2.1.7. Pengukuran Kelelahan Kerja
Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah
pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat
kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang
menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah
bahwa perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja.
22
Sampai saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa
indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean 1993 mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut
:
18
1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu.
Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output kerusakan produk,
penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji psiko-motor psychomotor test
a Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka
waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala
lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada
proses faal syaraf dan otot. b
Sanders McCormick 1987 mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi.
Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 sd 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya
perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu-individu lainnya. c
Setyawati 1996 melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut
disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.
d Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya
menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli. 3.
Uji hilangnya kelipan flicker-fusion test Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga kerja untuk melihat kelipan akan
berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak
Universitas Sumatera Utara
anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
4. Perasaan kelelahan secara subjektif subjective feelings of fatigue
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee IFRC Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : a
10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban
pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring. b
10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah
lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan.
c 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di
bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.
Sinclair 1992 menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating methods,
questionnaire methods, interviews dan checklist.
18
Secara subjektif , perasaan lelah juga dapat di ukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja KAUPK2 yang disusun oleh setyawati 1994 yang
terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap
orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap
sesuatu.
13
Bentuk pengukuran dengan menggunakan metoda diatas seringkali dilakukan sebelum, selama, sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat
disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. Walaupun demikian, hasil dari suatu pengukuran mempunyai signifikasi yang sangat relatif, oleh karena hasilnya akan dibandingkan dengan
kondisi tenaga kerja yang sehat, atau setidaknya mereka berada pada kondisi yang tidak stress. Kondisi demikian menyebabkan sampai saat ini tidak ada satupun cara pengukuran
kelelahan yang dianggap mutlak benar.
15
2.2. Penjahit
Penjahit atau tailor adalah orang yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti kemeja, celana, rok, atau jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam melakukan
pekerjaannya, penjahit dapat mengerjakannya baik dengan tangan maupun dengan mesin jahit.
27
Istilah tailor yang berarti penjahit ini sering digunakan oleh para penjahit yang mengerjakan satuan, artinya mereka melayani person to person, mulai dari mungukur,
membuat pola, memotong, menjahit, sampai finishing. Mereka sangat memperhatikan ukuran badan dan kemauan pelanggannya, ada yang ingin pressbody ada yang sedang dan
ada pula yang ingin longgar, sehingga biasanya mengakibatkan harga yang berbeda, lebih mahal ketimbang pekerjaan yang sifatnya massal.
28
Universitas Sumatera Utara