Bertemu Guru yang Tepat

ilmu demi keselamatan dunia akhirat. Oleh karena itu, beliau mencari orang yang dapat mengobati kehausannya akan ilmu. Hal ini mengajarkan kepada kita, bahwa orang yang ingin mendapatkan ilmu haruslah keluar dari tempatnya dan mencari dimana sang guru berada dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Nabi Musa rela melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk menuntut ilmu dan merasakan keletihan. Beliau lebih suka meninggalkan Bani Israil agar nantinya dapat mengajar dan membimbing mereka, dan memilih berangkat mencari tambahan ilmu. 10 Sampai di sini motivasi yang dimiliki Musa masing amat tinggi, hingga ia tak kenal menyerah untuk mencari sumber ilmu yang Allah wahyukan. Dalam bahasan motivasi, maka Musa telah merasuk padanya motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri individu telah ada dorongan mencari sesuatu. Sedang motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. 11 Dan semestinya setiap siswa memiliki kedua macam motivasi ini.

B. Bertemu Guru yang Tepat

Dalam dunia pendidikan guru memiliki peranan yang sangat penting pada kegiatan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator, koordinator, transformator, bahkan agent of change dan pengelola lalu lintas jalannya pembelajaran yang aktif, kreatif, serta produktif, merupakan faktor penting yang tidak dapat di pandang sebelah mata. Pembelajaran akan baik jika disampaikan oleh guru yang baik, guru yang memiliki standar kompetensi. Adapun sebagaimana maklum Kompetensi guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Pada proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsinya sebagai pen-transfer pengetahuan transfer of knowledge, tapi juga berfungsi untuk 10 Soraya Haque, Jejak-Jejak Perjalanan Jiwa, Bandung: Mizan Publika, 2009, h. 74 11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,... h. 87-88. menanamkan nilai value, serta berfungsi untuk menanamkan karakter character building secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru diistilahkan dengan murabby, satu akar dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan. 12 Jika demikian, benarlah bahwa tugas guru merupakan tugas yang amat mulia, bukan hanya mulia di sisi manusia lainnya namun juga mulia di sisi Allah Swt. Pada konteks itu, pembelajaran Musa kepada Khidir merupakan pembelajaran yang tepat. Pertama, karena Khidir adalah guru yang Allah pilih dan rekomendasikan secara langsung sebagaimana yang disebutkan pada hadis di atas. Menurut kebanyakan ulama berpendapat ia adalah seorang nabi. 13 Kedua, lantaran Khidir adalah nabi yang Allah berikan padanya rahmat yang tampak pada dirinya dan ilmu yang istimewa. Yaitu ilmu yang diberikan bukan ilmu kasby, namun ia adalah anugrah khusus bagi para auliya. 14 Sepadan dengan hal tersebut, peserta didik disarankan untuk tidak tergesa- gesa belajar pada sembarang guru. Sebaliknya peserta didik harus meluangkan waktu untuk mencari siapakah guru terbaik, demikian papar Syed Nuquib. Al- Gazali mengingatkan, meski demikian peserta didik untuk tidak bersikap sombong. Tetapi harus memperhatikan mereka yang mampu membantunya dalam mencapai kebijaksanaan, kesuksesan, dan kebahagiaan serta tidak hanya berdasarkan mereka yang masyhur dan terkenal. 15 Prof. Dr. Imam Suprayogo, rektor UIN Malang, dalam catatannya menuliskan, tidak saja calon murid yang seharusnya dipilih, tetapi mestinya guru juga perlu diseksi. Setiap tahun, lembaga pendidikan menyeleksi para calon murid. Lembaga pendidikan memilih calon murid di antara sekian banyak yang 12 Asrarun Ni’am Shaleh, Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: Elsas, 2006, hal 3. 13 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,... J. 15 h. 172-173. 14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,... v. 8 h. 95-96. 15 M. Nuquib al-Attas, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Nuquib Al- Attas,...h. 260-261. kemampuanannya lebih baik. Tentu hal ini dilakukan oleh lembaga pendidikan yang peminatnya berlebih. Jika peminatnya kurang, tentu seleksi yang dilakukan tidak serius, sebatas bersifat formal. Sama dengan yang dilakukan oleh guru atau lembaga pendidikan, mestinya calon murid juga melakukan pemilihan terhadap orang yang akan dijadikan guru. Sebab kualitas guru ternyata juga bermacam-macam. Ada guru yang hebat, artinya berkualitas tinggi, tetapi ada pula guru yang kemampuannya terbatas. Calon murid mestinya juga memilih lembaga pendidikan yang memiliki tenaga guru yang hebat-hebat. 16 Adapun guru yang baik menurut Al-Mawardi, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata, adalah guru yang tawadhu rendah hati, menjauhi sikap ujub besar kepala dan memiliki rasa ikhlas. Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya seorang guru harus dilandasi dengan kecintaan terhadap tugasnya sebagai guru, kecintaan ini akan benar-benar tumbuh dan berkembang apabila keagungan, keindahan dan kemuliaan tugas guru itu sendiri benar-benar dapat dihayati. 17 Khidir sendiri telah menunjukkan sikap itu pada pengajarannya kepada Musa. Salah satu gambaran itu dapat dilihat dari tutur katanya kepada Musa. ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻚﻧِﺇ ﻦﹶﻟ ﻊﻴِﻄﺘﺴﺗ ﻲِﻌﻣ ﺍﺮﺒﺻ 67 ﻒﻴﹶﻛﻭ ﺮِﺒﺼﺗ ﻰﹶﻠﻋ ﺎﻣ ﻢﹶﻟ ﹾﻂِﺤﺗ ِﻪِﺑ ﺍﺮﺒﺧ 68 Dia menjawab: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. 67 Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? 68. Menurut Quraish Shihab, jawaban Nabi Khidir ini adalah jawaban yang tidak kalah halusnya dengan pertanyaan Musa. Ia tidak serta-merta menolak secara langsung permintaan Musa, melainkan memberinya jawaban dengan penilaian bahwa Musa tidak akan sabar mengikutinya sambil menyertakan alasan 16 http:rektor.uin-malang.ac.idindex.phpartikel. memilih-guru-.html diakses tanggal 30 November 2010. 17 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 50. yang logis dan tidak menyinggung perasaan atas ketidaksabaranya itu. 18 Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai-bagai ilmu pengetahuan dan mendidik kita menjadi orang yang berguna pada masa akan datang. Walau bagaimana tingginya pangkat atau kedudukan seseorang itu mereka adalah bekas seorang pelajar yang tetap terhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidiknya pada masa dahulu. 19 Karena pendidik adalah orang yang telah berjasa, maka sebagai siswa, seharusnya selalu mendoakan kebaikan sang pendidik. Nabi Saw. bersabda: ”Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka doakanlah memohon kebaikan untuknya sehingga kalian berpendapat telah membalas budinya” 20 Oleh karena itu Islam mengajar kita supaya menghormati guru dan memuliakannya sebagaimana kita memuliakan ibu bapa kita.kerana merekalah menyampaikan ilmu kepada kita untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam kisah ini diterangkan kepada kita agar mempunyai adab sopan santun dan bersikap lemah lembut terhadap guru atau pendidik sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Musa. Firman Allah: َﻋ َﻚُﻌِﺒﱠﺗَأ ْﻞَھ اًﺪْﺷُر َﺖْﻤﱢﻠُﻋ ﺎﱠﻤِﻣ ِﻦَﻤﱢﻠَﻌُﺗ ْنَأ ﻰَﻠ “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu- ilmu yg telah diajarkan kepadamu?” Ayat itu disebutkan cara Nabi Musa mengeluarkan tutur kata yang sangat santun dan seakan-akan sedang meminta pendapat. Seakan-akan beliau menyebutkan: “Apakah engkau bersedia memberi ijin kepada saya atau tidak?” Di 18 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,... v. 8 h. 98. 19 http:mgcmpi.wordpress.combahan-kerohanianadab-menghormati-guru didownload, Jumat, 3 Desember 2010. 20 HR.Ahmad 268,Abu Daud1672,Nasa`i 582,Bukhari dalam buku Al-Adab Al-Mufrad 216, Ibnu Hibban 3408, AlHakim 1412 dan 213, At-Thayalisi 1895 dan selain mereka dari hadist Abdullahbin Umar bin Khattab radhiallohu `anhuma. sini beliau tampakkan sangat butuh untuk berguru. Beliau belajar dari Khidir dan mempunyai keinginan besar untuk mendapatkan ilmu yg ada pada gurunya.

C. Strategi Pembelajaran Musa dan Khidir