Seni Kaligrafi Islam LANDASAN TEORI

secara kasat mata dan diakui sebagaimana susunan yang dihasilkan lewat kerja kesenian. 26 Banyak hal yang merujuk kepada pengertian kaligrafi. Ubaidillah Ibn al- Abbas menyebutkan sebagai lisan al yadd atau lidahnya tangan; karena dengan tulisan indah tangan bicara. Dalam pelbagai seloka, seni kaligrafi dan khat dilukisakan sebagai kecantikan rasa, duta akal, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penjinak suadara dalam pertikaian, pembicara jarak jauh, penyimpan rahasia, khazanah rupa- rupa masalah kehidupan. Ringkasnya, “Khat itu ibarat ruh di dalam tub uh,” seberti dikatakan sebagian Ulama. 27 Meskipun bermacam-macam pengertian diungkapkan oleh para ahli, namun pada dasarnya tujuan ungkapan tersebut mengarah kepada arti tulisan yang indah. Dapat juga dikatakan suatu tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika yang bersumber pada pikiran atu ide dan diwujudkan melalui benda materi alat tulis yang diikat oleh aturan dan tata cara tertentu. Jadi seni kaligrafi itu sebuah kepandaian menulis tulisan indah. dengan mengikuti metode-metode khusus untuk mempelajarinya. Dalam apresiasinya, kaligrafi lebih sering menjadi alat visual ayat-ayat Al- Qur ’an, sehingga bukan hanya menambah keindahan ayat, tetapi juga dapat mengetuk hati penikmatnya. 28 Sebuah lukisan kaligrafi ayat Al-Qur ’an yang indah menarik dapat merubah gaya hidup dan mampu mengajak seseorang kepada amal saleh. 26 Ilham Khoiri, Al- Qur’an dan Kaligrafi Arab, Jakarta: PT. Logos, 1999, h.50 27 D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 3 28 Departemen Agama RI. Keterampilan menulis Kaligafi, Jakarta: DIRJEN Pembinaan kelembagaan Agama Islam, 2011 h. 7 Kaligrafi Arab telah menjadi perintis jalan mengenal pengetahuan, sebagaimana tulisan pada semua bahasa. Dan agama Islam mengajak untuk mempelajari bacaan dan tulisan, sebagaimana dikumandangkan dengan indahnya ayat-ayat kitab suci yang mulia, dengan menyebut kalam berulang-ulang. 29 Yang lebih mengagumkan adalah, bahwa ternyata membaca dan menulis adalah merupakan perintah pertama dan wahyu permulaan Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di awal misinya. Wahyu itu menyebutkan:                          Artinya : 1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, 4. Yang mengajar manusia dengan pelantara kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, Dapat dipastikan, bahwa kalam atau pena memiliki kaitan erat dengan seni penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai alat penunjang pengetahuan seperti wahyu di atas, maka ia tidak lain dari pada sarana Sang Khaliq dalam rangka memberikan petunjuk kepada manusia. Ini membuat gambaran yang tegas, bahwa kaligrafi mendominasi tempat tertua dalam percaturan sejarah Islam itu sendiri. 30 Imanlah yang telah mendorong kaum Muslimin memperelok kaligrafi untuk menulis al- Qur’an. Dipadukannya keelokan goresan kata-kata dengan 29 Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrfi Islam, Jakarta: Darul Ulum Press, 1992, h. 55 30 D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 4 keindahan makna yang dikandung. Sampai di sini tulisan Arab mencurahkan perhatian dan partisipasinya dengan dilindungi segala niat yang suci. Sehingga, apabila disebut al- Qur’an, teringat pula kaligrafi yang digunakan untuk menulis kitab suci tersebut. 31

E. Pengertian Dakwah

a. Secara Etimologi Dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata da’a madly, yad’u mudlari’, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. 32 Dalam ayat-ayat al- Qur’an sering juga kita jumpai kata-kata dakwah seperti:                 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang- orang yang beruntung.” Q.S. Ali Imran: 104 b. Secara Terminologi Terdapat berbagai pendapat para ahli tentang pengertian dakwah secara terminologi, hal ini tergantung sudut pandang pada sudut pandang mereka dan pemahaman mereka di dalam memberi pengertian dakwah itu, sehingga definisi menurut pakar yang satu sama lainnya sering terdapat perbedaan dan juga terdapat 31 Kamil Al-Baba, Dinamika Kaligrfi Islam, h. 57 32 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Jakarta, PT Penamadani 2008 , cet. Ke-2 h. 144 persamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa definisi dakwah menurut para ahli di antaranya: 1. Dr. M. Quraish Shihab Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekarang ini, ia harus berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 33 2. Prof. Toha Yahya Umar Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. 34 3. Prof. H. M. Arifin Dakwah adalah suatu ajakan yang baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara kelompok supaya timbul dalam dirinya, pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagi massage yang disampaikan kepada orang lain tanpa adanya unsur-unsur pakasaan. 35 4. Zainuddin M.Z Dakwah adalah usaha memberikan jawaban Islam terhadap problem kehidupan yang dialami oleh umat manusia, dimana dari usaha tersebut akan melahirkan kepada ajaran Islam yang diserukan oleh juru dakwah. 36 Dari beberpa pengertian dakwah diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dakwah ialah usaha menyampaikan sesuatu yang baik dan benar kepada orang lain, baik itu perorangan maupun kelompok tentang pandangan dan tujuan hidup manusia sesuai ajaran Islam.

F. Unsur-unsur Dakwah

33 M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakt, Bandung: Mizan, 2001, h. 194. 34 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah Jakarta: Wijaya, 1979, h. 1 35 H. M. Afifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 17 36 Zainuddin M.Z, Rahasia Keberhasilan Dakwah, Surabaya: Ampel Suci, 1994, h. 110 Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang terkait dan merupakan satu-kesatuan dalam penyelenggaran dakwah. Hal itu juga bisa disebut sebagai komponen-komponen dakwah, yang selanjutnya gerak dakwah disesuikan dengan bidang garap dari masing-masing komponen. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah: a. Subyek Dakwah Dai Subyek dakwah adalah pelaku dakwah Dai atau mubaligh. Dalam pelaksanaannya subyek dakwah dapat secara individu atau bersama-sama. Hal ini tergantung pada besar kecilnya sekala penyelenggaraan dakwah dan permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarap. Semakin luas dan kompleksnya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya semakin besar pula penyelenggaraan dakwah, mengingat keterbatasan subyek dakwah, baik dibidang keilmuan, pengalaman, tenaga, dan biaya, maka subyek dakwah sangat memerlukan manajemen yang terorganisir, karena akan lebih efektif dari pada yang secara individu dalam rangka pencapaian tujuan dakwah. Dalam pengertian subyek dakwah yang terorganisir, dapat dibedakan kedalam tiga komponen, yaitu: 1 Dai, 2 Perencana dan 3 Pengelola dakwah. Sebagai seorang Dai harus memiliki syarat-syarat tertentu, di antaranya: 37 1 Sedapat mungkin menguasai isi kandungan Al-Quran dan Sunnah Rasul serta hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas dakwah. 2 Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubunganya dengan tugas- tugas dakwah. 3 Taqwa kepada Allah SWT, yang sudah menjadi keharusan bagi setiap 37 M. Mashur Amin, Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan Tentang Aktivitas Keagamaan, Yogyakarta: Sumbangsih, 1980, hlm. 22-24 Muslim. b. Obyek Dakwah Madu Obyek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya adalah sebagai objek dakwah. Yang mana objek dakwah atau tipe mad’u. 38 Dalam aktifitas dakwahnya, seorang da’i harus memahami karakter dan latar belakang mad’u. Dengan beragamnya latar belakang dari pendidikan, budaya ekonomi dan pemahaman terhadap konsep Islam serta wawasan pengetahuan umum yang dimiliki mad’u, di samping menguasai materi dakwah seorang da’i juga membutuhkan pemahaman tentang karakteristik mad’u yang beragam tersebut. Dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul Rosyad Shaleh berpendapat bahwa tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahtraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT. 39 c. Materi dakwah Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang 38 A. Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan judul Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1979, hlm.68 39 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, h. 190