diuji terlebih dahulu dengan hukum 74 Ibid, h.58. 48 adat yang lahir dan diakui sebagai hukum hanya karena kesepakatan nilai manusia. 75 Dan beliau jugalah yang secara tegas menentang apa yang disebut “Islam Abangan” dan “Islam Putihan”. Adanya dua golongan Islam ini seperti juga teori receptie tidak terlepas dari politik pemerintahan Belanda yang disebut Devide et Impera Pecah belah dan kuasai. Karena itulah istilah penggolongan Islam Abangan dan Islam Putihan ditentang secara keras dan tajam oleh beliau dalam seminar hukum Nasional tahun 1965. berselang 12 tahun setelah Seminar Nasional tersebut, tepatnya tanggal 12 Desember 1975 beliau menghembuskan nafas yang terahir dalam usia 69 tahun. 76

2. Konsep Pemikiran Hazairin Terhadap Ahli Waris Pengganti.

Beberapa hal baru yang ditafsirkan dari al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum waris yang disampaikan Hazairin yaitu: sistem kekeluargaan bilateral, bilateral individual, kebersamaan anak-anak dan orang tua, kasus kalalah, dan faraidh . 77 75 Bismar Siregar, Bunga Rampai, Karangan Tersebar I , Jakarta, Rajawali Press, 1989, h.15. 76 Ibid. H. 58 77 Moh Dja’far, Polemik Nukum Waris, Perdebatan antara Prf.Dr. Hazairin dan Ahlus Sunnah Jakarta: Kencana Mas Publishing House, 2007, h.13. 49 Studi yang dilakukan sekitar seperempat abad terhadap Hukum Adat, Hazairin dengan komitmen keimanannya mendapatkan kesan secara ‘ainul yakin, bahwa masyarakat adat dengan berbagai jenis sistem kekeluargaannya yang dalam perkembangannya mengarah dari masyarakat yang bukan bilateral kepada masyarakat yang bilateral merupakan faktor-faktor pembantu untuk mencapai tujuan Al-Qur’an mewujudkan masyarakat yang bilateral kepada seluruh ummat. 78 Fiqh Ahlus Sunnah, terbentuk dalam masyarakat Arab yang bersendikan sistem kekeluargaan yang patrilineal. Pada masa itu belum berkembang ilmu tentang bentuk-bentuk masyarakat di dunia, sehingga para mujtahid Ahlus Sunnah belum sempat memperoleh bahan-bahan perbandingan mengenai sistem hukum waris yang dijumpai dalam pelbagai bentuk masyarakat disekitar mereka. 79 Dalam ajaran kewarisan bilateralnya, menurut Hazairin ahli waris yang telah meninggal dunia lebih dahulu dari si pewaris dapat digantikan oleh anaknya. Hal tersebut yang dikenal dengan ahli waris pengganti atau mewalli. Hazairin memandang maksud dari kata mawalli dalam surat al- Nisaa ayat 33 adalah ahli waris. Sehingga jika dibandingkan artinya adalah sebagai berikut: 78 Yang dimaksud dengan berbagai jenis sistem kekeluargaan ialah seperti patrilineal, matrilineal, bilateral dan lain-lain. Baca Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan Hadits , Jakarta: Tintamas, 1982 cet. Ke-3, h.1. 79 Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan Hadits, h.2. 50 ☺ ⌧ ☺ ⌧ ⌧ Artinya: ”Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. dan jika ada orang- orang yang kamu Telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” Qs. Al- Nisaa’:33. Sedangkan Hazairin menterjemahkannya dengan: ” Dan untuk setiap orang itu, Aku Allah telah mengadakan mawallinya bagi harta peninggalan ayah dan ibu dan bagi harta peninggalan keluarga dekat, demikian juga harta peninggalan bagi tolan seperjanjian, karena itu berikanlah bagian-bagian kewarisannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” 80 80 Al Yasa Abu Bakar, Ahli waris Sepeertalian Darah,:Kajian Perbandingan Terhadap Penalaran Hazairin dan Penalaran Fikih Madzhab, Jakarta: INIS, 1998,h.54. 51 Untuk sampai pada terjemahan diatas, Hazairin memberikan uraian sebagai baerikut: Nashibahum, saya terjemahkan sebagai bagian kewarisan . yaitu sesuatu bagian dari harta peninggalan, bealaskan pemakaian kata nashib itu dalam ayat kewarisan lainnya. Yaitu dalam Al-Qur’an IV: 7, selain hubungannya sendiri dalam ayat 33 itu dengan mimma taraka dan sebagainya. Didalam ayat 33 itu, jelas bahwa nashib itu disuruh diberikan kepada mawalli itu dan bukan kepada orang yang tersimpul dalam likullin, sehingga mawalli itu adalah ahli waris. Untuk menangkap maksud ayat 33 itu. Coba kita isi likullin itu dengan li fulanin, dan ja’alna diganti dengan ja’alahu, sedangkan urusan perjanjian itu gampangnya ditinggalkan saja. Maka bunyi ayat itu manjadi ”wa li fulanin ja’allahu mawaliya mimma taraka ’l walidani wa ’l aqrabuuna fa’aatuuhum nashibahum.” 81 Berikut merupakan taswir mengenai ahli waris pengganti di Indonesia menurut Hazairin, melalui ilustrasi sebagai berikut: A adalah mayyit pewaris meninggal pada tahun 2008, mempunyai 3 orang anak, dua orang anak laki-laki B dan C dan 1 perempuan D. Besarnya harta peninggalan sebesar Rp.24.000.000,- pada tahun 2006 anak laki-lakinya B meninggal dunia meninggalkan 2 orang anak Ba dan Bb sedangkan C mempunyai seorang anak Ca dan D mempunyai 2 orang anak Da dan Db. Berikut pembagiannya: 81 Ibid, h.54. 52 M D Db Da Ca C B Bb Ba Keterangan: = Mayit pewaris = laki-laki yang telah meninggal = laki-laki yang masih hidup = perempuan yang masih hidup 82 Yang menjadi ahli waris menurut Hazairin adalah C, D, Ba, Bb. Ba dan Bb menggantikan B yang telah maninggal dunia lebih dahulu, berikut pembagiannya: - C = 25 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 9.600.000,- - D = 15 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 4.800.000,- 82 Pembagian ahli waris pengganti menurut ajaran bilateral Hazairin, baca Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan Hadits 53 - Ba dan Bb = 25 x Rp. 24.000.000,- = Rp. 9.600.000,- Ba = ½ x Rp. 9.600.000,- = Rp. 4.800.000,- Bb = ½ x Rp. 9.600.000,- = Rp. 4.800.000,- + Rp. 9.600.000,- + Rp. 24.000.000,-

E. Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.