Pengertian Ahli Waris Pengganti. Dasar Hukum Ahli Waris Pengganti.

35

BAB III KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI

A. Pengertian Ahli Waris Pengganti dan Dasar Hukum Ahli Waris Pengganti.

1. Pengertian Ahli Waris Pengganti.

Adapun yang dimaksud dengan ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang pada mulanya akan diperoleh dari orang yang digantikannya daisebabkan karena orang yang digantikannya itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan kalau dia masih hidup, tetapi dalam kasus bersangkutan dia telah meninggal terlebih dahulu dari pewaris. Orang yang digantikannya ini hendaklah merupakan penghubung antara dia yang menggantikan ini dengan pewaris yang meninggalkan harta peninggalan. 56 Ahli waris kelompok terakhir ini, kedudukan dan bagiannya memang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Kedudukan mereka sebagai ahli waris dan bagiannya dapat dipahami melalaui perluasan pengertian waris yang disebutkan langsung dalam Al-Qur’an, pengertian anak diperluas ke cucu, pengertian saudara diperluas kepada anak saudara dan seterusnya. Dari dasar hukum dan cara mereka menjadi 56 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia Jakarta, Sinar Grafika, 2004 h.80. 36 ahli waris, mereka dapat disebut sebagai ahli waris pengganti, ahli waris karena penggantian itu mengambil alih saham yang seharusnya menjadi hak dari orang yang digantikannya. 57 Jadi ahli waris pengganti tidak mewarisi karena dirinya sendiri, dia selalu mengambil alih hak yang seharusnya menjadi saham dari ahli waris yang menghubungkan dia dengan pewaris. Tentang sejauh mana kedudukan mereka sebagai ahli waris dalam hubungannya dengan ahli waris langsung yang digantikannya, dari segi bagian yang mereka terima, tidak ada petunjuknya secara pasti dalam Al-Qur’an atau hadits Nabi. Dalam hal ini Allah SWT menyerahkan penyelesaiannya kepada akal menusia. 58 Maka dari itu penyelesaian ahli waris peganti di serahkan kepada ijtihad manusia, dalam hal ini tentu saja diperuntukan bagi para fuqaha atau ulama kontemporer.

2. Dasar Hukum Ahli Waris Pengganti.

Mengenai Ahli waris pengganti ini, Hazairin memberikan penafsiran tentang adanya penggantian ahli waris dalam hukum Islam dengan mengambil dalil dari Ayat 33 surat An-Nisaa’ berikut: ☺ ⌧ 57 Ibid, h.80. 58 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta, Kencana, 2004 h.271. 37 ☺ ⌧ ⌧ Artinya: Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris- pewarisnya. dan jika ada orang-orang yang kamu Telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. Secara bebas Hazairin menerangkan bahwa teks ayat 33 surat An-Nisaa’ ayat 33 mengandung makna bahwa Allah mengadakan mawalli untuk si fulan dari harta peninggalan orang tua dan keluarga dekat serta ﻜ ﺎ ا تﺪ ﺬ او dan bahwa untuk itu berikanlah kepada mawalli itu hak yang menjadi bagiannya. 59 Fulan dianggap sebagai ahli waris, karena diiringkan dengan kata ناﺪ اﻮ ا dan نﻮ ﺮ ا yang menjadi pewaris. Apabila yang menjadi ahli waris adalah orang tua ayah atau ibu, ahli waris adalah anak dan atau mawalli anak, demikian menurut Hazairin. 60 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Hazairin telah melakukan suatu pembaharuan terhadap hukum kewarisan Islam dengan memberikan 59 Ibid, h.272. 60 Ibid, h.272. 38 penafsiran tentang adanya penggantian ahli waris seperti yang telah diuraikan diatas, dan penafsiran ini agaknya telah menjadi suatu sumber Hukum Kewarisan di Indonesia yang tertuang dalam pasal 185 Kompilasi Hukum Islam.

B. Mengenai Arti Mawalli Dalam Al-Qur’an.