Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar penjahit berada pada status tidak kawin yaitu berjumlah 47 orang 58,02 dan frekuensi terendah berada
pada status kawin yaitu berjumlah 34 orang 41,98. Sebagian besar penjahit berada pada status tidak kawin mungkin karena umur mereka yang relatif muda.
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar penjahit berada pada jumlah tanggungan 2 anak yaitu berjumlah 10 orang 55,56 dan frekuensi
terendah berada pada jumlah tanggungan ≤ 2 anak yaitu berjumlah 8 orang 44,44.
5.2. Kelelahan Kerja
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Pengukuran kelelahan kerja dilakukan
pada saat selesai bekerja menggunakan kuesioner KAUPK2. Hasil pengukuran KAUPK2 menunjukkan bahwa dari 81 orang penjahit, sebanyak
50 orang 61,73 mengalami perasaan lelah, kategori sangat lelah berjumlah 28 orang 34,57 dan pada kategori kurang lelah yaitu berjumlah 3 orang 3,7.
Berdasarkan kategori lelah, diketahui bahwa paling banyak penjahit berada di kelompok umur 25-30 tahun, yaitu berjumlah 22 orang 44. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Caffin dalam Tarwaka bahwa kelelahan biasanya mulai dirasakan lebih menonjol pada usia 25 sampai 65 tahun dimana tingkat keluhan atau kelelahan akan
bertambah seiring bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena seiring peningkatan umur kekuatan dan ketahanan otot akan menurun sehingga resiko terjadinya kelelahan
meningkat.
18
Berdasarkan masa kerja diketahui bahwa penjahit paling banyak berada pada masa kerja 1- 3 tahun, hal ini sesuai dengan pernyataan Sutjana bahwa tingkat pengalaman seseorang
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu pekerjaan akan mempengaruhi kejadian kelelahan orang tersebut, hal ini dikarenakan semakin berpengalaman orang tersebut dalam pekerjaannya, efisiensinya
dalam bekerja juga meningkat. Orang tersebut dikatakan dapat mengatur besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh karena seringnya mengambil pekerjaan yang sama. Selain itu,
pekerja tersebut juga telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya, sehingga produktivitasnya juga terjaga.
Hal – hal tersebut diperkirakan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kelelahan maupun kecelakaan akibat kerja.
32
Berdasarkan tanya jawab dengan penjahit, mereka yang mempunyai masa kerja 1-3 tahun merasa masih harus
banyak belajar karena sebelumnya mereka tidak mengikuti kursus menjahit, mereka hanya belajar secara otodidak saja dari orang lain apalagi pada saat ini sudah banyak teknik
menjahit baru yang diikuti dengan bertambah maraknya desain pakaian. Hal ini tentunya membuat mereka harus bekerja lebih maksimal dari penjahit yang sudah punya pengalaman
masa kerja lebih dari mereka. Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat ada 42 orang 84 penjahit pada
tingkat SMA, namun hal ini dapat dikarenakan distribusi penjahit sebagian besar adalah berpendidikan SMA. Kelelahan penjahit dapat dilihat dari kondisi lingkungan kerja berupa
penerangan, pekerjaan menjahit sangat membutuhkan penerangan yang baik untuk bisa jelas melihat detail-detail pola yang akan dijahit dan juga memasang kancing atau hiasan
yang halus-halus seperti manik-manik. Kondisi penjahit yang lelah berada pada areal kios di pasar petisah I yang mempunyai kondisi penerangan kurang baik sehingga mereka
mengeluh merasakan pedih pada mata dan ada yang memakai kacamata setelah beberapa bulan menjadi penjahit. Hal ini seperti yang dikemukakan Grandjean 1993 penerangan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja.
Berdasarkan status perkawinan, dapat dilihat frekuensi terbesar untuk kategori lelah berada pada status tidak kawin sebanyak 32 orang 64 , kondisi ini berbeda dengan hasil
penelitian Lince bahwa seluruh responden yang mengalami kelelahan berstatus kawin
13
, namun apabila dilihat kepada jumlah tanggungan anggota keluarga mereka yang berjumlah
4-6 orang maka dapat juga dilihat dari segi faktor psikologis akan kondisi keluarga mereka. Berdasarkan tanya jawab dengan penjahit, mereka berasal dari latar belakang keluarga
kurang mampu yang memiliki saudara dan orang tua yang perlu ditanggung biaya hidupnya padahal jika diperhatikan dari upah yang diterima sekitar Rp 800.000 bulan tidaklah
cukup memenuhi kebutuhan. Hal ini seperti yang di ungkapkan Sumakmur bahwa faktor psikologis mempunyai peranan besar dalam menimbulkan kelelahan, seringkali pekerja-
pekerja tidak mengerjakan apapun juga tetapi mereka merasa lelah. Sebabnya ialah konflik mental atas pekerjaan, kejadian-kejadian rumah tangga, melihat pekerjaan yang tertimbun
jumlahnya dan kekhawatiran.
19
Berdasarkan kategori kurang lelah, dapat diketahui ada 3 orang penjahit yang dua orang diantaranya sudah mempunyai perekonomian yang baik sehingga menjahit hanya
merupakan hobi saja untuk menyalurkan bakat dan mengisi kegiatan jadi tidak terlalu merasakan lelah. Satu orang lagi kurang memberi respon ketika ditanya dan hanya
menjawab kuesioner seadanya. Hal ini seperti pendapat Sumakmur bahwa rasa gembira, suka akan pekerjaan, pikiran terang, kehidupan sosial yang baik, dan lain-lain
menyebabkan gairah dan tekun bekerja.
19
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kategori sangat lelah, penjahit paling banyak berada pada kelompok umur 25-30 tahun sejumlah 10 orang 35,71, hal ini berbeda dengan pendapat
Tarwaka bahwa tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang lebih muda, tetapi apabila dilihat kepada
jumlah tanggungan keluarga mereka yang berjumlah 7-12 orang, maka hal ini juga menjadi tanggung jawab yang dapat mempengaruhi psikologis mereka. Kondisi mereka yang
umumnya tamatan SMA sejumlah 21 orang 75 bahkan ada yang SD sejumlah 2 7,14 dan SMP sejumlah 5 17,86 membuat mereka terbatas dalam mencari pekerjaan
dan tidak bisa memilih-milih pekerjaan yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Penjahit yang sudah menikah sejumlah 14 orang 50 juga memiliki jumlah
tanggungan anak ditambah dengan jumlah tanggungan keluarga bahkan adaa juga yang menjadi penopang keluarga karena suaminya tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumakmur bahwa seorang pekerja adalah anggota atau pimpinan dari satu keluarga, kehiduapan kekeluargaan sangat mempengaruhi pekerja pekerja dalam pekerjaannya, jika
mereka berselisih sebelum pergi bekerja, setidaknya kesan perselisihan tadi masih dibawa- bawa ke tempat kerja ke tempat kerja. Tekanan hidup yang berat bagi keluarganya
tercermin pula dalam pekerjaannya.
19
Hal ini ditinjau juga dari perasaan-perasaan kelelahan yang banyak mereka alami pada KAUPK2, seperti sebelum bekerja sudah lelah,
lelah seluruh tubuh, cenderung lupa, tidak tenang, kurang percaya diri, sukar berpikir dalam bekerja.
Berdasarkan tanya jawab dengan penjahit, mereka juga umumnya bertempat tinggal jauh dan harus menempuh perjalanan dengan berganti angkutan umum bahkan ada yang
naik bus. Mereka berada pada lokasi pasar pagi 3 sejumlah 5 orang 17,86 dan pasar
Universitas Sumatera Utara
petisah tahap I sejumlah 16 orang 57,14 , kondisi lingkungan kerja yang ada dikedua lokasi ini kurang baik dalam hal pencahayaan. Lampu yang digunakan sudah dalam kondisi
remang dan ada yang tidak menggunakan lampu ditambah lagi tidak berfungsinya lampu yang ada di setiap koridor. Penjahit yang di pasar petisah tahap I juga merasa kurang
nyaman dengan kios yang sempit dan bercampur dengan kios penjual makanan berat, mereka juga lebih banyak mendapat pesanan pakaian dari pelanggan tetap karena sudah
terlebih dahulu berada di pasar petisah dibanding penjahit di pasar petisah II. Penjahit yang berada di pasar pagi tiga juga merasa kurang nyaman dengan tempat kerja yang suram
karena kiosnya yang sudah lama dan tidak bercat warna dan agak gelap karena tidak adanya lampu di satu areal, ditambah pelanggan yang sepi yang kemungkinan kurang tertarik
dengan tempatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng Budiono bahwa suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah penyebab
timbulnya kelelahan kerja. Jika dilihat dari kondisi diatas, kelelahan yang mereka alami umumnya lebih banyak
termasuk kedalam teori kelelahan berdasarkan penyebab, yaitu kelelahan psikologis. Kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang timbul karena perasaan
orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab,
kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul dalam tubuh benak dan menimbulkan rasa lelah.
20
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan