kesamaan antara keadaan tertutup pada suhu -5 0C dan 10 0C dimana rata-rata induktansi yaitu 0,3 mH, namun pada keadaan terbuka juga terjadi pelonjakan di
hari ke-3, hal ini dimungkinkan karena pengaruh tempat penyimpanan yang tidak stabil. Dari data tersebit untuk suhu -5 dan 10 dengan perlakuan terbuka dan
tertutup didapat peningkatan rata-rata sebesar 9,8.
Gambar 13.
Hasil pengukuran induktansi pada suhu 10 C
Pada suhu 28 C dengan kondisi ruangan yang lebih panas dari kedua
kondisi diatas didapat nilai induktansi dari daging sapi dengan kondisi tertutup C1 yaitu 0,27 mH pada hari pertama dan turun hingga hri ketiga dengan nilai
0,26 mH dan 0,25 mH dan naik hingga hari kelima yaitu 0,26 mH dan 0,32 mH sedangkan pada hari terakhir didapat nilai 0,28 mH dengan peningkatan sebesar
9,9. Untuk kondisi terbuka C2 didapat 0,27 mH dan naik pada hari kedua senilai 0,29 mH dan 0,5 mH pada dari ketiga, dan mengalami penurunan di hari
keempat 0,16 mH dan naik 16,8 dihari kelima dengan rata-rata peningkatan
5 10
15 20
25
2 4
6 8
N il
a i
In d
u k
ta n
si
Hari
Induktansi 10 C
B1= Tert ut up B2= Terbuka
sebesar 9,3 dan pada hari terakhir nilai induktansi tidak dapat terbaca oleh alat yang digunakan karena tekstur daging yang sudah mengeras.
Gambar 14. Hasil pengukuran induktansi pada suhu 28
C Dari data yang telah dijabarkan diatas pada suhu 28
C dengan kondisi tertutup nilai induktansi juga berada pada rata-rata 0,3 mH, berbeda dengan
keadaan terbuka dimana nilai induktansi tampak tidak beraturan hal ini dikarenakan kondisi penyimpanan terbuka dengan suhu yang tinggi menyebabkan
penguapan yang lebih cepat serta adanya kontaminasi bakteri sehingga pembacaan induktansi menjadi tak beraturan terbukti dengan pelonjakan nilai di hari ke 5 dan
ke 6 dimana kondisi fisik daging yang sudah bau dan basah karena bakteri. Dari ketiga tempat penyimpanan dapat disimpulkan bahwa lamanya
penyimpanan dan tempat penyimpanan mempengaruhi nilai induktansi dari daging sapi dimana pada tempat -5 0C rata-rata keseluruhan selama 6 hari
penyimpanan lebih besar dibandingkan dengan kedua tempat yang lain yaitu 10
5 10
15 20
25
2 4
6 8
In d
u k
ta n
si
Hari
Induktansi 28 C
C1 = Tert ut up C2 = Terbuka
Linear C1 = Tert ut up
C dan 28 C hal ini disebabkan karena pada suhu tersebut kondisi daging tidak
banyak berubah.
4.2 Pengukuran resistansi terhadap lama penyimpanan
Pada pengukuran resistansi yang dilakukan terhadap daging yang disimpan pada suhu -5 dan 10 dan 28
C didapat nilai dari masing seperti ditunjukkan pada table 3, dimana satuan yang ditunjukkan pada alat LCR meter menunjukkan
satuan mega Ohm M
Ω. Tabel 4.
Hasil pengukuran resistansi terhdap penyimpanan
No Hari -5
C 10
C 28
C A1
A2 B1
B2 C1
C2 1
1 1,92 M
Ω 1,92 MΩ 1,92 MΩ 1,92 MΩ 1,92 MΩ 1,92 MΩ 2
2 0,93 M
Ω 0,43 MΩ 0,39 MΩ 0,88 MΩ 0,71 MΩ 1,13 MΩ 3
3 0,42 M
Ω 0,42 MΩ 0,37 MΩ 1,98 MΩ 1,35 MΩ 3,71 MΩ
4 4
0,35 M Ω 0,5 MΩ 0,49 MΩ 0,67 MΩ 1,45 MΩ 13,79 MΩ
5 5
0,5 M Ω 0,21 MΩ 0,27 MΩ 0,56 MΩ 0,58 MΩ 17,4 MΩ
6 6
0,47 M Ω 0,32 MΩ 0,29 MΩ 0,83 MΩ 0,53 MΩ 20 MΩ
Ket : A1 = Tertutup
C1 = Tertutup A2
= Terbuka C2 = Terbuka
B1 = Tertutup
B2 = Terbuka
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing tempat penyimpanan dan perlakuan yang diberikan memberikan perbedaan pada tempat
penyimpanan dengan seuhu -5 C dengan kondisi tertutup A1 didapat nilai untuk
resistansi yakni 1,92 M Ω dan 0,93 MΩ pada hari kedua dan terus menurun hingga
hari keempat dengan nilai 0,42 M Ω dan 0,35 MΩ namun di hari kelima naik dan
turun di hari ke enam dengan nilai 0,5 M Ω dan 0,47 MΩ dengan rata-rata
penurunan sebesar 9,9. Sedangkan untuk kondisi terbuka A2 dimana daging tidak terbungkus oleh plastik didapat nilai resistansi sebesar 0,43 M
Ω dan 0,42 M
Ω dan pada hari keempat naik menjadi 0,5 MΩ namun menurun di hari kelima dengan nilai 0,21 M
Ω dan naik kembali di hari terakhir senilai 0,32 MΩ dengan rata-rata penurunan sebesar 9,9, ketidak stabilan ini dikarenakan tempat
penyimpanan yang lebih dingin sehingga nilai yang didapat akan tidak beraturan.
Gambar 15. Hasil pengukuran resistansi pada suhu -5
C Dari data yang telah dipaparkan diatas bahwa pada penyimpanan -5
C memiliki nilai resistansi yang relatif rendah hal ini dikarenakan daging masih
memiliki cukup air dan tempat penyimpanan yang memang mempertahankan kadar air dari daging tersebut sehingga daging memiliki hambatanresistansi yang
sedikit. Penurunan pad hari kedua dikarenakan proses pengkondisian dari suhu potong menuju suhu penyimpanan dan pada hari ketiga dan seterusnya suhu mulai
stabil dan resistansi kecil.
0.5 1
1.5 2
2.5
2 4
6 8
N il
a i
R e
si st
a n
si
Hari
Resistansi -5 C
A1 = Tert ut up A2 = Terbuka
M Ω
Pada penyimpanan dengan suhu 10 C dengan kondisi tertutup B1 didapat
nilai resistansi dari daging adalah 1,92 M Ω di hari pertama dan 0,39 MΩ dan 0,37
M Ω dihari kedua dan ketiga yang berarti mengalami penurunan dari hari pertama,
sedangkan pada hari keempat naik menjadi 0,49 M Ω dan turun hingga hari
terakhir penyimpanan yakni 0,27 M Ω dan 0,29 MΩ dengan rata-rata penurunan
9,9. Pada penyimpanan dengan kondisi terbuka B2 didapat nilai resistansi 0,88 M
Ω di hari kedua dan 1,98 MΩ di hari ketiga yang berarti mengalami kenaikan dibandingkan hari pertama dan kedua namun menurun pada hari keempat senilai
0,67 M Ω dan 0,56 MΩ dihari kelima dan pada hari terakhir naik kembali menjadi
0,83 M Ω dengan rata-rata penurunan 9,8.
Gambar 16. Hasil pengukuran resistansi pada suhu 10
C Pada suhu 10
C tidak jauh berbeda pada suhu -5 C, dimana hari kedua
mengalami penurunan
yang dikarenakan
proses penyesuaian
tempat penyimpanann namun kondisi terbuka mengalami kenaikan dikarenakan kondisi
0.5 1
1.5 2
2.5
2 4
6 8
N il
a i
R e
si st
a n
si
Hari
Resistansi 10 C
B1 = Tert ut up B2 = Terbuka
M Ω