Pemberdayaan Keluarga KERANGKA TEORI

yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahanya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari pihak lain. Ketidakmampuan keluarga dalam menangani masalah yang ada di dalamnya mendorong adanya sebuah pemberdayaan agar fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik dapat berjalan dengan semestinya.

D. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak dan Anak Jalanan Definisi anak menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan anak menyrbutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan, pengertian anak menurut UU RI No. 4 tahun 1979 Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. 27 Istilah anak jalanan sudah menjadi sebuah kesatuan sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Istilah anak jalanan pertama kali sebenarnya diperkenalkan di Amerika Serikat dan Brazil. Istilah itu digunakan pada kelompok anak-anak yang hidup di jalan yang 27 Departemen Sosial Propinsi DIY, Populasi Anak Jalanan di DI Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Sosial Propinsi DIY, 2010, h. 1. umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya. UNICEF lalu memakai istilah hidup di jalanan untuk mereka yang sudah tidak mempunyai ikatan dengan keluarga, bekerja di jalanan untuk mereka yang masih mempunyai hubungan dengan keluarganya. Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Menurut catatan Dinas Sosial DKI Jakarta, sedikitnya ada 4.023 anak jalanan yang tersebar di 52 wilayah di Jakarta Abin, 2003. Dalam tiga tahun terakhir ini, jumlah anak jalanan di Jakarta juga meningkat secara signifikan. Data yang didapat dari Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 2.724 anak, pada tahun 2010 meningkat menjadi 5.650 anak, sedangkan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 7.315. Mereka sebagian besar bekerja sebagai pengemis, pengamen, pedagang asongan, pengelap kaca mobil, penyemir sepatu, pembersih bus umum, dan joki 3 in 1, dan parkir liar 28 Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok. Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang erat dengan kedua orang tua mereka. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara 32ember maupun 28 Citra Pujianti, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jurnal Ilmiah Jakarta: FPSI, h. 3. ekonomi. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. 29 2. Faktor Penyebab Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga, tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. 30 Kombinasi faktor-faktor di atas dapat memicu anak untuk mengambil inisiatif hidup mandiri atau mencari nafkah di jalanan. Ketidaksadaran orang tua akan bahaya anak yang hidup di jalanan juga dapat membuat anak dengan leluasa berkeliaran di jalanan bahkan sampai mendapatkan uang. Kemiskinan memang merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah, kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60 di antaranya karena dipaksa oleh orang tuanya. 31 Menurut Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar masalah anak terlantar dapat dilihat dari beberapa perpektif, antara lain : anak terlantar yang mengalami masalah dalam sistem pengasuhan, seperti yang dialami anak-anak yatim piatu, anak dari orang tua tunggal, anak dengan ayahibu tiri, anak dari keluarga yang kawin muda, anak yang tidak diketahui asal-usulnya anak yang 29 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h.206. 30 Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak, h.196. 31 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h.197. dibuang orang tuanya; anak yang mengalami masalah dalam cara pengasuhan, seperti anak yang terlibat dalam tindak kekerasan baik secara fisik, sosial, maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual bahkan anak yang diperdagangkan; anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi, seperti anak yang kurang gizi dan anak yang sudah tidak bersekolah atau putus sekolah. Hal seperti inilah yang banyak terjadi pada anak-anak jalanan. 32 Parsudi Suparlan mengatakan bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, melainkan karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagai warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tepat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota . Anak jalanan dilihat dari penyebab intensitasnya mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebabnya, sangat dimungkinkan tidak semua anak- anak berada di jalan karena sebab tekanan ekonomi keluarga, namun juga perlu diperhatikan variable-variabel lain yang mendukung anak-anak hidup di jalanan, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga, atau pengaruh dari lingkungan sosialnya. 33 3. Penanganan Anak Jalanan Untuk menangani permasalahan anak jalanan, yang dibutuhkan