Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Kaligrafi Islam mempunyai kedudukan yang istimewa di antara cabang- cabang seni Islam yang lain. Tidak seperti cabang seni Islam yang lain musik, arsitektur misalnya, yang dalam beberapa hal banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya lokal dan sejumlah seniman non muslim kaligrafi mencapai puncak keindahannya di tangan-tangan piawai seniman muslim sepenuhnya, tanpa campur tangan pihak lain. Tanpa Islam barangkali huruf Arab tidak akan berarti apa-apa. Hal ini dapat dilihat dari perhatian umat Islam terhadap tulisan yang berawal dari perhatian mereka terhadap Al-Qur ’an.Wahyu Allah yang turun melalui Nabi Muhammad SAW adalah kalimat suci yang merupakan bahasa Tuhan kepada hamba-Nya. Perhatian langsung antara tulisan dengan nilai-nilai keagamaan yang sakral menjadikan umat Islam selalu termotivasi untuk terus mengembangkannya. Akan tetapi dalam pengembangan dan untuk mempertahankan seni kaligrafi Islam agar tetap eksis membutuhkan strategi. Strategi dalam hal ini, digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah dicapai. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan planning dan manajemen management untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi berfungsi tidak sebagai peta jalan yang menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Tujuan yang paling utama adalah mencapai posisi khusus yang akan melampaui tujuan bagi masyarakat yang berbeda-beda. Posisi itu sendiri harus diperoleh melalui analisis. Saat ini media di Indonesia berkembang begitu pesat. Kebutuhan masyarakat akan informasi juga turut meningkat. Kemajuan teknologi juga turut mempengaruhi perkembangan media massa saat ini, bentuk penyajian informasi yang beragam, mulai dari tulisan, gambar, audio, visual dan audio visual hadir dalam kemasan yang menarik. Seiring dengan perkembangan zaman, seni kaligrafi pun turut berkembang. Sayangnya perkembangan itu terasa lambat di Indonesia karena tidak ada wadah yang menjadi tempat untuk mengembangkan kreativitas seni kaligrafi. Hal itu yang mendorong D. Sirajuddin AR, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendirikan sebuah lembaga yang mengembangkan kaligrafi khususnya kaligrafi Al-Qur ’an yang diberi nama Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an disingkat atau dikenal LEMKA singkatan ini sering digunakan untuk mempermudah dalam penulisan. Untuk mencapai perstasi yang memuaskan, tentunya LEMKA memiliki strategi yang diterapkan dalam metode pembelajaran dan mengkondisikan lingkungan sedemikian rupa, sehingga dapat mencetak generasi-generasi muda yang siap menyampaikan dakwahnya melalui seni kaligrafi Islam. “LEMKA yang berdiri pada tahun 1985 yang dipimpin D. Sirajuddin AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan pada generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan yang strategis seperti pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat, kursus kaligrafi terpadu, kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri dan diskusi wawasan seni budaya. ” 8 Di LEMKA juga diajarkan bahwa kaligrafi adalah sebuah bentuk seni yang memiliki isyarat berupa simbol, untuk menyampaikan makna. Simbol ini 8 D. Sirajuddin, AR, Kaligrafi: Peristiwa dan Ide-ide Pengembangannya, Jakarta: Lemka studio, 1995 h. 35 tidak bisa dilepaskan dari agama Islam yang menjadi pijakan awal tumbuhnya seni kaligrafi. Makna yang terkandung dari simbol tersebut merupakan bagian dari tafsir seniman. Itulah sebabnya kaligrafi dapat menjadi salah satu media dakwah yang menarik untuk melukiskan bagaimana indahnya agama Islam. Melihat pentingnya peran strategi bagi sebuah lembaga pendidikan agar mampu mencetak para alumninya menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan berguna di masyarakat terutama untuk agama. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA dalam Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrafi Islam sebagai Media Dakwah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.

Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi fokus pada strategi LEMKA dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah.

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi kajian ini strategi Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA dalam Mempertahankan Eksistensi Seni Kaligrafi Islam Sebagai Media Dakwah, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah? b. Bagaimana implementasi strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an Lemka? c. Analisis SWOT Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA dalam Mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah. b. Untuk mengetahui bagaimana hasil yang telah dicapai Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA dalam mempertahankan eksistensi seni Kaligrafi Islam sebagai media dakwah.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu : a. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumbangan pikiran dalam pengembangan ilmu dakwah di Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dalam mengembangakan metode dakwah, melalu media seni Kaligrafi Islam. Juga diharapkan s ebagai bahan para da’i lainnya yang ingin mengambil langkah-langkah dalam melakukan dakwah melalui seni kaligrfi Islam. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan bagi para praktisi dakwah di seluruh Indonesia bahwa berdakwah tidak harus selalu di depan mimbar, akan tetapi untuk menyampaikan serta menegakan ayat-ayat Allah SWT bisa melalui seni Kaligrafi Islam.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu fenomena. Penelitan yang bersifat deskriptif ini untuk membuat rancangan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertantu, yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. 9 Penelitian tentang strategi Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi sebagai media dakwah ini termasuk dalam pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 10

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitan adalah Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA yang bertempat di Jl. Semanggi 1 No. 26, Ciputat, Jakarta Selatan. Penulis memilih lokasi tersebut karena di sanalah tempat dan pusat kegiatan LEMKA berlangsung. 9 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, cet. Ke- 10 h. 18 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1998, cet Ke-9 h. 3 Hal itu dapat memudahkan peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara pada narasumber. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan September 2014 sampai Maret 2015.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam Penelitian ini subjek penelitiannya adalah Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA termasuk pemimpin, dan pengajar di LEMKA, dimana mereka adalah orang-orang yang diangap berdakwah melalui seni kaligrafi. Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi Lembaga Kaligrafi Al- Qur’an LEMKA dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi Islam sebagai media dakwah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu : a. Observasi Observasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan melihat keadaan dan gambaran umum ketika proses belajar ataupun dalam kegiatan dakwah LEMKA sedang berlangsung. Teknik ini penulis gunakan untuk mendapat gambaran umum dan bentuk konkrit. b. Wawancara Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti berupa komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab secara lisan kepada narasumber. Wawancara yang bersifat bebas dan terbuka ini diajukan kepada D. Sirajuddin AR selaku pendiri serta pimpinan di LEMKA, juga guru yang mengajar di LEMKA Muhammad Jakfar, serta peserta didik Niaam Masykuri yang sedang memperdalam ilmu kaligrafinya di LEMKA.