56
Proses selanjutnya setelah naskah akhir Kompilasi Hukum Islam mengalami penghalusan redaksi yang intensif disampaikanlah kepada Presiden
oleh Mneteri Agama untuk memperoleh benruk yuridis penggunaan Kompilasi Hukum Islam tersebut dalam praktek di lingkungan Peradilan Agama. Kemudian
lahirlah Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 sebagai pengesahan Kompilasi Hukum Islam untuk dipergunakan sebagai pedoman bagi para hakim pada
lingkungan Peradilan Agama.
89
2. Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam.
Ketentuan ahli waris pengganti kepada ahli waris yang orang tuanya telah meninggal terlebih dahulu dari pewaris, pada hakekatnya, diatur dalam Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia. Hal ini sebagaimana termaktub dalam pasal di bawah ini :
Pasal 185: 1 Ahli Waris yang meninggal labih dahulu daripada si pewaris maka
kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang terebut dalam pasal 173.
2 Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.
89
Ibid, h.264.
57
Namun demikian, pemberian wasiat wajibah kepada anak atau orang tua angkat, justru lebih mendapat penekananperhatian. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam pasal di bawah ini : Pasal 209 :
1 Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal-pasal 176 sampai dengan pasal 193 diatas, sedangakan terhadap orang tua angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 sepertiga dari harta warisan anak angkatnya.
2 Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasia diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 sepertga bagian dari harta warisan orang tua
angkatnya. Pasal 185 diatas menunjukkan bahwa ahli waris yang orang tuanya telah
meninggal terlebih dahulu dari pewaris, ia menggantikan kedudukan orang tuanya penerima warisan, seandainya ia masih hidup dalam menerima harta
peninggalan pewaris. Dalam keadaan demikian, kedudukannya menjadi ahli waris pengganti. Sebagaimana dalam BW dikenal dengan istilah Plaatsvervulling.
Pemberian bagian kepada ahli waris pengganti terutama bagi para cucu, walaupun tidak seperti Plaatsvervulling dalam BW, hal ini sejalan dengan
doctrine mawalli Hazairin dan cara succesior pertrepsi dan prinsip representasi
yang dapat dipakai olaeh golongan Syi’ah. Namun demikian, dalam pasal 185
58
ayat 2 tersebut bagian ahli waris pengganti dibatasi, tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sesderajat dengan ahli waris yang diganti.
90
Prinsip pengganti tempat ahli waris pengganti tersebut tidak dikenal dan tidak dipergunakan oleh Jumhur Ulama, termasuk Imam 4 madzhab. Namun
demikian, khusus terhadap nasib para cucu yang orang tuanya meninggal dunia terlebih dahulu, oleh beberapa ulama tetap diperhatikan melalaui ketentuan wasiat
wajibah, sebagaimana telah dituangkan dalam Kitab Undang-Undang Wasiat Mesir Nomor 71 Tahun 1946.
1. Mengenai Pengertian “Walad” Dalam menafsirkan kata-kata walad pada ayat 176 surat al-Nisa’,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, mengambil pendapat Ibnu Abbas yang berpendapat, pengertiannya mencakup baik anak laki-laki maupun anak
perempuan, maka hak waris dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris, kecuali orang tua, suami atau isteri, menjadi terhijab.
Hal ini tersirat dari ketentuan pasal dibawah ini : Pasal 182 :
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan ayah dan anak, sedang ia mempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia
mendapat separuh bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama
90
Ibid, h.200.
59
dengan saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian. Bila saudara
perempuan tersebit bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki adalah dua berbanding satu dengan
saudara perempuan.
91
Jadi, selama masih ada anak walaupun perempuan seluruh saudara pewaris, baik sekandung maupun sebapak, laki-laki maupun perempuan, tidak
berhak mendapatkan warisan. Dalam Kompilasi Hukum Islam, hukum kewarisan diatur dalam buku II
yaitu dari pasal 171 sd pasal 214. Dalam buku II Kompilasi Hukum Islam yang menjelaskan tentang Hukum Kewarisan dibagi menjadi enam bab, bab I
Ketentuan Umum,bab II ahli waris, bab II besarnya bahagian, bab IV aul dan Rad, bab V wasiat, dan bab VI hibah. Mengenai ahli waris pengganti, hal tersebut
diatur dalam pasal 185 KHI yang berbunyi:
92
1 Ahli waris yang meninggal lebih dahuludari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang
tersebut dalam pasal 173.
91
Ibid, h.201.
92
Kompilasi Hukum Islam.
60
2 Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.
Dari pasal tersebut cucu dari anak yang telah meninggal dunia terlebih dahulu dari si pewaris masih mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan
meskipun dibatasi dengan ayat 2.
93
Berikut merupakan taswir mengenai ahli waris pengganti di Indonesia menurut Kompilasi Hukum Islam, melalui ilustrasi sebagai berikut:
A adalah mayyit pewaris meninggal pada tahun 2008, mempunyai 3 orang anak, dua orang anak laki-laki B dan C dan 1 perempuan D. Besarnya
harta peninggalan sebesar Rp.24.000.000,- pada tahun 2006 anak laki-lakinya B meninggal dunia meninggalkan 2 orang anak Ba dan Bb sedangkan C
mempunyai seorang anak Ca dan D mempunyai 2 orang anak Da dan Db. Berikut pembagiannya:
94
93
Suparman Usman, Yusuf Sowaminata, Fiqh mawarris Islam h.199.
94
Pembagian ahli waris pengganti menurut Kompilasi Hukum Islam, baca Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan Hadits.
61
M
D
Db Da
Ca C
B
Bb Ba
Keterangan: = Mayit pewaris
= laki-laki yang telah meninggal = laki-laki yang masih hidup
= perempuan yang masih hidup Yang menjadi ahli waris menurut Kompilasi Hukum Islam adalah C, D,
Ba, Bb. Ba dan Bb menjadi ahli waris menggantikan posisi B yang telah meninggal dunia lebih dulu dari pada pewaris. Jadi pembagiannya adalah:
- Ba dan Bb = ¼ x Rp. 24.000.000,- = Rp. 6.000.000,-
Ba = ½ x Rp. 6.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
Bb = ½ x Rp. 6.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
- C = 24 x Rp. 24.000.000,-
= Rp. 12.000.000,- - D
= ¼ x Rp. 24.000.000,- = Rp. 6.000.000,- +
Rp. 24.000.000,-
62
Berbeda dengan yang diterapkan oleh Hazairin, kompilasi pada pasal 185 2 menerapkan bahwa besarnya harta warisan ahli wais pengganti tidak boleh
lebih besar bagiannya daripada ahli waris sederajat dengan yang digantikannya. Oleh karena itu bagian dari Ba dan Bb sama seperti D. Disinilah perbedaan antara
Hazairin dengan KHI.
95
95
Ibid, h.54.
63
BAB IV ANALISA TERHADAP PUTUSAN AHLI WARIS PENGGANTI DI
PENGADILAN AGAMA SUMBER A. Profil Pengadilan Agama Sumber
1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Sumber
96
Pengadilan Agama Sumber dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 207 tahun 1986, tanggal 22 Juli 1986 dengan nama Pengadilan
Agama.
2. Sejarah Singkat Pembentukan Pengadilan Agama Sumber
97
Sejak tahun 1882 berdasarkan ketetapan raja nomor 24 nomor 1882 Stbl. 152 tahun 1882, yang diubah dan disempurnakan dengan Stbl. No. 116 dan 610
tahun 1937 ditetapkan bahwa Kota Cirebon dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Cirebon dan Kodya Cirebon. Sejak tanggal 22 Juli 1986 berdasarkan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 207 tahun 1986, pembentukan Pengadilan Agama Sumber yang wilayah hukumnya Kabupaten Cirebon dan mulai
kegiatannya sejak tanggal 28 Februari 1987. Kabupaten Cirebon luas wilayah ± 990,36 KM
2
, serta delapan wilayah pembantu Bupati Karesidenan 23 wilayah kecamatan, 6 wilayah kecamatan perwakilan serta 412 desa 11 kelurahan.
96
Diambil dari Penyusunan data Yuridiksi pengadilan Agama Sumber pada tanggal 9 September 2009, h.1.
97
Ibid, h.1.