Implementasi Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA
kepada calon atau mereka yang sudah mahir menulis kaligrafi. Sebagaimana Sirajuddin mengatakan:
Di LEMKA juga diajarkan pengajian kitab kuning, yang judulnya Nashih Al-Khaththathin. Kitab ini mengajarkan tentang akhlak tolabul
ilmi, termasuk di dalamnya ilmu menulis. Diajarkan bagaimana prilaku khattat itu ketika seseorang sedang belajar kaligrafi.
4
Kitab ini, walaupun terlihat sederhana, mempunyai fungsi dan peranan yang cukup penting bagi para penulis kaligrafi. Hal ini
terutama dalam membentuk karakter seorang penulis kaligrafi yang mampu menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan memiliki integritas spiritual yang
mumpuni.
3. Kegiatan aktual seperti: Mengikuti perlombaan.
Dalam pembinaan krativitas dan pengembangan bakat melalui kursus kaligrafi, maka perlu sebuah kompetiasi atau perlombaan sebagai ajang praktek
dan untuk memacau para kader dan terutama perserta didik. Banyak juga manfaat mengikuti perlombaan diantaranya menurut salah satu pengajar LEMKA
Muhammad Jakfar mengatakan: “banyak manfaat yang dapat diambil dari mengikuti perlombaan
kaligrafi, pertama dari segi ukhuwah Islamiyah dapat menjalin ajang silaturahim, dari segi keilmuan pastinya menambah pengalaman juga dapat
mengembangkan karya kita menjadi lebih baik, karena dalam pembelajaran kursus kaligafi di LEMKA harus diaplikasikan pada
kegiatan lomba.”
5
Dengan mengikuti ajang perlombaan khususnya perlombaan kaligrafi, pastinya peserta didik LEMKA akan dapat termotivasi. Kegiatan perlombaan yng
diikuti tersebut terdiri dari Musabaqoh Tilawatil Al- Qur’an MTQ tentunya
4
Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
5
Wawancara pribadi dengan Muhammad Jakfar, Ciputat, 28 Februari 2015
cabang lomba kalgrafi, dan terdiri dari beberapa lapisan, dari MTQ tingkat daerah hingga Nasional, lalu ada ada Musabaqah Khatilil Al-
Qur’an Mahasiswa Nasional, Musabaqah Khatilil Al-
Qur’an Telkom Grup. Ditingkat pelajar, ada juga event-event seperti pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Nasional
POSPENAS. Semua itu sebagai wujud aplikasi dalam melaksanakan dakwah Qur’ani agar lebih semangat menjalankanya.
4. Pagelaran seni dan pameran kaligrafi
Dengan pameran kaligrafi ini LEMKA berharap dapat menarik minat masyarakat untuk mencintai Al-Quran lewat huruf-huruf yang indah.
Dengan menampilkan lukisan di pameran, diharapkan tertarik hatinya kepada Al-Quran lewat huruf-huruf yang indah.
Bagai seorang pelukis, pameran mengandung makna yang strategis untuk memperkenalkan diri pada publik. Boleh dikatakan, popularitas seorang pelukuis
sangat ditentukan oleh sering atau tidaknya berpameran, sebab dari kegiatan tersebut ia dapat mengekspresikan segala kepuasan batinnya kepada para peminat
dan penonton. Selain itu, pameran juga dapat menjadi ajang komersialisasi karya seni lukis kaligrafi yang dapat mendatangkan nilai materi yang cukup besar.
Dengan keindahan kaligrafi ini, LEMKA berusaha menyampaikan pesan- pesan dakwahnya untuk mengajak masyarakat agar mempelajari Islam dengan
seni yang indah. “Innallaha Jamilun Yuhibbul Jamal” Sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Salah satu kegiatan pagelaran seni dan pameran LEMKA yakni di Taman Mini Indonesia Indah tepatnya di Musium Bait Al-
Qur’an. 5.
Diskusi wawasan seni budaya
Di bawah Forum Mubahasah Seni Budaya LEMKA, para khattat dan pelukis kaligafi diajak untuk aktif dalam diskusi atau dialog-dialog kaligrafi
sebagai ajang pengembangan wawasan seni Islam. Dengan diskusi atau dialog diharapkan nanti para khattatkaligrafer ini bukan hanya bisa berkarya tetapi juga
faham hakikat kaligrafi, terutama kaligrafi Islam adalah salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan-pesan dakwah.
Tentunya diskusi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan anggota LEMKA secara lebih dalam, baik tentang seni Islam secara umum maupun seni
kaligrafi lebih khusus. Yang bisa disimpulkan yaitu bahwa para khattat diajak untuk jadi orang pintar yang berlimu yang tidak hanya terampil. Biasanya diskusi
wawasan seni budaya Islam ini diadakan ketika ada event-event lomba kaligrafi maupun ketika LEMKA sedang mengadakan suatu acara, contohnya ketika
berkunjung kekampung seni Jelekong Kabupaten Bandung.
6. Safari seni budaya
LEMKA mencanangkan pelajarannya dengan suasana rekreatif sehingga apa yang diajarkannya itu bernuansa menyenangkan bagi peserta didik.
Contohnya Safari seni budaya ini untuk dapat menikmati keindahan di wilayah- wilayah hiburan yang menarik, misalnya di alam terbuka. Sebagaiman pimpinan
LEMKA Didin Sirajudin mengatakan: “Dari segi fisik belajar kaligrafi di LEMKA tidak hanya didalam
gedung, bisa belajar dialam terbuka, dengan mengajak peserta didik LEMKA untuk belajar serta melukis di Lembah, tepi sungai, Sawah,
hutan, pinggir pan tai. Jadi, Menulis sambil melukis.”
6
6
Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
Dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan LEMKA melalui alam terbuka, selain menambah semangat dan senang bagi peserta didik masi banyak
lagi diantaranya salah satu peserta LEMKA Ni’am Masykuri mengatakan: “Manfaat belajar kaligrafi di alam terbuka sangat banyak, saya
pribadi belajar di kelas terus menerus sangat membosankan, di LEMKA ada waktu khusus untuk belajar di alam-alam terbuka, selain kita bisa
belajar juga bisa untuk refreshing dan mencari inspirasi. Semuanya supaya belajar kaligrafi tidak sumpek bosan, karena kaligafi pada dasarnya
pengerjaanya selalu di ruangan belajar di kelas maupun kamar. Hal ini yang menjadikan banyak manfaat belajar kaligafi di ruang terbuka
”.
7
Hampir semua anggota LEMKA baik Pimpinan, pengurus hingga peserta didik diwajibkan ikut serta dalam kegiatan ini, diantara tempat-tempat yang
dijadikan safari seni budaya LEMKA ialah, di pantai Bagedur Banten, Pondok Halimun Gunung Salak.
LEMKA menggunakan metode tersebut merupakan hasil dari pengalaman- pengalaman pimpinan LEMKA yakni Drs. Didin Sirajuddin AR. Yang beliau
kutip dari seorang tokoh dari Jepang yang bernama Kuribayasi. Metode cara belajar tersebut terbukti ampuh dan lebih cepat dalam pemasukan ide, gagasan
dan ilmu.
7. Kegiatan pengembangan usaha
Untuk mensukseskan
strategi LEMKA
dalam mempertahankan
eksistensinya di dalam maupun di luar negeri, maka dilain pihak belajar kaligrafi di LEMKA tidak semata-mata hanya untuk belajar saja melainkan kegunaan
untuk kelestarian seni Islam ini sangat banyak diantaranya; Menulis masjid,
7
Wawancara pribadi dengan Niaam Masykuri, Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4 Maret 2015
menulis buku, menulis mushaf Al-Quran, menyalurkan karya-karya lukisan kaligrafinya di ajang pameran seperti di Musium Bait Al-
Qur’an Taman mini Indonesia Indah, pasar-pasar seperti di galeri-galeri lukisan yang tersebar di mana-
mana dan sebagainya, sebagai bahan penyebaran pesan-pesan dakwah melalui media seni kaligrafi Islam. Oleh sebab itu, para kaligrafer LEMKA harus giat
memasarkan kaligrafi hasil karyanya, setra bergerak tanpa ada perhentian. Sirajuddin mengatakan:
“Apabila roda mobil bergerak maka akan bergerak terus, akan tetapi jikalau nyawa dan mesinya berhenti, berhenti pula semuanya”
8
Semua itu dilakukan untuk mempertahankan eksistensi LEMKA dalam mempertahankan seni kaligafi Islam sebagai media dakwah. Metode tersebut
harus selalu LEMKA jalankan, melalui teknik penulisan gambar atau lukisan kaligrafi dan dengan memberikan pelajaran serta pemahaman pada khattat-
khattatnya, diharapkan kaligrafi yang digoreskan dapat menyampaikan makna dan pesan-pesan dakwah Islam dengan baik dan benar.
Pada dasarnya dakwah dapat mengunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk
menerima dakawah. Semakin tepat dan efektif media dakwah yang dipakai maka akan semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah. LEMKA bisa bertahan dan tetap eksis hingga saat ini tentunya hasil dari
perjuang-perjuang terdahulu yang telah dilakukan hingga saat ini, Didin Sirajuddin menjelaskan:
8
Wawancara pribadi dengan D. Sirajuddin AR, Ciputat, 21 Februari 2015
“Secara pribadi saya sendiri berusaha tekun untuk mempertahankan dan memodifikasi program-programnya, saya memimpin
LEMKA harus tampil memberikan contoh, saya menyuruh orang untuk melukis saya juga ikut melukis, saya menyuruh mereka menulis saya juga
menulis. Sehingga menyuruh membuat tulisan bagus saya pun punya tulisan yang bagus. Saya mengajar peserta didik berwawasan, saya pun
juga. Semua itu saya tampil memberi contoh agar terus seiring seprjuangan
dan sejalan.”
9