Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental
output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran.
10
2.1.4. Gejala-gejala Kelelahan Kerja
Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala-gejala atau perasaan-perasaan dari kelelahan :
1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa “berat”, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.
2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa
tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.
Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan
fisik akibat psikologis.
20
2.1.5. Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan
aktivitas otot. Atau, mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.
20
Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa. Glukosa terdapat dalam
darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa polimer glukosa atau glikogen. Oleh karena itu dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, sumber energi tubuh dapat
diperoleh dari tiga sumber, yakni dari glukosa dalam darah, timbunan glikogen dalam sel hati dan otot rangka, dan simpanan triasilgliserol lemak di jaringan adiposa. Kontraksi
otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat.
Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan
membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan.
20
Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana 2000 “jika yang terjadi adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama
kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian, yang terjadi. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang
secara cepat. Mungkin ini akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan”.
26
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa
terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik
Universitas Sumatera Utara
pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia
yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat
otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan mejadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot
seseorang.
18
Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang tujuannya ingin mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini, sehingga ini saat ini ada suatu konsep yang
menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbuk karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua system
antagonistic, yaitu sistem penghambat inhibisi. Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem
penggerak terdapat dalam formation retikolaris, yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetativ untuk konservasi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh kearah bereaksi.
Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat,
maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, apabila seseorang yang sedang lelah, dapat melakukan aktivitas
secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga atau terjadi ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan
Universitas Sumatera Utara
walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa, hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak.
18
2.1.6. Langkah-Langkah Mengatasi Kelelahan Kerja