Kedudukan Guru dalam Pembelajaran

Metode pembelajaran bertujuan untuk menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap di samping bermanfaat untuk mengantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan. 28 Penggunaan metode mengandung implikasi bersifat konsisiten, sistematis, dan makna menurut kondisi sasarannya, mengingat sasaran metodenya adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya. Ada banyak metode yang dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai sebutan, diataranya: 1. Maw`izhah ceramah 2. Kitabah tulisan 3. Hiwar dialog 4. Al- as`ilah wa al-ajwibah Tanya jawab 5. Al-niqashy diskusi 6. Al-mujadalah debat 7. Brain strorming 8. Al-qishash bercerita 9. Al-amstal metafora 10. Karya wisata 11. Al-qudwah imitasi 12. Uswatun hasanah 13. Al-tathbiq demontrasi dan dramatisasi 14. Game and simulation permainan dan simulasi 15. Al-mumarasat al-amal drill 16. Inquiry 17. Discovery 18. Micro teaching 19. Modul belajar 20. Independent study belajar mandiri 21. Eksprimen 22. Kerja lapangan 23. Case study 24. Targhib wa tarhib janji dan ancaman 25. Al-tsawab wa al-`iqab anugrah dan hukuman 26. Musabaqah kompetisi. 29

D. Kedudukan Guru dalam Pembelajaran

Islam memberikan perhatian terhadap guru, sebab keberadaan guru seperti batu pertama dalam struktur perkembangan dan kesempurnaan sosial serta jalan bimbingan dan perubahan tingkah laku dan mentalitas individu serta individu. 30 Pendidik pengajar memiliki kedudukan yang sangat mulia karena 28 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam , Pengembangan Pendidikan,... h. 91. 29Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam , Pengembangan Pendidikan,...h. 92. 30 Baqir Sharif al-Qarashi, Kiat-Kiat Menciptakan Generasi Unggul, Seni Mendidik Islami, Jakarta: Pustaka Zahra, cet I, 2003, h. 136. tanggung jawabnya yang berat. Guru merupakan spiritual father bagi siswanya. Hal ini disebabkan guru memberikan bimbingan jiwa siswanya dengan ilmu, mendidik dan meluruskan akhlaknya. Menghormati guru berarti penghormatan terhadap anak-anak kita, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak- anak kita. Dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang. Bahkan Abu Dardaa melukiskan hubungan guru dan murid itu sebagai pertemanan dalam kebaikan dan tanpa keduanya maka tidak ada kebaikan. 31 Guru adalah teladan para murid, Murid memperoleh sifat yang baik, serta kecenderungan yang benar, juga perilaku yang utama adalah dari guru mereka yang memperlihatkan keutaman dan perilaku yang benar tesebut. Karena itu para guru harus mendisiplinkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapati prilaku anak-anak yang meniru prilaku orang lain yang menjadi pujaannya, seperti meniru gaya pakaian, meniru gaya rambut, meniru gaya bicara. Hal serupa juga terjadi di sekitar lembaga- lembaga pendidikan, seorang siswa yang meniru guru yang ia senangi, seperti meniru cara menulis, cara duduk, cara berjalan, cara membaca dan lain sebagainya. Semua ini membuktikan bahwa pada hakekatnya sifat meniru prilaku orang lain merupakan fitrah manusia, terutama anak-anak. Sifat ini akan sangat berbahaya jika peniruan dilakukan juga terhadap prilaku yang tidak baik. 32 Ada dua bentuk strategi keteladanan; pertama, yang disengaja dan dipolakan sehingga sasaran dan perubahan prilaku dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditargetkan, yaitu seorang guru sengaja memberikan contoh yang baik kepada muridnya supaya dapat menirunya. Kedua, yang tidak disengaja, dalam hal ini guru tampil sebagai seorang figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. 33 31 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan,…h. 51 32 Baqir Sharif al-Qarashi, Kiat-Kiat Menciptakan Generasi Unggul,…h. 137 33 Baqir Sharif al-Qarashi, Kiat-Kiat Menciptakan Generasi Unggul,…h. 137 Untuk dapat menjadikan “teladan” sebagai salah satu strategi, seorang guru dituntut untuk mahir dibidangnya sekaligus harus mampu tampil sebagai figur yang baik. Bagaimana mungkin seorang guru menggambar bisa mengajarkan cara menggambar yang baik jika ia tidak mengusai tehnik-tehnik menggambar, seorang guru ngaji tidak akan dapat menyuruh siswanya fasih membaca al-Quran jika dirinya tidak menguasai ilmu membaca al-Qur’an dengan baik, guru matematika akan dapat memberi contoh cara menghitung yang baik jika iapun menguasai cara menghitung dengan baik, jangan harap seorang guru bahasa Indonesia akan dapat mengajar membaca puisi dengan baik jika dirinya saja tidak mahir dalam bidang ini, demikianlah seterusnya dengan disiplin ilmu yang lain. Dalam hal ini guru sebagai teladan, keteladanan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada cacian atau nasehat.Jika perilaku seorang guru bertolak belakang dengan apa yang diajarkannya maka bias dikatakan bahwa proses belajar dan mengajar gagal. 34

E. Teori-teori Pembelajaran menurut Psikologi