PENUTUP Efektivitas kegiatan parenting skill dalam pemberdayaan keluarga anak jalanan di pusat pengembangan pelayanan sosial anak atau Social Development Centre For Children (SDC)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di bentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 1 Keluarga juga merupakan sebuah rumah bagi seorang anak untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sudah menjadi haknya ketika anak lahir ke dunia. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara- 1 Meghalaya Baylon, Keluarga Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan Jakarta: Salemba Medika, 1978, h. 59. cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan perilaku menyimpang pada anak di kemudian hari, karena anak merupakan sebuah ujian yang diberikan Allah kepada umat manusia , sebagaimana tersurat dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal8 ayat 28, yang artinya: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar .” Keluarga yang tergolong ekonomi lemah mempunyai pola asuh tersendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh indulgent penelantaran banyak dijumpai pada kalangan keluarga ekonomi lemah. Dimana faktor ekonomi lemah inilah yang dijadikan alasan bagi orang tua untuk menelantarkan anaknya bahkan membiarkan anak turun ke jalanan untuk turut membantu perekonomian keluarga. Ini merupakan salah satu dari ketiga permasalahan anak yaitu eksploitasi anak. Eksploitasi anak Child exploitation menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga atau masyarakat. Contohnya memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi seperti memaksa anak untuk mengamen di jalan dan sebagainya. 2 Ketidak mampuan dan ketidak pedulian orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar inilah yang akhirnya mendorong anak untuk mandiri memenuhi kebutuhannya terutama di kota-kota besar. Kota besar yang individualis dan sisi lain berhadapan dengan ketidakmampuan anak memenuhi kebutuhanya menyebabkan mereka terlantar. Al- Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa “perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang lagi”. 3 Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan bukan hukuman lagi melainkan lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun keburukan ataupun kenakalan itu tidak terjadi lagi namun yang terjadi adalah perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Seorang anak sewajarnya berada pada situasi rumah, lembaga pendidikan dan lingkungan bermain yang di dalamnya berelasi pada orang dan mempunyai peranan tertentu. Keadaan mencari nafkah seperti yang dilakoni oleh sebagian kecil anak-anak jalanan yang kurang beruntung dengan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan hal ini menyimpang dari fungsi sosial anak. 4 Islam sebagai suatu agama yang mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap lingkungan sekitar, seperti anak jalanan yang merupakan problema sosial yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi saat ini, memaksa jutaan anak-anak di kota bekerja di sektor informal terjun di jalanan menambah pendapatan keluarga. 2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 160. 3 Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Parenting Guide: dialog imajiner tentang cara mendidik anak berdasarkan al- Qur’an, assunah dan psikologi, penerjemah: Muhammad Arifin Altus, Jakarta: hikmah, 2006, cet.ke-5,h. 49. 4 Badan Kesejahteraan Sosial Nasional BKSN, Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah jakarta: BKSN, 2000, h. 7. Oleh karena itu ajaran Islam telah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa saling tolong-menolong diantara sesama muslim. Itulah konteks Al- Qur’an dalam kesalehan sosial, Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi IPTEK telah mempengaruhi masyarakat pada umumnya, tidak semua masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan sosial tersebut. Mereka cenderung terpuruk karena tidak dapat mengikuti perubahan tersebut. Salah satunya adalah faktor ekonomi yang mana semua harga bahan pokok sudah sangat sulit dijangkau dan mengakibatkan ekonomi keluarga tidak berjalan semestinya. Pendapatan keluarga kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi yang semakin tidak stabil banyak membuat orang tua lupa akan peran mereka sebagai pengasuh dan pemberi kasih sayang. Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. 5 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depanya. Pemberdayaan keluarga anak jalanan melalui kegiatan “parenting skill” menekankan pentingnya suatu proses edukatif dalam mengasuh anak. Pemberdayaan keluarga melalui kegiatan “parenting skill” merupakan alternatif 5 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, h. 53.