7
pengganti melebihi bagian yang sederajat. Rumusan masalah tersebut penulis
rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana hukum Kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam ?
2. Bagaimana posisi ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam ? 3. Apa alasan hakim memberikan penetapan tersebut ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dengan merujuk pada pembahasan diatas maka penelitian di tujukan untuk :
1. Untuk mengetahui hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam. 2. Untuk mengetahui posisi ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum
Islam. 3. Untuk mengetahui alasan hakim memberikan penetapan tersebut.
Adapun manfaat daripenelitian ini adalah : a. Bagi penulis menambah wawasan tentang ahli waris pengganti.
b. Bagi fakultas memberikan sumbangan kepustakaan dalam rangka pengembangan akademis.
c. Dapat memberikan pengetahuan lebih jauh dalam pembahasan Ahli waris pengganti dengan studi analisis putusan No. 0028Pdt.P 2008PA.Sbr.
D. Review Studi Terdahulu
Dalam buku karangan Al-Yasa Abu Bakar yang berjudul : “Ahli Waris Sepertalian Darah: Kajian Perbandingan Tentang Penalaran Hazairin Dan
8
Penalaran Fikh Madzhab” secara keseluruhan menjelaskan tentang Kewarisan Menurut Pemikiran Hazairin yang didalamnya mencakup tentang dasar-dasar
teori tentang kewarisan Islam dan nalar Fiqh terhadap kewarisan Islam oleh `Ulama Fiqh serta pembagian-pembagiann dzawil furudh dan dzawil arham.
Dari buku diatas yang berkaitan dengan penelitian penulis ada pada bab II hal. 52 tentang garis pokok penggantian yang didalamnya mencakup pemikiran
Hazairin tentang Ahli waris pengganti, yang menjelaskan dasar hukum dan penafsiran Hazairin tentang ahli waris pengganti.
Posisi penelitian ini adalah adanya ketidakserasian antara teori yang dikemukakan oleh Prof. Hazairin dengan yang terjadi sebenarnya di Pengadilan
Agama Sumber, Cirebon dalam Penetapan Ahli Waris Pengganti dengan No. registrasi: 0028Pdt.P2008PA. Sbr.
E. Kerangka Konseptual.
Dalam sendi kehidupan manusia yang diatur oleh Allah SWT, dapat dikelompokkan kepada dua kelompok yaitu: hablun min Allah atau yang lazim
disebut juga dengan “Hukum Keibadatan” yang tujuannya untuk menjaga hubungan antara Allah dengan hambanya, dan yang kedua disebut dengan hablun
min al naas atau yang lebih kita kenal dengan “hukum muamalat” yang tujuannya
adalah guna menjaga hubungan antara sesama manusia. Kedua hubungan ini harus tetap terjaga agar manusia terlepas dari kehinaan, kemiskinan dan
kemarahan Allah SWT.
9
Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan oleh Allah SWT adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan kepemilikan
yang timbul dari suatu kematian. Kematian seseorang sering berakibat timbulnya sengketa dikalangan ahli
waris mengenai harta peninggalannya. Dalam hukum Islam, pembagian harta warisan telah diatur secara sistematis siapa saja yang berhak menerima harta
warisan dan pembagiannya. Dalam Kompilasi Hukum Islam, juga telah diatur masalah hukum
kewarisan, yang didalamnya juga terdapat masalah tentang ahli waris pengganti. Adapun yang dimaksud dengan ahli waris pengganti adalah ahli waris
yang menggantikan sesorang untuk memperoleh bagian warisan yang pada mulanya akan diperoleh orang yang digantikannya disebabkan karena orang yang
digantikan itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan kalau dia masih hidup, tetapi dalam kasus bersangkutan dia telah meninggal lebih dahulu dari
pewaris. Orang yang digantikan ini hendaklah merupakan penghubung antara dia yang menggantikan ini dengan pewaris yang meninggalkan harta peninggalan.
8
F. Metode Penelitian